Search This Blog

Friday, December 28, 2012

Secret Santa's Riddle

Happy New Year 2013

Gimme more books, gimme more books.


Akhirnya, datang juga kado dari Secret Santa. Oh ya, ceritanya teman-teman di BBI mengadakan acara tukar menukar kado yang isinya (apalagi kalau bukan) buku! Acara ini sudah dimulainya sejak tahun kemarin dan semakin lama semakin mendapat respon yang riuh rendah. 
Untuk tahun ini, acara tukeran kado (eh buku) agak spesial karena kami diminta membuat teka-teki yang harus ditebak oleh si calon penerima hadiah. Thanks to Oky dan Sekar yang sudah kreatif banget bikin acara ini. 

Untuk kado yang saya terima, kebetulan teka-tekinya rada susah dan memaksa saya untuk membuka kamus. Hingga sampai saat postingan ini diumumkan, saya belum bisa menebak siapa kira2 Santa saya. Tapi, kalimat pertama dalam teka-teki itu seperti pernah saya dengar deh. 

Ada ide siapa Santa Rahasia  saya?







Siapa pun Anda, Dion ucapkan terima kasih ya karena buku kadomu pas bener melengkapi koleksi saya yang kurang satu. Peluk dan cium selalu dari korbanmu. Sering-sering saja ya jadi Santa saya *digebuk*

Salam Buku

Dion.

The Sweet Sins


Judul        : The Sweet Sins
Pengarang : Rangga W. Putra
Editor          : Ratma MAriastuti
Penerbit     : DIVA Press
Cetakan     : September 2012


The Sweet Sins by Rangga Wirianto Putra

"Love is about YOU and ME, not about THEM.” (hlm 183)

           Sebuah kisah jujur tentang mencintai, itulah Sweet Sins. Adalah Reino Regha Prawira, seorang mahasiswa sekaligus merangkap gigolo, dan Ardo Praditya, seorang eksekutif muda kenamaan dengan karir cemerlang. Keduanya sama-sama dipertemukan oleh ikatan takdir untuk saling bertemu, saling merawat, saling menguatkan, saling mencintai. Semua tentang pasangan ini adalah serbasempurna, Rei yang muda dan tampan dan atletis, serta Ardo yang cerdas, dewasa, pengertian, dan kekasih yang hebat. Hanya satu yang tidak sempurna—dan memang tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini—mereka adalah dua lelaki yang saling mencintai satu sama lain.


“Karena setiap orang mempunyai alasan sendiri untuk jatuh cinta.” (hlm 240)

            Rei yang kehilangan sosok ayahnya merasa menemukan perlindungan emosional dari sosok Ardo, sementara Ardo dengan orientasi seksualnya yang agak berbeda juga menemukan keindahan dalam diri Rei. Begitu rupa tautan terlarang yang mempersatukan keduanya sehingga cinta sejenis itu bukannya penuh lubang tapi malah saling melengkapi dan menguatkan. Tanpa sadar, hubungan terlarang itulah yang menghebatkan keduanya. Berkat Ardo, Rei mulai meninggalkan dunia gelapnya sebagai gigolo yang setiap malam clubbing dan berakhir di ranjang tante-tante girang. Keduanya sama-sama bertumbuh dewasa dalam cinta itu. Sebagaimana sebuah ungkapan dalam buku ini, cinta itu mendewasakan, cinta itu menghebatkan. Dari Ardo, Rei belajar banyak hal tentang pelajaran kehidupan, tentang pekerjaan, tentang bersyukur, dan tentang cinta itu sendiri. Yang ada di antara Rei dan Ardo bukan semata cinta fisik, tapi keduanya adalah manifestasi cinta murni dalam bentuk yang agak “di luar kebiasaan”.


“Love is about chemistry but sex is about physics. Love is nude but sex is naked. Love is erotic but sex is pornography.” (hlm 187)



“Cinta itu diperjuangkan. Yang datang sendiri itu bukan cinta tapi nafsu.” (216)

Terlepas dari hubungan tidak biasa di antara kedua pria ini, Sweet Sins tidak terlalu menimbulkan rasa mual di perut sebagaimana pembacaan Lelaki Terindah. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan selain gambaran tentang hubungan fisik dan kasih sayang sesama pria. Sweets Sins mengajak kita untuk memandang orang-orang yang berbeda dengan sudut pandang berbeda. Untuk memandang dari banyak sisi, dan untuk belajar mensyukuri cinta, bagaimanapun cara cinta itu termanifestasi.

"Berterimakasihlah sesering mungkin. Bersyukur atas segala kelebihan, menerima kekurangan, mencari persamaan, dan menghormati perbedaan.” (hlm 156)

“Jangan pernah mengingkari cinta karena cinta adalah salah satu dari rahmat Tuhan yang paling besar yang Dia turunkan ke dunia. Karena cintalah manusia ada sejak dahulu, sekarang, dan untuk masa yang akan datang." (hlm 180)

Keindahan macam apa yang dipandang Ardo dari sosok Rei, saya tidak bisa mengambarkannya. Saya malah terus merasa kalau Rei ini cewek dalm novel Mira W. Tapi. Sebagai mana kata Ardo, tidak semua keindahan itu tampak sama di mata orang. Jika pembaca bertanya keindahan macam apa yang membuat Ardo berani mengandeng tangan Rei di Telaga Sarangan, maka jawabannya mungkin:

"Kadang, keindahan adalah bukan untuk dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati.” (hlm 231)



Dan, ketika cinta terlarang di antara keduanya makin kuat, datanglah masa-masa ujian cinta. Setelah mendapatkan, kita harus mempertahankan cinta itu. Masalahnya, cinta Rei dan Ardo sangatlah rumit. Cinta mereka sudah berbeda sejak awal, dan keduanya sama-sama menyadari bahwa cinta mereka tidaklah abadi, walaupun perasaan kasih di antara keduanya tak terhapuskan. Ardo diminta untuk menikah oleh orang tuanya. Sebuah permintaan terakhir seorang ayah yang ingin melihat anaknya bahagia menjelang ajal, sebuah permintaan yang tak kuasa ditolak oleh Ardo. Kegalauan pun melanda. Rei tahu bahwa hubungan nya dengan Ardo tidak akan pernah mulus sejak awal. Terlalu banyak pandangan yang berbeda, norma yang melarang, serta batasan-batasan sosial serta alamiah yang menghalangi keduanya untuk bisa menjadi kekasih abadi. Rei pun sadar, ia harus rela melepaskan untuk mencintai.


Mengambil tema yang agak mirip dengan Lelaki Terindah, novel Sweet Sins adalah sebuah kisah tentang pertemuan, perjuangan cinta, dan kemudian kerelaan untuk melepaskan. Namun, saya kurang menyukai ending Lelaki Terindah yang masih galau. Sweet Sins diakhiri dengan manis, dengan penutup yang indah layaknya opera aria yang dilantunkan dengan mempesona oleh sang diva. Dalam bab terakhir, berderet-deret makna dan petuah kehidupan yang dipaparkan dengan begitu lembutnya. Tentang kerelaan berkorban dan tentang melepaskan sebagai bentuk tertinggi dari mencintai.


Memang, beberapa bagian dalam novel ini cukup erotis, cukup vulgar dalam menggambarkan adegan seksual antar sesama pria. Tapi, kevulgarannya merupakan cerminan dari kejujuran buku ini. Bahwa Sweet Sins bukan sekadar cerita yang terlihat pura-pura, jelas sekali tidak muncul kemunafikan dalam ceritanya. Rei dan Ardo memang saling mencintai dan mereka melakukan hubungan yang terlarang, tetapi pada akhirnya, keduanya akan menemui ujung kehidupan cinta yang paling indah dengan sangat manisnya.


Siang dan malam, panas dan dingin, tambah dan kurang, hitam dan putih, materi dan non materi, fisik dan jiwa, yin dan yang, begitulah alam semesta ini bekerja. Semuanya saling berpasangan, saling melengkapi, saling menguatkan. Cinta itu, sekali lagi, memang menghebatkan.

Damn, i love the ending, just fair and plain.

Thursday, December 27, 2012

Book Kaleidoscope 2012: Top 5 Book Girlfriends




Book Kaleidoscope 2012: Top 5 Book Girlfriends



            Awalnya nggak “ngeh” dengan even ini, sampai Desty dan Alvina rebut-ribut ngomporin saya untuk bikin daftar 5 cewek pujaan-idaman-idola-bisadipertimbangkanuntukdinikahi (waduh) dari buku-buku yang saya baca selama tahun 2012. Berikut ini daftarnya. Oh ya, even ini diselenggarakan dan dicetuskan oleh mbak Fanda.

5. Perenelle Flammel
                Orang sering bilang, ada kecantikan dalam kematangan. Hal inilah yang saya temukan dalam diri Perenelle dalam seri  The Secret of the Mysterious Nicholas Flammel. Jika dibaca sekilas, seolah-olah Nicholas adalah pahlawan utamanya. Tapi, pahlawan sesungguhnya adalah Perenelle. Sang sorcerer lah yang bekerja di balik layar, menemani dan menemani suaminya selama ratusan tahun sebagai manusia abadi. Bahkan, kekuatan utama Nicholas sehingga bisa bertahan dari serangan Tetua Gelap adalah berkat dukungan Perenelle. Tapi, walau sebenarnyaia lebih kuat, Perenelle tidak pernah merasa lebih tinggi dari suaminya. Ia tetap kalem, tetap mendukung suaminya sepenuh jiwa. Ini mirip pepatah, di balik para pria hebat ada wanita luar biasa yg mendukungnya.

4. Constance
                Oke, ini bukan berarti saya pedofil ya (amit-amit). Karakter si kecil dalam serial Persekutuan Misterius Benedict ini memang bikin gemes, bikin cubit pipinya. Kalaulah masih kecil, bolehlah besok kalo sudah dewasa si Constance ini pasti cantik.

3. Merry Riana


                Boleh nggak sih mimpi bisa beristrikan seorang motivator cantik kayak beliau? Muahahahaha. Bener2 beruntung deh yg jadi suaminya. Salut untuk Ibu Merry yang suka kerja keras, kerja cerdas, namun hanya satu cinta dalam hidupnya, cinta untuk sang suami. Mari kembali berharap yukkkk kapan-kapan bisa ngimpi kayak gini. *edan

2. Kendra


                Ini ya Kakak ceweknya si Seth dalam seri Fablehaven. Kendra ini anaknya tinggi dan langsing karena ia suka lari. Dan, olahraga kesukaan saya adalah lari (terutama lari dari kenyataan –nggak ding). Yg saya suka dari Kendra adalah dia cewek yang cerdas, walau cenderung sok mengatur. Tapi, lebih pnting lagi dia bertanggung jawab sama keluarganya. Keberadaan Kendra sangat penting untuk mengimbangi sifat Seth yang urakan dan cenderung nggak mau berpikir dulu sebelum bertindak. Aku suka Kendra karena dia selalu berani bertindak walau dia sering kali hatinya ketakutan setengah mati. Ia seperti sosok yang ada untuk membereskan segalanya. Mirip Hermione lah.  Dia juga terlampau banyak berpikir sebelum bertindak, persis kayak saya. *malah curcol


1. Arya


           
 Saya sedang cari-cari tokoh elf tapi karena seri Lord if the Rings sudah saya baca sekian tahun lalu, maka saya pun mencari sosok2 elf dari seri Eragon, yakni di buku kedua, yaitu  Arya. Arya ini bisa dibilang  perpaduan antara Arwen dan Eowyn. Yang satu elf anggun luar biasa cantik dan satunya cewek manusia yang pemberani serta pintar bertarung. Perpaduan yang hampir mustahil inilah yang membuat Arya misterius dan sukar digapai. Makanya saya suka. *haduh ini alasannya maksa banget ya.

Friday, December 21, 2012

Dead Girl in Love (Pacarku Pacar Sahabatku)


Judul     : Dead Girl in Love (Pacarku Pacar Sahabatku)
Pengarang          : Linda Joy Singleton
Penerjemah       : Maria Susanto
Editor                    : Dian Pranasari
Korektor              : Adi Toha
Cetakan               : pertama, September 2012
Penerbit              : Atria

 http://cerita-utama.serambi.co.id/wp-content/uploads/2012/10/Dead-Girl-in-Love-front.jpg

                 
              Setelah mengalami dua kali “masuk” ke tubuh yang salah, Amber sekali lagi terbangun dalam tubuh yang bukan miliknya sendiri. Lebih ngerinya lagi, ia bangun di dalam sebuah peti mati dan berada di dalam tubuh sahabatnya sendiri, Alyce. Setelah perannya sebagai penghuni sementara di dua tubuh orang lain berhasil  ia jalani dengan baik, untuk kali ketiga ia harus menjadi penghuni sementara bagi tubuh ALyce, sahabat dekatnya sendiri. Tidak habis pikir Amber ketika mengetahui bahwa sahabat terdekatnya itu ternyata memiliki masalah yang sangat berat dan rumit (terlepas dari masalah-masalah yang tampak dalam kesehariannya). Alyce sendiri bisa dibilang gadis yang unik. Ia suka memakai pakaian yang serba hitam ala gothic dan memiliki hobi unik (lebih tepatnya menyeramkan) yakni memotret nisan-nisan tua di kuburan. Sekilas, tipe gadis seperti Alyce adalah tipe remaja yang “masa bodoh dengan kata orang lain yang penting gue nggak mengganggu mereka.” Siapa sangka, dibalik sikap ALyce yang sok cuek itu, gadis itu menyimpan luka lara yang membuat jiwanya letih.

                Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Granny (neneknya Amber yang merupakan pimpinan dari seluruh penghuni sementara), sesekali waktu jiwa seorang manusia perlu beristirahat dari segala tekanan dan beban kehidupan yang menhimpit. Dalam hal ini, si jiwa akan “meninggalkan” tubuhnya untuk sementara dan adalah tugas seorang penghuni sementara untuk menggantikan jiwa tersebut dengan menempati tubuhnya. Lebih jelasnya begini. Alyce memiliki masalah berat dan hal itu sangat melelahkan jiwanya. Maka, jiwanya pergi beristirahat selama sementara waktu di suatu tempat agar saat “terbangun” ia aka memiliki energi dan semangat serta pemikiran yang lebih jernih. Nah, selama jiwa mengambil rehat sementara inilah, tubuhnya ditempati oleh jiwa sang penghuni sementara. Dalam hal ini, penghuni sementaranya adalah si Amber.

                Lalu, siapa yang menempati tubuh Amber kalau ia berada di tubuh Alyce? Ternyata, Grannylah yang menempati tubuh Amber selama ia menjalankan tugasnya sebagai penghuni tubuh Alyce. Maka, dimulailah petualangan seru ALyce (Amber) dan Amber (Granny) dalam menjalankan keseharian tubuh yang mereka huni. Belum sempat Amber menemukan penyebab masalah berat yang mendera ALyce, ia bertemu dengan Gabe, seorang Penghuni Kegelapan yang bisa menyedot energi kehidupan para penghuni sementara.  Sekuat tenaga, Gabe berupaya membujuk Amber untuk mempertemukannya dengan Granny. Gabe mengaku sudah bertobat dan ia ingin kembali ke jalan cahaya. Dari sini, sikap Amber mulai terbelah. Di satu sisi ia tersentuh dengan ketulusan Gabe yg mengatakan ingin menjadi baik, sementara di sisi lain akal sehat (dan juga Tim Granny) mengatakan bahwa seorang penghuni kegelapan tidak akan pernah bisa sadar.

                Sambil terjebak dalam kegalauan, Amber harus berjuang menemukan sumber masalah Alyce. Alyce tengah mencari sesuatu, seseorang, tapi siapa dan di mana. Di sisi lain, keberadaan Gabe yang selalu menguntitnya semakin membuat Amber tidak nyaman. Haruskah ia mempercayai Gabe? Apakah Gabe benar-benar sudah bertobat? Lalu, bagaimana serunya Granny yang berada di tubuh anak dari anak perempuannya sendiri? Semuanya dikisahkan dengan seru dan khas anak muda dalam seri Dead Girl in Love ini. Jika Anda sudah mengikutiseri Dead Girl ini sejak awal, maka buku ini akan menjadi seri pamungkas dari trilogi menyeramkan ini. Ada ending dan adegan seru di halaman-halaman akhir, ketika Amber akhirnya harus berjuang melawan kekuatan gelap itu, sendirian.

                Dikisahkan dengan bahasa anak muda, Dead Girl in Love berhasil mengangkat tema supranatural yang spooky menjadi lebih segar dan kocak dalam setting remaja. Premis yang digunakan sangat orisinal, dan penulis juga mampu menjelaskan sebab-akibat atau pertautan dari kisah petualangan para penghuni sementara ini. Sejauh ini, saya belum menemukan thypo sementara terjemahan dan editannya sangat luwes dan mengalir, khas dalam bahasa anak muda.  

Wednesday, December 19, 2012

Forgotten


Judul              : Forgotten
Pengarang     : Cat Patrik
Penerjemah   : Berliana Nugrahani
Editor             : RIna Wulandari
Cetakan          : 1, Oktober 2012
Sampul           : Tyo/RAI Studio
Penerbit         : Mizan Fantasy

Forgotten

            “Terkadang, melupakan adalah cara terbaik untuk mengingat.”

            Sebagaimana judulnya, Forgotten, novel ini adalah tentang ingatan dan mengingat. Tentang sebuah kekurangan (atau malah kelebihan?) yang menjadikan seorang gadis remaja menjadi berbeda dengan gadis-gadis lain di sekitarnya. Entah bagaimana mekanisme tepatnya, setiap hari seluruh ingatan London Lane akan terhapus pada pukul 04.33. Mudahnya begini, London menjalani hari ini dengan normal. Ia masuk sekolah, dijahili oleh geng populer, bergosip bersama temannya Jammie, dan bertemu dengan seorang cowok keren bernama Luke. Malam harinya, London pergi tidur dan ia terbangun keesokan harinya dengan ingatan yang kosong. Ia benar-benar melupakan semua yang ia lakukan dan yang ia alami di hari sebelumnya dan hari sebelumnya lagi. Sederhananya, London tidak bisa mengingat masa lalunya. Untuk mengingatkan kembali bahwa ia adalah seorang murid SMA  yang harus membawa baju dan seragam ini itu, ia mencatat segela aktivitas hari itu tepat sebelum ia tidur di malam hari—dan melupakan segalanya. Dari catatan-catatan itulah, London bisa menjalani kehidupannya yang normal.

            Sampai di sini, gagasan ini bisa diterima. Kerusakan pada bagian otak tertentu dalam menyebabkan seseorang mengalami amnesia sehingga ia lupa dengan segalanya. Bedanya, London melupakan masa lalunya setiap pukul 04.33 pagi. Tambahan lagi ia bisa mengingat masa depannya! Sebentar, jadi si London ini lupa dengan apa-apa yang terjadi di masa lalu tapi ia malah mengingat kilasan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada dirinya di masa depan. London bisa mengingat bahwa ia akan terus berteman dengan Jammie hingga kuliah. Ia juga ingat bahwa teman-temannya akan lulus atau mengalami kecelakaan tertentu setahun atau tiga tahun setelah hari ini. Mulai disini, pembaca akan bertanya: Bukannya masa depan itu belum terjadi? Lalu, kenapa London bisa mengingat masa depannya? Ataukah London ini seorang peramal yang mendapat kilasan masa depan?

            Dalam Forgotten, tidak dijelaskan kalau London memiliki kekuatan supernatural atau bakat mistis apapun yang membuatnya bisa mengintip masa depan. Di bagian akhir, akan dijelaskan mengapa ia tidak bisa mengingat masa lalu dan malah bisa mengingat masa depannya. Tapi, itu adalah sebab yang normal dan biasa. Tidak berbau supernatural. Pembaca yang cerewet pasti akan mulai melontarkan pertanyaan dan sanggahan saat membaca novel ini. Tapi, seiring dengan makin berlanjutnya kisah keseharian London, pembaca akan mulai lupa untuk cerewet dan bertanya ini dan itu. Cat Patrick sedikit demi sedikit berhasil mengiring pembaca untuk “percaya saja dengan premisnya itu”. Dan dia berhasil. Banyak pembaca yang akan larut dalam cerita romantis ala anak-anak SMA yang dikisahkan dengan begitu bagus dan lancar. Pembaca akan berfokus pada bagaimana nasib cinta London selanjutnya ketimbang ribut mengurusi premis awal yang banyak lubangnya itu.

            Misteri pun semakin mengental. Penulis benar-benar piawai dalam mengiring pembaca mengikuti cerita. Kehadiran seorang pemuda tampan, Luke Henry, seperti menjadi batu pemantik yang akan mengubah kehidupan London Lane untuk selamanya. Untuk pertama kali, ia tidak bisa melihat pemuda itu ada dalam masa depannya. Ketika mereka akhirnya pacaran, dan Luke sudah mengetahui semua tentang London, tiba-tiba saja London mengalami kilas balik yang aneh. Samar-samar, ia bisa mengingat satu dua peristiwa kecil di masa depannya. Tindakan pencegahan yang ia lakukan ternyata juga membawa sedikit perubahan di masa depan, walaupun banyak yang hasilnya masih tetap sama. Pada akhirnya, London akan menyadari bahwa ia telah dianugerahi kemampuan yang luar biasa untuk melupakan masa lalu (termasuk masa lalu nan kelam). Ingatan-ingatan tentang masa depan juga terbukti dapat ia gunakan untuk menyelamatkan teman-temannya. Dari situ, London mulai memahami bahwa masa depan yang kelam bisa kita ubah dengan berusaha dan bekerja serta doa.

            Forgotten adalah karya perdana  dari Cat Patrik. Ide tentang penulisan novel ini datang bebrapa hari setelah melahirkan, ketika ia melupakan beberapa hal. Konsep ini kemudian ia tuangkan dalam novel sehingga membentuk premis yang menarik seandainya ia meu mengeksplorasi lebih mendalam. Kemampuan melupakan masa lalu dan mengingat masa depan seharusnya bisa diolah lagi menjadi kisah yang lebih emosional dan banyak aksi. Sayangnya, Forgotten ini terlalu banyak mengandung elemen cinta monyet dan dunia remaja, sehingga kurang luwes dalam mengelola konflik yang sifatnya aksi. Alih-alih, kita seperti diajak menyelami dunia London yang tengah berbunga-bunga oleh kecupan cinta.Inilah yang menjadikan novel ini disukai para pembaca wanita karena mereka akan menemukan kekasih sempurna dalam diri Luke.

            Untuk terjemahan, sangat luwes dan lancar. Enak sekali diikuti dan dinikmati. Penerjemah juga membatasi penggunaan kata-kata serapan dalam bahasa Inggris dan mengantinya dengan padanan dalam bahasa Indonesia. Salut juga untuk covernya yang sangat indah serta tata letak halaman yang rapi.  

Monday, December 17, 2012

Tabir Nalar

Judul         : Tabir Nalar
Pengarang    : Rynaldo C. Hadi
Ilustrator      : Felix Adrianto
Penerbit        : Gramedia
cetakan          : 2012

Tabir Nalar by Rynaldo Cahyana Hadi

Luar biasa seru dan melebihi ekspektasi, begitulah pendapat saya setelah selesai membaca Tabir Nalar. Andai saja saya tahu ceritanya akan sedemikian bagusnya, saya tidak akan berlama-lama menunda membaca buku ini. Sebuah perpaduan unik antara genre fantasi dan thriller, yang sedikit mengingatkan saya pada novel Dan Brown Angel and Demon, namun suasana Vandarianya tetap terasa begitu kental. Ada begitu banyak sisipan-sisipan tentang dunia Vandaria di buku ini, tentang kaum frameless, tentang negeri Edenion, juga tentang Sang Raja Tunggal. Semua keterangan meluncur dengan perlahan seiring dengan halaman-halaman yang dibaca, membuat pembaca yang pertama kali membaca seri Vandaria pun tertarik untuk masuk ke dunia rekaan ini.

Dari segi cerita, Tabir Nalar agak berbeda dari seri-seri Vandaria lainnya yang lebih banyak didominasi oleh kisah perjalanan. Novel ini menitikberatkan pada tema konspirasi dan pertempuran fisik dengan senjata. Sihir agaknya kurang terlalu berfungsi dalam buku ini, adegan pertempuran lebih banyak didominasi oleh penggunaan senjata dan modifikasi mana. Juga, ada sedikit unsur thriller dan berteka-teki, dengan ciri khas berupa twist yang menegangkan di bagian akhir. Hanya saja, karena misterinya agak-agak mirip dengan Angel and Demon, saya sudah bisa menebak siapa dalang utama di balik konspirasi besar yang mengguncang Majelis Raja Tunggal, walau saya belum bisa menebak alasan atau alur konspirasi yang berlangsung. Tapi, tetap saja buku ini layak untuk 4,5 bintang karena kepiawaian si penulis dalam menyusun plot seruntut ini (karena pasti banyak melibatkan plot flashback) dan juga, terutama, adegan pertempurannya yang seru.

Setting cerita terjadi di kota Edenia, ibukota kerajaan Nirvana, sekitar 170 tahun setelah Ratu Seraph digulingkan oleh Sang Raja Tunggal. Pada masa ini, bangsa frameless dan manusia memiliki derajat yang setara dan tidak lagi terjadi diskriminasi atau penindasan oleh kaum frameless terhadap manusia. Majelis Raja Tunggal kemudian dibentuk demi menjaga dan memelihara kedamaian dan persamaan derajat ini. Anggotanya pun terdiri dari manusia, separuh frameless, dan frameless murni. Meski keadaan berjalan damai, namun rupanya masih ada pihak-pihak tertentu yang tidak setuju dengan titah Sang Raja Tunggal tentang persamaan derajat di Tanah Utama Vandaria. Beberapa pemberontakan muncul di sudut-sudut Vandaria, tetapi puncaknya adalah ketika datang surat ancaman dari sekelompok pasukan pembunuh yang hendak menghabisi anggota Dewan Majelis. 

Cervale Irvana, tokoh sental dalam buku ini, adalah seorang frameless dari marga Irvana yang memiliki kelebihan untuk membaca pikiran. Sebagai salah satu anggota Majelis Raja Tunggal, hatinya tergerak untuk menguak misteri di balik ancaman tersebut. Ketika satu demi satu anggota dewan ditemukan tewas, ia harus bergerak cepat untuk mengetahui siapa dalang dibalik upaya-upaya keji ini. Satu per satu misteri diruntut untuk dikuak. Dengan bantuan Barad Turvor sahabatnya serta Rilsia Alass, seorang peneliti berbakat, Cervale menemukan sebuah fakta yang mengejutkan. Konspirasi itu ternyata berakar pada sebuah peristiwa tragis di masa lampau. Ketika para pembunuh mulai menjalankan aksinya, cervale dan pasukan Edenia pun bersiap. Dan, pertempuran seru pun pecah.

Cerita dalam Tabir Nalar berjalan dengan sangat intens, hampir-hampir tak memberi kesempatan pada pembaca untuk menutup buku. Dari adegan di meja sidang, adegan kemudian beralih ke pertempuran seru dengan desingan cakram dan pedang. Adegan pertempuran antara Cervales dan pasukan pembunuh bahkan digambarkan secara detail, penuh dengan jurus-jurus berkelit dan menyerang, benar-benar memuaskan. Sihir tidak begitu berarti dalam seri ini, karena para pembunuh itu ternyata memiliki kekebalan terhadap sihir. Tidak ada jalan lain, pertempuran fisik menjadi satu-satunya cara. Ini masih ditambah dengan mulai terkuaknya simpul-simpul misteri yang mengarah pada dalang utama di balik pembunuhan-pembunuhan anggota dewan.

Secara keseluruhan, ceritanya memang outstanding dan pantas mendapat aplaus. Sangat berbeda dan bisa dibilang “agak melanggar pakem cerita” dari seri-seri Vandaria sebelumnya. Entah karena saya terlalu larut dalam ceritanya, atau mungkin saya yang silap mata, saya tidak menemukan typho di Tabir Nalar. Kalimat-kalimatnya pun runtut dan enak diikuti. Apalagi saat menggambarkan adegan pertarungan. Kalimat-kalimatnya pendek dan naratif, juga deskriptif. Mampu memunculkan ketegangan dan alur yang cepat. Karakter-karakternya juga dibangun dengan sangat baik, berada dalam wilayah abu-abu dan tidak serbasempurna. Sesempurna dan sehebat apapun Cervale, ia memiliki kelemahan dalam sikap arogansi dan kurang peka sebagaimana yang biasa dimiliki para jagoan. Begitupun karakter-karakter lainnya, dibuat begitu halus dan normal sehingga pembaca dipaksa menebak-nebak siapa sesungguhnya dalang di balik konspirasi ini. Saya sendiri menebak dua kali, dan membutuhkan dua pertiga pembacaan Tabir Nalar untuk bisa menebak dengan tepat.

Sekarang kelemahannya, yang pertama harus saya soroti adalah ilustrasi di dalamnya. Entah mengapa, ilustrasi dalam Tabir Nalar lebih seperti menyorot deskripsi karakter ketimbang deskripsi cerita. Seolah-olah ilustrasi di sini lebih untuk menegaskan “begini lo tampak depan si A dan si B”, bukannya menggambarkan adegan atau jalannya cerita. Juga, yang agak mengganggu, model pakaian beberapa tokoh agak cenderung sangat terbuka dan sedikit mengarah ke bahenol, maaf. Lihat saja contohnya pada halaman 31. Saya menekankan hal ini karena Vandaria juga banyak dibaca oleh berbagai golongan usia sehingga sebaiknya ilustrasi agak diperhalus. Atau, cukup dengan menarasikan saja. Untuk penggambaran karakter Rilsia Alass sudah pas dan tidak mengesankan macam-macam. Pilihan gambar seperti di halaman 51 menurut saya sudah pas. Selain itu, ada sedikit masalah dengan pemilihan nama yang jika tidak hati-hati bisa agak menyinggung etnografis tertentu, walau tidak terlalu mencolok karena tertutupi oleh alur cerita yang berjalan cepat.

Untuk banyak hal, kisah dalam Tabir Nalar sangat tertolong oleh tidak terlalu tebalnya buku ini. Jika ceritanya ditambah atau halaman diperbanyak, justru akan lebih banyak bolong yang muncul dan selipan-selipan yang hilang. Akan lebih baik jika penulis membuat sekuelnya dan mengangkat atau menyorot kembali bagian-bagian yang belum terlalu terjelaskan dalam Tabir Nalar. Review ini diakhiri oleh satu kutipan yang sangat saya sukai dari Tabir Nalar:

“Pada akhirnya, yang menentukan nilai seseorang bukanlah sebuah ras, melainkan pemikiran dan tingkah laku mereka sendiri.” (hlm 9)

Friday, December 14, 2012

The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin


Judul               : The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin
Pengarang       : J.R.R. Tolkien
Penerjemah     : Gita Yuliani K
Cetakan           : Keempat, Februari 2003
Tebal               : 501 halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama


Tiga cincin untuk raja-raja Peri di bawah langit,
Tujuh untuk raja-raja kurcaci di balairung batu mereka,
Sembilan untuk Insan Manusia yang ditakdirkan mati,
Satu untuk Penguasa Kegelapan di tahtanya yang kelam.
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.
Satu cincin ‘tuk menguasai mereka semua, satu cincin ‘tuk menemukan mereka
Satu cincin ‘tuk membawa mereka semua dan dalam kegelapan mengikat nereka
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.

            
            The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin, inilah epic pembuka dari trilogi novel The Lord of the Rings yang masuk dalam daftar buku terbaik sepanjang masa. Dikisahkan dengan begitu mendetail dan lengkap, trilogi petualangan fantasi karya J.R.R Tolkien ini seperti sudah ditakdirkan untuk menjadi sebuah karya besar nan melegenda sejak kali pertama diterbitkan menjelang pertengahan abad ke-20. Dalam seri ini, Tolkien dengan lihai mampu meramu sebuah kisah fantasi yang benar-benar memenuhi ekspektasi dan harapan pembaca akan sebuah kisah ajaib dan seru. Dengan cermat ia menyusun sebuah kisah di dunia lama, zaman ketika Bumi belum terlalu tua dan Eropa masih disebut dengan Middle Earth. Itulah masa-masa ketika sihir masih berkecamuk, ketika pedang adalah lambang harga diri, ketika daratan masih diliputi hutan dan aneka legenda, ketika sikap ksatria dan keberanian adalah harta tak  terbeli, ketika janji masih dijunjung tinggi.

            “… dan pada zaman dulu, hanya makhluk-makhluk paling jahat yang berani ingkar janji.” (hlm 23).

            Kisah besar ini terjadi pada Zaman Keempat—yang rincian kalender di Dunia Tengah dapat dilihat di buku The Return of the King. Kala itu, Dunia Tengah masih diliputi kedamaian karena Sang Kegelapan masih lemah di pusat kekuasaannya di timur. Hanya sesekali terjadi perang atau gangguan keamanan, atau kemunculan beberapa orc dan troll di sudut-sudut terjauh Bumi Tengah, di Mirkwood, dan di Pegunungan Berkabut. Kaum Hobbit (nama “hobbit” merupakan istilah ciptaan Tolkien yang kemudian masuk di dalam kamus Bahasa Inggris) hidup tenang dalam rumah-rumah lubang mereka di Shire. Kaum manusia masih bertahta dan menjalankan tugasnya dengan penuh kebanggaan sebagai calon pewaris peradaban Bumi Tengah. Kaum kurcaci sibuk dengan perkakas dan kehidupan mereka di gunung-gunung batu serta terowongan. Sementara, kaum elf memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia dan mencoba mengabaikan segala apa yang terjadi di Dunia Tengah. Dunia seakan berputar dengan begitu biasa, padahal di timur kegelapan tengah bangkit dan mengumpulkan kuasa jahatnya.

            Adalah Frodo Baggins, seorang hobbit yang juga keponakan dari Bilbo Baggins (kisah lengkap Bilbo bisa dibaca pada buku The Hobbit), yang mewarisi sebuah cincin keramat ari sang paman. Cincin inilah rahasia dari kekayaan, kejayaan, dan kehebatan keluarga Baggins di Hobitton. Kunjungan sang penyihir kelabu Gandalf mengubah segalanya, termasuk mengubah takdir hidup Frodo dan juga nasib Dunia Tengah. Cincin itu ternyata adalah pusat kekuatan dari Sang Gelap yang tengah bangkit di timur. Jika cincin itu jatuh ke tangannya, maka berakhirlah kehidupan di seluruh penjuru Dunia Tengah. Keputusan telah dibuat. Dewan penyihir dan kaum elf sepakat bahwa cincin itu harus dihancurkan. Frodo pun terpilih sebagai sang pembawa cincin karena sebagai hobbit ia dinilai paling tidak mempan tergoda oleh bujukan si cincin.

            Maka dibentuklah aliansi pertama untuk melawan kembali kebangkitan Sang Gelap. Dari masing-masing ras di Dunia Tengah, ditunjuklah sejumlah perwakilan. Aragon dan Boromir dari ras manusia, Gimli dari ras kurcaci, Legolas dari kaum elf, Gandalf sang penyihir, serta ketiga sahabat Frodo yakni Merry, Peppin, dan Sam sebagai wakil dari ras hobbit. Maka, dimulailah perjalanan akbar sembilan pembawa cincin menuju Gunung Mordor demi menghancurkan cincin keramat tersebut. Dari sini, cerita akan bergulir seiring dengan makin jauhnya perjalanan para pembawa cincin. Melewati kota-kota manusia dan kampung hobbit, menembus hutan belantara yang penuh jebakan, melewati terowongan-terowongan gelap yang menyesatkan, hingga berjuang melawan terpaan badai salju di lereng pegunungan terjal. Sebuah perjalanan yang berat, apalagi Sang Gelap juga merasakan ketiakberesan sehingga ia mengirimkan pasukan hitamnya.

            Ini adalah perjalanan fisik sekaligus perjalanan jiwa. Segala serangan dan kesulitan yang menghadang di perjalanan telah menjadikan sembilan pembawa cincin itu saling terikat erat satu sama lain. Persahabatan mereka terbukti ampuh dalam menghadapi dan menaklukkan apapun yang menghadang, termasuk monster dan kuasa jahat sekalipun. Tapi, tidak ada hasil yang besar tanpa cobaan yang berat dan tak tertangguhkan. Kuasa nafsu begitu sulit ditolak sehingga pada akhir buku pertama ini, berakhirlah kebersamaan sembilan pembawa cincin. Frodo dan Sam harus berpisah dari teman-temannya yang lain, karena masing-masing punya takdir yang harus dipenuhi dan dijalani demi menyelamatkan Dunia Tengah.

            The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin berhasil melanjutkan kesuksesan  The Hobbit . Novel ini ditulis dengan begitu terperinci, begitu lengkap sehingga hampir-hampir menyerupai perjalanan sungguhan ke daratan tak bertuan. Tolkien begitu piawai mendeskripsikan Dunia Tengah dengan kondisi alam dan penduduknya, bahkan bahasa-bahasa, sejarah, hingga kronologis waktunya. Karena saking lengkapnya, banyak pembaca yang merasakan novel ini sangat lambat dan alurnya sangat pelan, padahal dari situlah bukti keseriusan sang penulis dalam menggarap novel ini. Seolah-olah, Tolkien hendak menuliskan sebuah dunia yang benar-benar nyata, yang lengkap dengan segala atributnya sebagaimana dunia yang bisa dibayangkan pembaca. Dan ia berhasil. Setelah pembaca menyelesaikan pembacaan The Lord of the Rings, mereka pasti akan merindukan kembali saat-saat “berjalan” menembus Old Forrest atau mendaki Pegunungan Berkabut atau mengunjungi Rivendell.

            Ada saat-saat hebat yang kita rasakan saat membaca buku ini. Seolah-olah, pembaca akan dipindahkan ke masa-masa kuno ketika sihir dan adu pedang adalah hal biasa. Tolkien juga memanjakan pembacanya dengan detail (yang mungkin dianggap bertele-tele oleh sebagian orang) dan inilah yang menjadikan gambaran dalam novel ini begitu vivid dan mengikat pembaca. Dan, tanpa sadar, kita seolah-olah diajak menjadi pembawa cincin yang kesepuluh, yang menemani sekaligus mengawal Frodo dalam perjalanan besarnya menyelamatkan Dunia Tengah.
            

Thursday, December 6, 2012

The Hobbit



Judul                : The Hobbit
Pengarang       : J.R.R. Tolkien
Penerjemah     : A. Adiwiyoto
Sampul             : E.I. Mangopang
Cetakan           : Keempat, Mei 2002
Tebal                : 348 halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama



      


Far over misty mountain cold
To dungeons and caverns old
We must away ere break of day
To seek the pale enchanted gold


Jauh ke balik gunung yang dingin dan gelap
Ke dalam terowongan dan gua yang pengap
Kita harus berangkat sebelum pagi tiba
Mencari emas dan permata gemerlap (hlm 25)



The Hobbit adalah sebuah novel petualangan fantasi epik karya pengarang kenamaan dunia J.R.R. Tolkien. Pertama kali ditulis pada tahun 1937 dan merupakan prekuel dari saga The Lord of the Ring nan legendaris. Dalam waktu yang tidak berapa lama, seri novel fantasi ini  pun segera mendapat sambutan positif dari para pembaca di Inggris dan Amerika, sebelum kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Pengarang yang juga sahabat karib dari C.S. Lewis (pengarang seri The Chronicles of Narnia) ini memang memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang sastra. Selain itu, beliau juga merupakan seorang dosen linguistik sehingga kemampuan kebahasaannya tidak diragukan lagi. 

Dalam seri petualangan yang dikisahkan berlangsung di Middle Earth ini, Tolkien dengan hampir sempurna telah membangun sebuah dunia rekaan yang sangat komplit (high fantasy), lengkap dengan bangsa-bangsa legendaris di dalamnya, mulai dari manusia, hobbit (semacam manusia kerdil tapi lebih kecil daripada kurcaci), kurcaci, penyihir, elf¸ troll, dan banyak monster-monster legendaris lainnya. Lebih dari itu, Tolkien bahkan menciptakan bahasa peri dan bahasa kuno dalam serinya ini (yang lampiran lengkapnya bisa dilihat pada buku The Return of the King).

Cerita dalam The Hobbit adalah tentang petualangan sekelompok pencari harta yang hendak mengklaim kembali harta milik leluhurnya yang telah direbut oleh naga jahat Smaug. Kelompok ini terdiri dari 13 kurcaci, satu hobbit, dan satu penyihir. Dalam perjalanan tersebut, kelompok itu harus menghadapi berbagai marabahaya dan rintangan, baik berupa bentang alam yang keras hingga monster-monster mengerikan dari sudut-sudut gelap Middle Earth, seperti orc, troll, serigala, elf galak, dan naga.  Sebuah perjalanan akbar yang akan mengubah banyak hal, mulai dari karakter Bilbo Baggins—sang hobbit—hingga sejarah dari Middle Earth itu sendiri. 

Kisah dimulai ketika Bilbo Baggins, seorang hobbit yang pengecut sekaligus bersahaja, diminta oleh sang penyihir kelabu, Gandalf, untuk meminmpin 13 kurcaci dalam melacak harta milik leluhur mereka. Hara itu disembunyikan di sebuah gua di kawasan Gunung Sunyi dan dijaga oleh seekor naga ganas. Bahkan sebelum menghadapi sang naga, kelompok ini sudah harus menghadapi berbagai monster yang mengerikan saat menembus Pegunungan Berkabut dan hutan Mirkwood. Dalam perjalanan tersebut, Bilbo tanpa sengaja mendapatkan sebuah cincin sakti yang bisa membuatnya tidak terlihat. Cincin inilah yang kelak akan menjadi pemicu dari pecahnya perang besar yang akan mengubah wajah Middle Earth selamanya. Bagi pembaca yang sudah membaca seri Lord of the Ring pasti tahu apa cincin yang ditemukan oleh Bilbo ini. Ya, itu adalah cincin sakti milik Sauron.

Walau memiliki kekuatan yang luar biasa bagi pemilik aslinya, bagi manusia atau hobbit biasa, cincin itu hanya bisa membuat pemakainya tidak terlihat. Namun, ini sudah lebih dari cukup untuk menyelamatkan Bilbo dan kelompoknya dalam menghadapi berbagai rintangan dan bahaya, dan sangat bermanfaat saat mereka akhirnya harus menghadapi sang naga, Smaug. Sebagai mana seri-seri epic karya Tolkien, novel The Hobbit diakhiri oleh adegan pertempuran yang luar biasa seru, yakni gabungan antara manusia-kurcaci-penyihir-hobbit dalam menghadapi naga angkara Smaug yang telah meneror Middle Earth.

Kepiawaian Tolkien dalam menyusun kisah petualangan Bilbo dan kawan-kawan di Middle Earth ini begitu memukau, begitu komplet, sehingga pembaca akan menutup buku dengan perasaan puas. The Hobbit  telah memiliki hampir semua yang dibutuhkan oleh sebuah kisah fantasi: petualangan, penyihir, monster, naga, pahlawan, pertempuran, juga setting dunia rekaan yang memesona. Sudah tidak terhitung berapa banyak pembaca yang jatuh cinta pada alam Middle Earth, yang karena kepiawaian sang penulis dalam mendeskripsikannya menjadikan pesona Middle Earth begitu tegas di benak pembaca. Tolkien bahkan menyusun sendiri kosakata bahasa elf dan bahasa kuno di Middle Earth, sungguh ini adalah sebuah upaya yang tidak setengah-setengah dalam menulis sebuah novel. Tolkien memang memiliki ciri khas  mendeskripsikan sesuatu dengan begitu detail, bahkan saking detailnya pembaca bisa terseret dalam dunia rekaannya itu. 

Bagi pembaca awal, novel ini mungkin terasa agak sendu dan muram. Mungkin, ini dipengaruhi oleh masa penulisan The Hobbit, yakni paska Perang Dunia Pertama dan menjelang Perang Dunia Kedua. Ada pendapat bahwa seri The Return of the King digunakan Tolkien sebagai refleksi dari jalannya Perang Dunia Kedua. Bahkan, kata hobbit kini telah masuk dalam kamus Oxford Dictionary untuk merujuk pada makhluk rekaan dalam karya Tolkien ini. Luar biasa, seorang penulis yang menyumbangkan satu kata baru pada kamus.

Untuk The Hobbit versi Indonesia, terjemahannya luar biasa bagus. A. Adiwiyoto begitu luwes dalam menerjemahkan Middle Earth beserta peristiwa-peristiwa besar di dalamnya. Lihatlah dalam potongan-potongan lirik lagu di atas, yang diterjemahkan hingga ke  tingkat rima. Susunan kalimatnya juga mengalir lancar sehingga membuat proses pembacaan The Hobbit menjadi begitu mengalir dan menyenangkan. Tahu-tahu, buku selesai dibaca dan terpaksa kita berpisah sejenak dengan Bilbo Baggins untuk berjumpa lagi di seri selanjutnya, bersama keponakannya Frodo Baggins. 

            Bagi saya, The Hobbit merupakan novel kedua setelah Harry Potter and the Philosopher Stone yang berjasa besar mengenalkan keragaman kisah fantasi dunia kepada pembaca Indonesia. Dari novel inilah, saya pertama kali mengenal sebuah petualangan fantastis yang terjadi sebuah dunia yang baru serta penuh pesona mitologis dan legenda—dan langsung menyukainya. Karena kehebatan dan perannya sebagai tonggak novel fantasi abad ke-20, The Hobbit layak dimasukkan sebagai satu dari 1001 buku yang wajib Anda baca dari khazanah sastra dunia.  

The King beneath the mountains,
The king of carven stone.
The lord of silver fountains
Shall come into his own

Raja di Bawah Gunung
Raja yang kaya raya
Yang harta bendanya menggunung
‘kan kembali kepada miliknya. (hlm 229)



 

Wednesday, December 5, 2012

Silang Hati


Judul               : Silang Hati
Pengarang      : Sanie B. Kuncoro dan Widayawati Oktavia
Editor              : Ayuning
Proofread       : A.T. Palupi, G. Romadhona
Letak              : W. Suwarni, D. Novitasari
Sampul           : Dwi Anissa Anindhika
Cetakan          : pertama, 2012
Penerbit         : Gagas Media



            Buku ini unik dari dua sisi yang paling utama, pertama, sampulnya yang seperti amplop. Ada telinga di sampul belakang yang bisa ditangkupkan menutup sampul depan, kesannya seperti sampul surat cinta kehijauan yang cantik. Kedua, buku ini ditulis oleh dua pengarang. Bukan ditulis berbarengan tapi memang ada dua cerita berbeda yang ditulis oleh dua orang yang berbeda. Kisah berbeda, orang yang berbeda, tapi mengangkat satu tema yang sama: pencarian dan pengungkapan cinta. Antara kisah pertama dengan kisah  kedua juga memiliki keterkaitan pelaku, yakni Rajesh dan Aria, keduanya adalah sahabat sejak SMA. Kisah cinta keduanya dipertautkan oleh satu hal: pendakian.

Cerita Pertama: Senandung Hujan
By Sanie B. Kuncoro

            Ini pertama kalinya saya membaca karya mbak Sanie karena wishlist lama saya blm juga kesampaian sata sekarang (which is membaca Memilikimu). Seperti yang sudah saya duga, mbak Sanie ini jagonya bikin orang larut dalam dunia rekaannya melalui alunan kata-kata merdu yang menyenandungkan puisi. Kekuatan utama dari novel-novelnya adalah pemilihan kata yang susatra dan indah sekali, sampai-sampai jalanan berdebu pun menjadi begitu indah jika dideskripsikan oleh mMbak Sanie. Entah berapa kali saya menjadi mendayu-dayu terpesona oleh untaian kata-kata indah yang terjalin hangat, dengan banyak sekali kalimat-kalimat indah yang “berteriak-teriak” minta dikutip.

“ Bahwa hidup adalaf dunia yg bergerak, dunia yg berubah, itulah dinamika, variasi yang membuat hidup menyenangkan.” (hlm 103)

“Alam memang ajaib. Dengan caranya sendiri alam mengajarkan pada kita  begitu banyak hal yang tak terduga. Tidak hanya membantu kita mengenal diri sendiri dengan lebih baik, tapijuga memungkinkan kita untuk melihat orang lain dengan dimensi yang berbeda.” (hlm 116)

            Cerita diawali dengan hujan, entah mengapa fenomena alam yang satu ini sering sekali memicu kejadian-kejadian romansa. Rajesh tengah berteduh di sebuah halte malam-malam ketika ia bertemu dengan sosok wanita misterius itu, sosok yg mengingatkannya akan kekasihnya yang dulu. Cerita pun mengalun flashback¸ menyeret pembaca pada masa-masa indah perkenalan Rajesh dengan Magnolia. Mbak Sanie luar biasa menciptakan tokoh Rajesh ini, begitu utuh dan romantis, karakternya tetap sepanjang cerita gak berubah-ubah (konsisten): agak sendu, bijaksana, dan romantis habis.

            “Tentu bukan cuma karena cantikmu yang membuat dirimu tak terlupakan.” (hlm 3)
*Duh gombalannya ga nguatin* Tapi, keduanya ternyata terlalu berbeda. Rajesh yang anak gunung (suka mendaki) dan Magnolia yang social freak (gaul dan suka ke pesta-pesta). Galau dan sendu sempat menghampiri Rajesh, tapi sakit itu segera terobati dengan hadirnya sesosok gadis yang menjadi rekannya dalam sebuah pendakian. Mendaki dan menaklukan gunung memang bs menjadi pilihan saat orang sedang patah hati atau mengalami kegagalan. Berhasil mencapai puncak gunungakan  menyadarkannya bahwa ia belum kalah, bahwa ia bisa menang, dan bahwa dirinya mampu melakukan pencapaian. Dalam kasus Rajesh, ia malah menemukan dua keuntungan sekaligus: melupakan Magnolia dan menemukan sang gadis  korek api yang telah menghangatkan jiwanya saat di halte dulu.
           
“Kalau seorang laki-laki yang terluka hatinya dan kini mulai berpikir tentang gadis lain, itu berarti awal pemulihan. Awal yang baik untuk memulai.” (hlm 49)

Dan, cerita cinta akan terasa hambar jika tidak berliku. Hubungan Rajesh dengan si Lotus, gadis korek api itu, begitu rumit. Rajesh yang merasa sudah menemukan tambatan hatinya harus menahan gejolak cintanya karena sikap Lotus yang entah mengapa dingin. Tentang kisah pencarian cinta Rajesh dan perjuangan untuk melupakan masa lalu yang pahit, tentang itulah kisah Senandung Hujan ini berawal dan berakhir. Lalu, apakah Rajesh bisa mencairkan kebekuan hati Lotus? Biar kutipan ini yang menjawabnya (Arghh …telalu banyak kutipan indah dalam buku ini)

“Pada saatnya nanti, jalan cinta itu akan terbuka seluas-luasnya sehingga ke arah mana pun kita menuju, selalu akan tersedia cinta untuk kita.” (hlm 43.)

***

Cerita Kedua: Persimpangan
by Widyawati Oktavia

            Masih mengusung tema yang sama, atas nama pencarian cinta. Kisah ini mengangkat kisah cinta Aria, sahabat Rajesh yang sama-sama suka mendaki gunung. Dibandingkan kisah pertama, kisah ini terasa lebih dinamis dengan bahasanya yang tidak terlalu mendayu-dayu dan cerita yang lebih “ramai” dari segi konflik. Dikisahkan dengan lebih banyak menyorot Rubina, cewek yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Aria, yang membuatnya rela mendaki gunung untuk pertama kalinya agar lebih dekat dengan cowok pujaannya itu.

            “Cinta, kau tahu, membuatmu lebih kuat, bukan melemahkan.” (hlm 175)

            Dalam pendakian panjang itulah keduanya saling mengenal. Rubina makin mengetahui kelebihan dari sosok Aria, sementara Aria pun mulai merasakan getar-getar aneh yang baru kali itu muncul. Mereka menjadi saling mengenal di tengah keluasan hutan pinus dan ditudungi oleh lengkung langit dengan hiasan rasi bintangnya nan elok.
           
            “Kita akan mengenali seseorang saat orang itu menjadi teman seperjalanan dalam perjalanan panjang.” (185).

            Sayangnya, keindahan cinta baru terasa setelah diuji, dan ujian itu datang pertama kali justru saat Rubina tengah membumbung tinggi karena pengharapan dan cinta. Aria tanpa sadar mengatakan bahwa sudah ada orang lain, yg langsung mengugurkan segala harapan dan rasa cinta Rubina. Dan gadis itu pun langsung down dan menyerah saat itu juga. Terlalu tampak sendunya dalam perilakunya, menjadikan keindahan puncak gunung dan upaya turun tidak seindah proses pendakiannya. Rubina tidak pernah mengatakan bahwa ia suka Aria, sementara Aria kurang jeli dalam mengamati tanda-tanda itu pada diri Rubina. Maka, pendakian itu menjadi awal dari kisah cinta yang berkebalikan: Rubina yang mulai melupakan Aria dan Aria yang mulai memikirkan Rubina. Nah!

            “Cinta seperti cuaca saat ini, kata orang-orang, tidak bisa ditebak.” (hlm 258)

            Tampaknya di seputar tema inilah cerita ini berputar hingga akhir. Aria akhirnya mmenyatakan cintanya pada Rubina. Tapi Rubina telanjur jatuh dan sekuat tenaga ia berupanya mengabaikan jeritan hatinya demi melupakan Aria. Sebuah kesalahpahaman semakin memperumit keduanya.  Saat prosesi wisuda Aria, Rubina yang sudah begadang membuat kue cokelat, harus mendapati kenyataan Aria sedang digandeng oleh wanita lain yang  jauh lebih feminim dan berkelas. Dan, kegalauan itu mulai menancapkan taring-taringnya. Luka itu kembali terkuak dalam hati. Tanpa konfirmasi dulu, Rubina memutuskan untuk melupakan Aria, dan sesudahnya ada rentang masa dua tahun yang kembali memisahkan mereka.

            Cerita kedua ini terasa lebih dinamis karena hati yang berbelok-belok. Juga, terlalu dikuasai oleh alam pikiran Rubina yang begitu dramatisir dan penuh kegalauan. Aria harus berjuang lebih lama demi mencintai dan agar bisa bersama dengan Rubina. Saya sendiri sampe geregetan karena sampai menjelang kisah berakhir si Rubina ini masih tetep saja keukeuh untuk menolak Aria, yah namanya hati memang tak ingin terlukai lagi untuk ketiga kali.
***

            Silang Hati adalah dua kisah tentang mahasiswa pecinta alam, tentang dua cinta yang hendak menemukan tambatan hatinya, tentang keindahan dan kegigihan cinta. Kisah ini sekaligus menyadarkan kita tentang betapa sederhana cinta itu sebenarnya. Seringkali, kitalah yang membuatnya rumit dengan memasukkan unsur rugi-laba di dalamnya. Padahal, cinta itu murni dan ihklas. Cinta akan menghargatkan dan membahagiakanmu ketika kita membuka diri untuk mencintai, dan dicintai.

            “Cinta bukanlah sesuatu yang rumit, hanya sesuatu yang membuatmu tenang—membuatmu nyaman. Dan, yang terpenting, membuatmu tak kehilangan harapan.” (hlm 193)