Search This Blog

Friday, December 20, 2013

Beyonder

Judul : Beyonder
Pengarang : Brandon Mull
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Penyunting : Silvero Shan
Tebal : 600 halaman
Cetakan: 1, November 2013
Penerbit: Mizan Fantasi



                Brandon Mull, melalui Beyonders semakin membuktikan dirinya sebagai pengarang kisah fantasi yang membius pembaca, tidak kalah membius dibanding memakan buah beri lumba. Setiap cerita yang ia kisahkan selalu mampu membawa pembaca ke alam petualangan yang tidak pernah membosankan. Jika dalam seri Fablehaven kita mendapati petualangan yang susul-menyusul dan plot yang tak terduga, maka dalam Beyonders ini penulis membuat pembaca menanti-nanti dan menebak-nebak apa yang kiranya akan ditemui oleh Jason dalam Rachel dalam petualangan mereka di Dunia Lyrian. Sebagaimana kata kritikus, Beyonder ini ditulis dengan sangat rapi dan runtut-teratur. Jika dibayangkan, kisah ini mirip sebuah kotak yang sisi-sisinya pas membentuk persegi sempurna. Dari sisi cerita memang tidak (atau belum) seseru seri Fablehaven kara Om Brandon ini punya kebiasaan menulis cerita yang agak datar di awal tetapi semakin seru ke seri-seri berikutnya.
                Beyonders berkisah tentang Jason Walker, seorang anak remaja berusia 13 tahun yang tersesat masuk ke sebuah dunia lain bernama Lyrian. Selama berabad-abad, manusia diketahui telah menyeberang ke dunia Lyrian lewat berbagai cara, umumnya secara tidak sengaja melalui lengkung batu alam, lorong dekat puncak gunung, atau batang pohon mati. Untuk kasus Jason, kasusnya agak unik: ia masuk ke Lyrian lewat mulut kuda nil—salah satu sisa-sisa gerbang sihir Lyrian yang jarang digunakan. Sendirian di Lyrian, ia mendapati dunia itu dikuasai oleh seorang penyihir lalim bernama Maldor (remind me about Mordor #eh since Mull himself said that he has only one life to be presented to Gondor or Rohan’s Kingdom in Tolkien’s Middle Earth). Maldor menindas Lyrian, mengisolasi antar provinsi, dan melakukan teknik-teknik sedemikian rupa agar tidak terjadi pemberontakan dan kekuasaannya bertahan lama.

                Disinilah letak kejeniusan Maldor (atau penulisnya) karena dalam cerita yang tampaknya sederhana ini penulis telah membangun sebuah dunia fantasi yang baru, lengkap dengan berbagai intrik pemerintahan nan cemerlang. Bagaimana Maldor menindas rakyatnya sedemikian rupa sehingga membuat rakyat takut padanya tapi tidak memberontak kepadanya, bagaimana ia membangun kastil Harthenham sebagai sebuah opsi untuk melenyapkan musuh-musuhnya secara menyenangkan, dan bagaimana ia menyembunyikan Kata. Jason mengetahui, melalui kunjungannya ke Rumah Pengetahuan, bahwa ada sebuah kata sihir yang bila diucapkan tepat di depan Maldor akan membuat penyihir lalim itu langsung hancur dan melebur. Kata sihir itu tersusun atas 6 silabel, yang masing-masing harus dikumpulkan untuk kemudian disatukan dan diucapkan langsung di depan Maldor sendiri agar dapat bekerja.

                Maka, dimulailah petualangan Jason  untuk menemukan keenam silabel yang akan membentuk Kata. Awalnya, ia memburu Kata untuk mengetahui jalan pulang kembali ke dunianya. Tapi, seiring dengan perjalanannya ke dunia Lyrian, Jason perlahan mulai diyakinkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan negeri itu: sama sekali tidak ada orang yang mau berjuang melawan Maldor, sama sekali tidak ada pahlawan di dunia yang menakjubkan itu. Dan, kini, dengan dipandu oleh pengetahuan dari seorang pahlawan tua yang telah dikalahkan Maldor serta seorang gadis dari Dunia Luar yang juga sama-sama tersesat di Lyrian seperti dirinya, Jason harus mengumpulkan enam silabel yang menyusun Kata. Petualangan seru menanti di depan. Dari seorang remaja biasa, Jason dan Rachel harus bekerja sama menghadapi berbagai mahkluk berbahaya yang tidak pernah mereka jumpai di Bumi. Mulai dari kepiting raksasa penjaga silabel kedua, hingga ular berbisa yang mengelilingi lokasi persembunyian silabel keenam. Silabel-silabel lainnya juga tidak mudah di dapatkan. Keduanya harus naik ke kawah dan bahkan terlibat dalam intrik politik. Begitu beragamnya petualangan di dunia Lyrian.

                Seandainya ada peta di buku ini, pembaca pasti akan lebih mudah menikmati petualangan Jason dan Rachel dalam memburu kata. Tapi, sebagaimana kata Galloran, sang Raja Buta, bahwa tidak ada peta di Lyrian. Maldor telah memusnahkan semua jenis peta dan melarang penggambaran peta Lyrian. Ini sebagai bagian dari politiknya untuk mengisolasi provinsi-provinsinya agar tidak menjalin persekutuan untuk memberontak. Negeri itu juga tidak ramah terhadap para penggembara karena Maldor hendak memastikan siapapun yang berniat mencari silabel Kata agar menyerah dan menghentikan upayanya. Begitu kuatnya pengaruh Maldor, sampai-sampai Om Brandon pun terpaksa tidak memuat peta dalam novelnya ini!

                Dari segi terjemahan, saya harus berteriak HORE kepada sang penerjemah dan editornya. Terjemahan Beyonders minim sekali serapan kata asingnya, hampir semua kata dalam bahasa asli diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, kecuali sedikit yang tidak diterjemahkan karena itu adalah nama atau gelar kebangsawanan. Menyenangkan sekali membaca Beyonders karena rasanya tidak seperti membaca buku terjemahan, diperlukan pengetahuan dan pencarian yang amat teliti dalam menerjemahkan novel ini, saya yakin. Untuk salah ketik, saya hanya menemukan dua kali typho, salah satunya kata muncub yang seharusnya muncul. Selamat kepada Jason dan Rachel, kisah kalian diterjemahkan dan disunting dengan baik.  

                

3 comments: