Judul : Jakarta Love Story
Pengarang : Rudy Efendi
Editor : Aya Sophia
Halaman : 479 hlm
Cetakan : Pertama, Agustus 2013
Penerbit : DIVA Press
"Bukankah tidak dibutuhkan kata-kata lagi tatkala dalam diam dua hati telah saling bicara?" (Jakarta Love Story, 420)
Satu
lagi buku bertema LGBT yang meramaikan khasanah sastra Indonesia setelah
sebelumnya kita dihibur dengan Lelaki Terindah,
Garis Tepi Seorang Lesbian (terbit ulang dengan judul Ashmora Paria), dan yang terbaru The Sweet Sins. Buku baru tentang percintaan yang tidak biasa, yang
lain dari kecenderungan umumnya, yakni tentang cinta yang timbul antar jenis
kelamin yang sama. Satu kisah lagi diangkat untuk mengetahui adakah cinta
sejati dari hubungan tidak biasa ini. ketika kedua hati saling bertaut dan
seseorang tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh hati, mampukah dunia
menaklumi dan menerima cinta yang tidak
biasa ini? Mampukah cinta yang begitu tulus dan suci meluluhkan hati dunia
meskipun cinta itu bertentangan dengan kodrat dan menyalahi aturan alam? Jakarta Love Story tampaknya ditulis
untuk menjawab dua pertanyaan itu.
Rifai,
seorang eksekutif muda mapan, tipikal lajang metropolitan dengan karier baik.
Tidak ada yang kurang dalam dirinya: muda, berparas tampan, dompet tebal,
pekerjaan mapan, rumah tinggal mentereng, dan karier cemerlang. Semuanya
sempurna kecuali satu: ia adalah seorang biseksual (tertarik pada pria maupun
wanita). Suatu malam, takdir mempertemukannya dengan Fabio, seorang mahasiwa
polos yang waktu itu tengah kepepet dan terpaksa melacurkan diri untuk membayar
uang kosnya. Rifai yang segera tertarik pada anak muda itu pun “menyewa”
Fabian. Sebuah pertemuan awal yang kemudian memunculkan ikatan pada keduanya.
Waktu
berlalu dan seiring dengan intensnya pertemuan keduanya, rasa cinta terlarang
pun tumbuh di dalam dada. Jika sebelumnya nafsu yang mengelora, kini cinta
mengambil alih tempatnya. Keduanya bak sepasang kekasih yang saling
membutuhkan, tidak hanya secara fisik namun juga secara psikis. Dan, keduanya
telah mengikrarkan sebuah cinta yang menentang dunia, resiko apapun akan
mereka tanggung. Cinta telah terlalu
menggelapkan mata, tanpa tahu betapa sakit dan dalamnya kejatuhan yang menunggu
mereka di depan karena cinta terlarangnya.
Saya
membaca Jakarta Love Story dengan
model skip-skip-skip alias lompat-lompat per 10 halaman (eh maaf ya hiihihihi)
sehingga wajar saja novel setebal ini selesai dalam empat jam. Rekor ini hanya
terkalahkan oleh pembacaan trilogi 50
Shades of Grey yang ebooknya selesai saya baca (eh saya skip-skip kemudian
ditandai sana-sini) dalam waktu hanya 2 jam (muahahaha malah curcol). Kembali
ke novel ini, di bagian-bagian awal saya berharap akan menemukan rasa yang
berbeda dari Jakarta Love Story, tapi
pembacaan sampai bab 3 sepertinya arah cerita sudah dapat ditebak sehingga yah
jurus skip skip beraksi deh. Model kisah seperti ini memang cenderung kurang
variatif. Penulis seakan terkekang untuk meliarkan imajinasinya (haiah
bahasanya) karena tema cinta sejenis seperti ini memang biasanya sempit sekali
(atau sengaja dipersempit). Pembaca dan budaya Indonesia sepertinya tidak siap
untuk menerima sedikit pergeseran hukum alam ini, meskipun semuanya atas nama
cinta. Kini, terbukti sudah bahwa cinta bukanlah segalanya walau tanpa cinta
segalanya juga bukan apa-apa. Kita tidak bisa hidup dengan cinta semata, walau
hidup tanpa cinta adalah penderitaan tiada tara. (ini kenapa saya malah berpuisi?)
Pokoknya
begitu deh. Bagi yang sudah membaca Lelaki
Terindah dan The Sweet Sins pasti
bisa menebak ke arah mana novel ini menuju pada endingnya. Walaupun sempat
berputar-putar, tapi ke situ-situ juga akhirnya. Kelebihannya, Jakarta Love Story bisa dibilang novel
LGBT yang lebih ke arah romantis ketimbang ke arah seksualitas. Hati lebih
banyak berbicara kaitannya dengan hubungan Rifai dan Fabio. Jargon dan
kata-kata berbau seksualitas dalam novel ini juga tidak seberani seperti di
dalam The Sweet Sins, bisa dibilang
penulis bermain aman dengan hanya bermain hati. Ada satu kutipan yang sempat
membuat cukup indah yang saya temukan saat sedang men-ksip-ksip novel ini, sebuah
kutipan yang sebenarnya biasa kita dengarkan keluar dari mulut para pecinta.
"Kebahagian terbesar dlm hidupku adalah ketika mengenalmu. Tdk ada yg
bisa menggantikan hal itu sampai kapan pun." (Jakarta Love Story, 478)
Tema begini emang rada-rada sensitif...
ReplyDeleteBanyak juga yang udah dibaca. Hobi atau mau cari bagian ehem-ehem? XD
*uhuk*
tadinya niat ke gramed beli The Sweet Sins tapi stok abis (dimana2!) :'( trs ga sengaja liat buku ini, akhirnya beli
ReplyDeletelagi in progress baca ini sih :D aku suka
ceritanya bikin emosi naik turun!!
- Princhesta
kunjungi juga web kami www.rajaplastikindonesia.com
ReplyDeleteCP 021 2287 7764 / 0838 9838 6891 (wa) / 0852 8774 4779 pin bbm 5CFD83E7
Mas sy coba hub anda, tapi email yg tertera tdk valid, tlg hub sy harsaputra355@yahoo.co.id
ReplyDelete