Judul : #Temeraire 3 (Black Powder War)
Pengarang : Naomi Novik
Penerjemah: Ine Milasari Hidayat
Editor : Andriyani
Cetakan: 1, 2013
Tebal: 501 hlm
Penerbit: Elex Media Komputindo
“Kita tidak boleh jatuh dalam keputusasaan. Masih ada harapan, dan
kalaupun tidak ada harapan sama sekali, duduk berdiam diri sambil meratapi
nasib tidak akan ada gunanya.” (hlm 394)
Seri ini benar-benar merupakan sebuah perayaan atas naga-naga. Bagi
Anda yang mengaku menyukai naga dalam segala variannya, tidak akan lengkap jika
belum membaca seri Temeraire karena dalam buku ini akan Anda dapatkan naga-naga
dalam versinya yang paling memesona, sangat berbeda bila dibanding naga-naga
dalam kisah fiksi lainnya. Dengan mengabungkan detail sejarah dan kedisiplinan
dunia militer, Naomi Novik telah menciptakan sebuah dunia di mana keberadaan
naga begitu dicintai dan dibutuhkan manusia, bahkan menjadikannya sebagai sosok
yang sangat dihormati dan dibutuhkan.
Setting historis seri inipun mengambil waktu yang sangat klasik dalam rentang sejarah,
yakni semasa berlangsungnya ekspansi kekuatan militer Napoleon sehingga
menjadikannya begitu detail dengan rincian peristiwa sejarah yang seolah
benar-benar nyata. Hanya saja, dalam kisah ini kita akan temukan naga-naga
berterbangan di angkasa.
Menyambung
dari seri pertama dan kedua, Black Powder
War masih mempertahankan detail peritistiwa dan intrik politik yang menjadi
cirri khas seri ini. Jika buku pertama bersetting di Inggris dan buku kedua di
China, maka buku tiga ini akan mengajak pembaca menjelajahi pelosok Asia
Tengah, menyusuri eksotisme Istanbul, dan akhirnya mengarungi daratan Prusia
yang luas di Eropa tengah. Meskipun begitu padat oleh deskripsi dan alur-alur
politis, penulis menulis seri ini dengan begitu menyenangkannya sehingga seri
ini sangat nyaman untuk diikuti. Hanya saja, teknik ini mungkin cukup berat
bagi mereka yang terbiasa membaca seri fantasi yang berjenis high fantasy karena padatnya informasi
sejarah yang berjejalan dalam seri ini.
Naomi
Novik memang menyandarkan alur cerita dalam seri ini dari kronologis sejarah
yang asli, yakni di masa perang Napoleon. Beberapa kali dia menggunakan
tokoh-tokoh yang memang benar-benar ada di masa itu, bahkan system peperangan,
jalannya pertempuran, kondisi politik-ekonomi, hingga deskripsi geografis
semuanya coba dibuat mirip dengan aslinya. Untuk buku ketiga ini, dia bahkan
harus membaca dua buku tentang Perang Napoleon untuk dijadikan alur bagi
jalannya pertempuran yang pecah di front Eropa. Karena itulah membaca buku ini
akan membuat pembaca seperti bisa melihat langsung jalannya perang, pergerakan
pasukan, trik yang dipakai Napoleon, hingga jalur-jalur distribusi makanan dan
senjata. Luar biasa!
Jika
di buku kedua, Temeraire dan krunya seperti dimanja di China—yang begitu
mengagungkan naga—maka di buku ini mereka kembali harus terjun ke kancah
peperangan. Dimulai dari sebuah informasi bahwa Inggris telah membeli 3 telur
naga dari Kesultanan Ottoman, Lawrence dan krunya harus segera mengambil telur
tersebut. Karena suatu peristiwa yang membuat kapal mereka rusak, diambilah
keputusan untuk menempuh perjalanan darat menuju Turki, yakni melalui jalur
sutera yang mulai sepi dan ditinggalkan. Bentangan gurun luas dan pegunungan
gernang harus mereka lewati begitu sampai ke Turki sebelum akhirnya mereka tiba
di negeri eksotis itu, hanya untuk menjadi korban dari suatu intrik rahasia
yang telah dipersiapkan oleh mereka. Segera setelah mereka mendapatkan
telur-telur tersebut, sang naga dan krunya harus bergerak kembali ke dataran
Eropa.
Eropa
tengah menjadi saksi dari keganasan ekspansi militer Napoleon yang tengah
mencaplok wilayah imperium Prusia sedikit demi sedikit. Dengan matanya seniri,
Lawrence menyaksikan kecerdikan sang jenderal besar Prancis dalam memobilisasi
pasukan, melakukan serangan mendadak, merencanakan jalur serangan, menyergap
musuh. Semuanya dilakukan dengan begitu cemerlang sampai Lawrence dan krunya
dibuat pontang-panting meskipun mereka sudah dilindungi angkatan perang Prusia
dalam jumlah besar. Dalam seri ini, peperangan antar-naga tidak seintens di
buku pertama, pembaca lebih banyak disuguhi pada jalannya pertempuran antara
pasukan Napoleon melawan pasukan Kerajaan Prusia, yang untungnya tidak
membosankan karena naga-naga yang bertebaran di sepanjang cerita.
Buku ini saya dapatkan sebagai sebuah anugerah yang sangat indah dari sang Santa Rahasia yang blognya sangat indah itu. Sembah menjura ke Kak Cindy.
nike air vapormax
ReplyDeleteadidas tubular
yeezy shoes
nike air max
yeezy shoes
nike lebron shoes
nike sneakers
kobe sneakers
balenciaga sneakers
chrome hearts store
xiaofang20191213