Search This Blog

Tuesday, September 10, 2013

Jakarta Love Story



Judul     : Jakarta Love Story
Pengarang          : Rudy Efendi
Editor                 : Aya Sophia
Halaman            : 479 hlm
Cetakan             : Pertama, Agustus 2013
Penerbit             : DIVA Press



"Bukankah tidak dibutuhkan kata-kata lagi tatkala dalam diam dua hati telah saling bicara?" (Jakarta Love Story, 420)

                Satu lagi buku bertema LGBT yang meramaikan khasanah sastra Indonesia setelah sebelumnya kita dihibur dengan Lelaki Terindah, Garis Tepi Seorang Lesbian (terbit ulang dengan judul Ashmora Paria), dan yang terbaru The Sweet Sins. Buku baru tentang percintaan yang tidak biasa, yang lain dari kecenderungan umumnya, yakni tentang cinta yang timbul antar jenis kelamin yang sama. Satu kisah lagi diangkat untuk mengetahui adakah cinta sejati dari hubungan tidak biasa ini. ketika kedua hati saling bertaut dan seseorang tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh hati, mampukah dunia menaklumi dan menerima cinta yang  tidak biasa ini? Mampukah cinta yang begitu tulus dan suci meluluhkan hati dunia meskipun cinta itu bertentangan dengan kodrat dan menyalahi aturan alam? Jakarta Love Story tampaknya ditulis untuk menjawab dua pertanyaan itu.

                Rifai, seorang eksekutif muda mapan, tipikal lajang metropolitan dengan karier baik. Tidak ada yang kurang dalam dirinya: muda, berparas tampan, dompet tebal, pekerjaan mapan, rumah tinggal mentereng, dan karier cemerlang. Semuanya sempurna kecuali satu: ia adalah seorang biseksual (tertarik pada pria maupun wanita). Suatu malam, takdir mempertemukannya dengan Fabio, seorang mahasiwa polos yang waktu itu tengah kepepet dan terpaksa melacurkan diri untuk membayar uang kosnya. Rifai yang segera tertarik pada anak muda itu pun “menyewa” Fabian. Sebuah pertemuan awal yang kemudian memunculkan ikatan pada keduanya.

                Waktu berlalu dan seiring dengan intensnya pertemuan keduanya, rasa cinta terlarang pun tumbuh di dalam dada. Jika sebelumnya nafsu yang mengelora, kini cinta mengambil alih tempatnya. Keduanya bak sepasang kekasih yang saling membutuhkan, tidak hanya secara fisik namun juga secara psikis. Dan, keduanya telah mengikrarkan sebuah cinta yang menentang dunia, resiko apapun akan mereka  tanggung. Cinta telah terlalu menggelapkan mata, tanpa tahu betapa sakit dan dalamnya kejatuhan yang menunggu mereka di depan karena cinta terlarangnya.

                Saya membaca Jakarta Love Story dengan model skip-skip-skip alias lompat-lompat per 10 halaman (eh maaf ya hiihihihi) sehingga wajar saja novel setebal ini selesai dalam empat jam. Rekor ini hanya terkalahkan oleh pembacaan trilogi 50 Shades of Grey yang ebooknya selesai saya baca (eh saya skip-skip kemudian ditandai sana-sini) dalam waktu hanya 2 jam (muahahaha malah curcol). Kembali ke novel ini, di bagian-bagian awal saya berharap akan menemukan rasa yang berbeda dari Jakarta Love Story, tapi pembacaan sampai bab 3 sepertinya arah cerita sudah dapat ditebak sehingga yah jurus skip skip beraksi deh. Model kisah seperti ini memang cenderung kurang variatif. Penulis seakan terkekang untuk meliarkan imajinasinya (haiah bahasanya) karena tema cinta sejenis seperti ini memang biasanya sempit sekali (atau sengaja dipersempit). Pembaca dan budaya Indonesia sepertinya tidak siap untuk menerima sedikit pergeseran hukum alam ini, meskipun semuanya atas nama cinta. Kini, terbukti sudah bahwa cinta bukanlah segalanya walau tanpa cinta segalanya juga bukan apa-apa. Kita tidak bisa hidup dengan cinta semata, walau hidup tanpa cinta adalah penderitaan tiada tara. (ini kenapa saya malah berpuisi?)

                Pokoknya begitu deh. Bagi yang sudah membaca Lelaki Terindah dan The Sweet Sins pasti bisa menebak ke arah mana novel ini menuju pada endingnya. Walaupun sempat berputar-putar, tapi ke situ-situ juga akhirnya. Kelebihannya, Jakarta Love Story bisa dibilang novel LGBT yang lebih ke arah romantis ketimbang ke arah seksualitas. Hati lebih banyak berbicara kaitannya dengan hubungan Rifai dan Fabio. Jargon dan kata-kata berbau seksualitas dalam novel ini juga tidak seberani seperti di dalam The Sweet Sins, bisa dibilang penulis bermain aman dengan hanya bermain hati. Ada satu kutipan yang sempat membuat cukup indah yang saya temukan saat sedang men-ksip-ksip novel ini, sebuah kutipan yang sebenarnya biasa kita dengarkan keluar dari mulut para pecinta. 

 "Kebahagian terbesar dlm hidupku adalah ketika mengenalmu. Tdk ada yg bisa menggantikan hal itu sampai kapan pun." (Jakarta Love Story, 478)

4 comments:

  1. Tema begini emang rada-rada sensitif...
    Banyak juga yang udah dibaca. Hobi atau mau cari bagian ehem-ehem? XD
    *uhuk*

    ReplyDelete
  2. tadinya niat ke gramed beli The Sweet Sins tapi stok abis (dimana2!) :'( trs ga sengaja liat buku ini, akhirnya beli

    lagi in progress baca ini sih :D aku suka
    ceritanya bikin emosi naik turun!!

    - Princhesta

    ReplyDelete
  3. kunjungi juga web kami www.rajaplastikindonesia.com

    CP 021 2287 7764 / 0838 9838 6891 (wa) / 0852 8774 4779 pin bbm 5CFD83E7

    ReplyDelete
  4. Mas sy coba hub anda, tapi email yg tertera tdk valid, tlg hub sy harsaputra355@yahoo.co.id

    ReplyDelete