Search This Blog

Showing posts with label Book from Secret Santa. Show all posts
Showing posts with label Book from Secret Santa. Show all posts

Friday, January 30, 2015

Posting Bareng Secret Santa 2014: BUMI




Judul   : Bumi
Pengarang : Tere Liye
Cetakan: keenam, 2014
Tebal : 438 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

            Untuk penulis sekelas Tere Liye, sepertinya kita tidak perlu lagi meragukan kemampuannya dalam menghadirkan cerita yang bernas sekaligus menghibur. Terlepas dari sosoknya yang kontroversial di dunia maya, tidak bisa dipungkiri kalau penulis produktif ini memang memiliki gaya, cirri khas, dan keunggulannya sendiri dalam menulis sebuah cerita. Saya sudah membaca sejumlah buku Tere Liye yang rata-rata bertema cinta, kehidupan, dan inspirasi, namun belum sempat membaca karyanya dalam genre fantasi (genre yang sangat saya sukai). Ketika Bumi terbit awal 2014, saya masih sanksi untuk membelinya karena (harganya mahal) dalam bayangan saya, sosok Tere Liye ini sepertinya kurang cocok kalau menulis fantasi (padahal penulis sudah menghasilkan novel Sang Penanda yang banyak dimasukkan dalam genre fantasi). Hanya saja, bintang-bintang di Goodreads yang bertebaran untuk buku ini, ditambah racun maut dari teman, membuat saya penasaran dengan Bumi. Dan, betapa bersyukurnya saya ketika Bumi dihadirkan kepada saya lewat perantaraan Santa Rahasia saya yang begitu baik. Terima kasih, kak Ci…eh Kak Santa.

            “Konsisten. Eh, bukan, persisten maksud Papa. Ya itu kata yang lebih tepat. Kamu tahu, Ra, persisten membuat kita bisa melakukan hal hebat tanpa disadari. Seperti mesin cuci itu. Sedikit setiap harinya, tapi dalam waktu lama, tetap saja hebat hasilnya.” (hlm 17)

            Seperti biasa, Tere Liye selalu khas dengan baris-baris kalimat inspiratifnya. Begitu juga dalam Bumi yang masih menunjukkan kekhasan seorang Tere Liye sehingga menjadikan Bumi cukup berbeda dengan novel-novel lain yang say abaca. Paling tidak, untuk paruh yang pertama, karena menjelang pertengahan alur kisahnya kemudian malah menjadi biasa (menurut saya lho). Bumi berkisah tentang seorang remaja 15 tahun bernama Raib. Sebagaimana namanya, dia bisa menghilang alias menjadi tidak kasat mata. Sebuah premis yang unik apalagi penulis lalu memadukannya dengan kisah teenlit yang belieable karena dengan luwesnya penulis mampu memadukan elemen fantasiyah dan alur logika yang tepat sehingga menjadikan kisah Raib ini menyenangkan untuk diikuti. Sekitar 150 halaman awal, pembaca akan diajak mengikuti kehidupan Raib yang biasa, sebelum elemen aksi khas fiksi fantasi muncul di halaman 150.

“Ini perpustakaan sentral. Tempat semua catatan dan buku disimpan, semua ilmu dikumpulkan. Tidak ada tempat lebih baik dibanding ini jika kita membutuhkan jawaban. “ (hlm 237)

            Raib bersama temannya, Seli dan Ali, mendapati sekolah mereka diserang oleh sosok-sosok hitam yang keluar dari lubang hitam. Setelah meledakkan trafo listrik dan ruang aula sekolah, sosok-sosok itu bermaksud menculik mereka entah kemana. Belum selesai perkara, ketiga remaja itu mendapati salah satu guru mereka ternyata juga jago bertarung, jago meledakkan, dan mampu membuat lubang hitam yang sama. Pertempuran maut memaksa ketiganya masuk portal hingga sebuah buku misterius yang diberikan sang guru malah akhirnya menyeret ketiga remaja itu ke sebuah dimensi yang bukan dunia tempat mereka tinggal selama ini. Dan, Bumi mulai memasuki alur khas fantasinya dengan membawa ketiga remaja ini bertualangan ke negeri milik Klan Bulan.

“Nah, camkan baik-baik. Sumber kekuatan terbaik bagi manusia adalah yang sering kalian sebut tekad, kehendak.” (hlm 137)

            Ide dasar dunia fantasi yang dipakai Tere Liye dalam Bumi sebenarnya sederhana, namun idenya segar dan unik. Dia menggunakan konsep empat dimensi dunia berbeda yang semuanya berlangsung secara bersamaan. Konsep yang sudah biasa sebenarnya, hanya saja penulis menegaskan bahwa keempatnya berada di empat ketinggian yang berbeda sehingga tidak saling bertubrukan. Dunia manusia menempati permukaan tanah sehingga disebut Klan Bumi. Lalu, ada klan bulan yang menempati ruang awang-awang antara pucuk pepohonan dan awan. Di dimensi inilah ketiga remaja itu masuk dan bertualang. Kemudian, Klan Matahari yang berkarya di atas awan, serta Klan  Bintang yang dimensinya begitu misterius, mencakup luar angkasa dan galaksi-galaksi nun jauh di atas. Masing-masing klan hidup di dimensinya dan antara yang satu dengan yang lainnya tidak bisa saling melihat.

Meskipun klan kalian tidak ada yang memiliki kekuatan seperti penduduk dunia lain, boleh jadi kemampuan kalian belajar adalah kekuatan itu sendiri…. Ada banyak yang tidak diketahui oleh orang paling berpengetahuan sekalipun.” (265)

            Ceritanya, ada penguasa lama dari Klan Bulan yang bermaksud untuk menjajah dimensi milik klan Bumi, dan Klan Matahari. Dulu, perang sempat pecah karena upaya ini, sebelum akhirnya perang diselesaikan dengan penggulingan kekuasaan militer di dimensi Klan Bulan. Namun, setelah ribuan tahun, benih-benih kekuasaan itu bangkit lagi dan diam-diam mereka menyusun sebuah makar untuk mengulingkan pemerintahan sah di dimensi Klan Bulan dengan tujuan untuk membuka portal menuju dimensi Klan Bumi. Raib dan teman-temannya tiba ke dimensi tersebut ketika kondisi politik tengah panas, dan mereka menyaksikan terjadinya proses penggulingan kekuasaan. Bahkan, Raib malah menjadi salah satu kunci yang diincar oleh komplotan militer yang menggulingkan pemerintahan yang sah.

            Banyak spoiler yang berpotensi mengancam kenikmatan membaca  buku ini jika saya membeberkan ringkasan ceritanya. Satu hal yang jelas, Bumi sangat layak dinikmati terlepas dari endingnya yang saya rasa agak terlalu cepat, mungkin biar tidak terlalu tebal. Oh ya, saya juga paling suka sama tokoh Ali, yang mewakili Klan Bumi. Kenapa? Baca sendiri deh ya daripada hilang keseruannya.


Dari mana datangnya Bumi? Dari Semarang Turun ke Akyu *haiah*

           
 Saya mendapatkan Bumi dan Temeraire 3 dari Santa Rahasia saya yang baik hati melalui program #SecretSanta dari Blog Buku Indonesia. Bayangkan, santa yang baik hati itu tidak hanya memberikan satu kado, tapi tiga loh sodara-sodari *standing applause* Berkat kebaikan hati beliau, saya jadi bisa membaca dua buku yang sudah begitu lama saya idam-idamkan ini. Nah, sekarang, giliran saya harus menebak-nebak siapa sebenarnya santa saya. Petunjuk yang ditinggalkan oleh sang santa rahasia adalah selembar kertas berikut:


            Saya awalnya bingung, kenapa tidak ada kata-kata petunjuknya sama sekali? Pas pertama saya menerima kado ini, saya cuma nyeletuk: “Eh ini gambar orang menarinya kayak di salah satu cerita Sherlock Holmes." Dan, si santa juga menyinggung perihal Holmes di kertas petunjuknya. Tapi, saya masih belum yakin, sampai akhirnya Kak Dani dan Mbak Bzee yang menunggu joglosemar meyakinkan saya untuk mencoba mencocokkan gambar orang menari di kertas ini dengan kunci yang ada di kisah  The Adventure of the Dancing Men. Setelah menghabiskan malam minggu jomblo membongkar timbunan dan mencocokkan jawaban (agak macet dikit karena ada huruf yang salah cetak di naskah terbitan Gramedia yang saya jadikan sebagai kunci jawaban) akhirnya terbongkarlah sandi orang menari itu:

THE ONE AND THE ONLY CINDY
READ BETWEEN PAGES

Yay, ternyata santa yang baik hati itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kak Cindy dari Semarang. *peluk* Terima kasih ya Kak Cindy, hadiah SS kali ini adalah yang paling menyenangkan yang pernah saya terima. Karena isinya duaaaaaa eh tigaaaa *plak*

Terima kasih Kak Cindy, terima kasih divisi event BBI.  


           

#Temeraire 3 (Black Powder War)



Judul : #Temeraire 3 (Black Powder War)
Pengarang : Naomi Novik
Penerjemah: Ine Milasari Hidayat
Editor : Andriyani
Cetakan: 1, 2013
Tebal: 501 hlm
Penerbit: Elex Media Komputindo

18813328

“Kita tidak boleh jatuh dalam keputusasaan. Masih ada harapan, dan kalaupun tidak ada harapan sama sekali, duduk berdiam diri sambil meratapi nasib tidak akan ada gunanya.” (hlm 394)

                Seri ini benar-benar merupakan sebuah perayaan atas naga-naga. Bagi Anda yang mengaku menyukai naga dalam segala variannya, tidak akan lengkap jika belum membaca seri Temeraire karena dalam buku ini akan Anda dapatkan naga-naga dalam versinya yang paling memesona, sangat berbeda bila dibanding naga-naga dalam kisah fiksi lainnya. Dengan mengabungkan detail sejarah dan kedisiplinan dunia militer, Naomi Novik telah menciptakan sebuah dunia di mana keberadaan naga begitu dicintai dan dibutuhkan manusia, bahkan menjadikannya sebagai sosok yang sangat dihormati dan  dibutuhkan. Setting historis seri inipun mengambil waktu yang sangat klasik dalam rentang sejarah, yakni semasa berlangsungnya ekspansi kekuatan militer Napoleon sehingga menjadikannya begitu detail dengan rincian peristiwa sejarah yang seolah benar-benar nyata. Hanya saja, dalam kisah ini kita akan temukan naga-naga berterbangan di angkasa.

                Menyambung dari seri pertama dan kedua, Black Powder War masih mempertahankan detail peritistiwa dan intrik politik yang menjadi cirri khas seri ini. Jika buku pertama bersetting di Inggris dan buku kedua di China, maka buku tiga ini akan mengajak pembaca menjelajahi pelosok Asia Tengah, menyusuri eksotisme Istanbul, dan akhirnya mengarungi daratan Prusia yang luas di Eropa tengah. Meskipun begitu padat oleh deskripsi dan alur-alur politis, penulis menulis seri ini dengan begitu menyenangkannya sehingga seri ini sangat nyaman untuk diikuti. Hanya saja, teknik ini mungkin cukup berat bagi mereka yang terbiasa membaca seri fantasi yang berjenis high fantasy karena padatnya informasi sejarah yang berjejalan dalam seri ini.

                Naomi Novik memang menyandarkan alur cerita dalam seri ini dari kronologis sejarah yang asli, yakni di masa perang Napoleon. Beberapa kali dia menggunakan tokoh-tokoh yang memang benar-benar ada di masa itu, bahkan system peperangan, jalannya pertempuran, kondisi politik-ekonomi, hingga deskripsi geografis semuanya coba dibuat mirip dengan aslinya. Untuk buku ketiga ini, dia bahkan harus membaca dua buku tentang Perang Napoleon untuk dijadikan alur bagi jalannya pertempuran yang pecah di front Eropa. Karena itulah membaca buku ini akan membuat pembaca seperti bisa melihat langsung jalannya perang, pergerakan pasukan, trik yang dipakai Napoleon, hingga jalur-jalur distribusi makanan dan senjata. Luar biasa!

                Jika di buku kedua, Temeraire dan krunya seperti dimanja di China—yang begitu mengagungkan naga—maka di buku ini mereka kembali harus terjun ke kancah peperangan. Dimulai dari sebuah informasi bahwa Inggris telah membeli 3 telur naga dari Kesultanan Ottoman, Lawrence dan krunya harus segera mengambil telur tersebut. Karena suatu peristiwa yang membuat kapal mereka rusak, diambilah keputusan untuk menempuh perjalanan darat menuju Turki, yakni melalui jalur sutera yang mulai sepi dan ditinggalkan. Bentangan gurun luas dan pegunungan gernang harus mereka lewati begitu sampai ke Turki sebelum akhirnya mereka tiba di negeri eksotis itu, hanya untuk menjadi korban dari suatu intrik rahasia yang telah dipersiapkan oleh mereka. Segera setelah mereka mendapatkan telur-telur tersebut, sang naga dan krunya harus bergerak kembali ke dataran Eropa.

                Eropa tengah menjadi saksi dari keganasan ekspansi militer Napoleon yang tengah mencaplok wilayah imperium Prusia sedikit demi sedikit. Dengan matanya seniri, Lawrence menyaksikan kecerdikan sang jenderal besar Prancis dalam memobilisasi pasukan, melakukan serangan mendadak, merencanakan jalur serangan, menyergap musuh. Semuanya dilakukan dengan begitu cemerlang sampai Lawrence dan krunya dibuat pontang-panting meskipun mereka sudah dilindungi angkatan perang Prusia dalam jumlah besar. Dalam seri ini, peperangan antar-naga tidak seintens di buku pertama, pembaca lebih banyak disuguhi pada jalannya pertempuran antara pasukan Napoleon melawan pasukan Kerajaan Prusia, yang untungnya tidak membosankan karena naga-naga yang bertebaran di sepanjang cerita.  

Buku ini saya dapatkan sebagai sebuah anugerah yang sangat indah dari sang Santa Rahasia yang blognya sangat indah itu. Sembah menjura ke Kak Cindy.

Wednesday, November 19, 2014

Dearest My Secret Santa



Salam Santa-ku tersayang, siapapun dirimu
Terima kasih, sudah bersedia direpotkan olehku
Mencari dan mengirim (lagi-lagi) buku
Yang kuimpikan selalu


Tapi, aku tidak akan menyusahkanmu lagi
Kuberikan di sini, daftar buku untuk kamu cari
Kupilihkan yang masih gampang dibeli
Satu pilihan buku indah darimu, akan selalu kunanti


Titik Nol
Titik Nol oleh Agustinus Wibowo


Bumi
Bumi oleh tere Liye


Temeraire Book 3 : Black Powder War



Toko buku on line tempat buku itu bisa dibeli bisa langsung di klik ke judul buku yang bersangkutan, semoga tidak menyusahkan.

Terima kasih.






Thursday, January 30, 2014

Posting Bareng "Secret Santa": Kitab Api



Judul : The Fire Chronicle (Kitab Api)
Pengarang : John Stephens
Penerjemah : Poppy D Chusfani
Tebal : 528 hlm
Cetakan : Pertama, 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


18745432 

                Saya selalu suka membaca buku yang membahas tentang buku, apalagi jika keduanya digabungkan dalam genre favorit saya, fiksi fantasi. Karena itu, buku-buku tentang buku yang dari judulnya saja sudah mengandung kata buku adalah incaran koleksi saya, termasuk buku ini, Kitab Api. Karya kedua John Stephens ini adalah lanjutan dari buku pertamanya, The Emerald Atlas atau Atlas Emerald yang juga sama-sama berkisah tentang buku magis. Sedari awal, seri ini sendiri adalah kisah fantasi akan pencarian 3 buku magis yang disebut sebagai Buku-Buku Permulaan. Ada tiga anak sebagai tokoh utama dalam seri ini: Kate, Michael, dan Emma. Masing-masing membawa satu buku. Jika dibuku pertama ketahuan siapa pemilik Atlas Emerald, maka di buku kedua ini sang adik kedua-lah yang giliran mendapatkan Kitab Api.

                Dalam buku pertama, Kate, Michael, dan Emma; tiga anak yatim piatu yang selalu berpindah panti asuhan akhirnya mendarat di kota Cambridge Falls. Kejadian magis terjadi ketika Atlas Emerald yang semacam mesin waktu membawa ketiganya ke kota itu, 15 tahun sebelumnya. Dalam buku kedua ini, dari awal, ketiga bocah lugu ini sudah menjadi incaran para penyihir jahat pimpinan Magnus si Bengis. Untuk menyelamatkan Atlas Emerald, Kate terpaksa memindahkan dirinya ke New York 100 tahun sebelumnya. Sayangnya, ia terjebak di masa itu, meninggalkan Michael dan Emma sendirian di masa kini.

                Frustrasi menunggu sang Kakak yang belum juga kembali, Michael dan Emma memutuskan untuk mencari Kitab Api dengan bantuan penyihir baik Stanislaus Pym dan Gabriel. Perjalanan mereka berawal di Malpesa, salah satu kota sihir yang sudah ditarik dari dunia modern, yang berada di ujung selatan benua Amerika Latin. Pencarian akan Kitab Api ternyata membawa mereka ke daratan berselimut es, dengan naga bernapaskan api, dan penjaga yang sudah tidak waras. Pun, begitu, pasukan musuh masih berhasil mengejar mereka. Maka Michael, Emma, dan Gabriel pun harus bersiap-siap terlibat pertempuran akbar memperebutkan Kitab Api dengan monster-monster suruhan Magnus. Pertempuran di buku kedua ini jauh lebih seru dan lebih epic dibanding pertempuran di buku pertama. Keren dan tak membosankan, banyak hal baru dihadirkan. Jika Atlas Emerald mampu mengendalikan waktu, maka apakah kekuatan dari Kitab Api

                Petualangan Kate di New York tahun 1899 juga tidak kalah menegangkan. Ia menjadi saksi dari hari-hari terakhir ketika sihir belum ditarik dari dunia. Waktu itu, manusia biasa masih hidup berdampingan dengan penyihir, kurcaci, elf, troll, dan mahkluk-mahkluk magis lainnya. Sayangnya, kemampuan ajaib komunitas sihir ini membuat manusia biasa (yang lebih banyak) menjadi merasa terancam. Kate menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak yang berbakat sihir diekploitasi oleh manusia biasa, bahkan penyihir dewasa pun sering diserang tanpa alasan. Inilah yang kemudian menjadi alasan penarikan komunitas sihir dari dunia. Terhitung mulai 1 Januari 1900, komunitas sihir akan disembunyikan dari dunia. Ada kota-kota yang “dihilangkan” dari dalam peta modern. Ada jalan-jalan yang kini tidak dapat diakses lagi oleh  manusia biasa. Ada sudut-sudut kota yang tak terlihat di mata manusia biasa. 

          Di sinilah Kate bertemu dengan anak-anak yang sama berbakat dengan dirinya. Juga dengan Rafe, yang kelak dikatakan akan menjadi orang yang sangat berkaitan dengan kehidupan ketiga bersaudara/bersaudari itu. Dalam endingnya, akan muncul pula beragam fakta dan kebenaran yang selama ini ditutup-tutupi dari ketiga anak itu, termasuk fakta tentang orang tua mereka. Menarik juga melihat perkembangan karakter dari ketiga anak ini. Petualangan demi petualangan yang mereka alami secara tidak sadar telah membentuk diri mereka menjadi lebih dewasa, lebih bijak, dan lebih bertanggung jawab. Inilah makna utama dari para pemegang (pembaca) buku, yakni mereka menjadi semakin baik seiring dengan semakin banyak buku yang dibaca. 

"Setiap hari, melalui tindakan kita, kita memutuskan siapa diri kita sebenarnya." (hlm 283)

                Secara isi, Kitab Api jauh lebih tebal dan lebih matang dibanding Atlas Emerald. Di buku kedua ini, muncul lebih banyak karakter, dan juga premis-premis yang lebih menarik. Adegan pertempurannya juga lebih banyak, dengan plot dan twist yang bertebaran di sepanjang halaman-halamannya. Ketika menerima buku ini sebagai kado dari secret santa, saya langsung melonjak girang. Bukan, bukan karena harganya yang mahal, tetapi karena buku ini ternyata tebal hihihi. Masing keder pas mau baca, apakah bisa selesai cepat berhubung colekan lemburan nan tak mau ditunda. Tapi begitu buka, dan ceritanya luar biasa menarik, selesailah buku ini dalam 3 hari *halah lama* Untuk yang sudah baca Atlas Emerald, jangan sampai melewatkan Kitab Api karena kau tidak tahu apa yang telah kau lewatkan.


Posting bareng
                 
Sekarang, kita tiba pada bagian teristimewa, yakni siapakah sang Secret Santa yang sangat baik hati dan pintar sekali memilihkan buku bagus ini untuk saya. Petunjuknya sudah di posting di blog beberapa waktu yang lalu. Saya muat ulang ya fotonya:



Ok, tidak ada pantun, kalimat teka-teki, atau petunjuk apapun selain gambar salam tiga jari di atas. Mumpung mau Pemilu, saya mencari-cari siapa sih di antara anak-anak BBI yang jadi kader parpol no 3? Tapi, kayaknya ngak mungkin. Jadi pasti ada apa-apa dengan angka 3. Kalau ngak dia nomor urut 3, bisa juga dia sering ngadain sesuatu yang berbau angka 3. Petunjuk lainnya, kenapa angka tiganya digambarkan kayak salam Distrik 13 di Cacthing Fire? Kenapa ngak pakai angka 3 saja? Pasti ini si Santa suka baca The Hunger Games juga. Petunjuk ketiga merujuk pada alamat toko buku on line Hobby Buku shop. Setelah dipikir dan diintip pakai gulingin baskom, maka saya memberanikan diri menebak si Secret Santa sebagai:


Busya Kabar Gembira (B-zee)

Kenapa:
1. Blog  Bacaan Bzee yang memang mengadakan program "Scene on 3"
2. Mbak Busyra juga suka baca The Hunger Games, yang dia pernah bilang di wa kalau ia paling suka buku Mockingjay (buku ke-3)
3. Mbak Busyra ini juga langganan PO di Hobby Buku Shop

Hihihi... maafkan kalau deduksi saya yang masih amat polos ini keliru alias salah orang. Entah benar atau salah, siapapun Anda, saya ucapkan terima kasih banyak atas kiriman kadonya. Saya senang sekali sama buku ini. 

Kecups