Judul :
Beyonder
Pengarang
: Brandon Mull
Penerjemah
: Lulu Fitri Rahman
Penyunting
: Silvero Shan
Tebal :
600 halaman
Cetakan:
1, November 2013
Penerbit:
Mizan Fantasi
Brandon Mull, melalui Beyonders semakin membuktikan dirinya
sebagai pengarang kisah fantasi yang membius pembaca, tidak kalah membius
dibanding memakan buah beri lumba. Setiap cerita yang ia kisahkan selalu mampu
membawa pembaca ke alam petualangan yang tidak pernah membosankan. Jika dalam
seri Fablehaven kita mendapati
petualangan yang susul-menyusul dan plot yang tak terduga, maka dalam Beyonders ini penulis membuat pembaca
menanti-nanti dan menebak-nebak apa yang kiranya akan ditemui oleh Jason dalam
Rachel dalam petualangan mereka di Dunia Lyrian. Sebagaimana kata kritikus, Beyonder ini ditulis dengan sangat rapi
dan runtut-teratur. Jika dibayangkan, kisah ini mirip sebuah kotak yang
sisi-sisinya pas membentuk persegi sempurna. Dari sisi cerita memang tidak
(atau belum) seseru seri Fablehaven kara
Om Brandon ini punya kebiasaan menulis cerita yang agak datar di awal tetapi
semakin seru ke seri-seri berikutnya.
Beyonders berkisah tentang Jason Walker, seorang anak remaja
berusia 13 tahun yang tersesat masuk ke sebuah dunia lain bernama Lyrian.
Selama berabad-abad, manusia diketahui telah menyeberang ke dunia Lyrian lewat
berbagai cara, umumnya secara tidak sengaja melalui lengkung batu alam, lorong
dekat puncak gunung, atau batang pohon mati. Untuk kasus Jason, kasusnya agak
unik: ia masuk ke Lyrian lewat mulut kuda nil—salah satu sisa-sisa gerbang
sihir Lyrian yang jarang digunakan. Sendirian di Lyrian, ia mendapati dunia itu
dikuasai oleh seorang penyihir lalim bernama Maldor (remind me about Mordor #eh since Mull himself said that he has only one
life to be presented to Gondor or Rohan’s Kingdom in Tolkien’s Middle Earth).
Maldor menindas Lyrian, mengisolasi antar provinsi, dan melakukan teknik-teknik
sedemikian rupa agar tidak terjadi pemberontakan dan kekuasaannya bertahan
lama.
Disinilah letak kejeniusan
Maldor (atau penulisnya) karena dalam cerita yang tampaknya sederhana ini
penulis telah membangun sebuah dunia fantasi yang baru, lengkap dengan berbagai
intrik pemerintahan nan cemerlang. Bagaimana Maldor menindas rakyatnya
sedemikian rupa sehingga membuat rakyat takut padanya tapi tidak memberontak
kepadanya, bagaimana ia membangun kastil Harthenham sebagai sebuah opsi untuk
melenyapkan musuh-musuhnya secara menyenangkan, dan bagaimana ia menyembunyikan
Kata. Jason mengetahui, melalui kunjungannya ke Rumah Pengetahuan, bahwa ada
sebuah kata sihir yang bila diucapkan tepat di depan Maldor akan membuat
penyihir lalim itu langsung hancur dan melebur. Kata sihir itu tersusun atas 6
silabel, yang masing-masing harus dikumpulkan untuk kemudian disatukan dan
diucapkan langsung di depan Maldor sendiri agar dapat bekerja.
Maka, dimulailah petualangan
Jason untuk menemukan keenam silabel
yang akan membentuk Kata. Awalnya, ia memburu Kata untuk mengetahui jalan
pulang kembali ke dunianya. Tapi, seiring dengan perjalanannya ke dunia Lyrian,
Jason perlahan mulai diyakinkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan negeri itu:
sama sekali tidak ada orang yang mau berjuang melawan Maldor, sama sekali tidak
ada pahlawan di dunia yang menakjubkan itu. Dan, kini, dengan dipandu oleh
pengetahuan dari seorang pahlawan tua yang telah dikalahkan Maldor serta
seorang gadis dari Dunia Luar yang juga sama-sama tersesat di Lyrian seperti
dirinya, Jason harus mengumpulkan enam silabel yang menyusun Kata. Petualangan
seru menanti di depan. Dari seorang remaja biasa, Jason dan Rachel harus
bekerja sama menghadapi berbagai mahkluk berbahaya yang tidak pernah mereka
jumpai di Bumi. Mulai dari kepiting raksasa penjaga silabel kedua, hingga ular
berbisa yang mengelilingi lokasi persembunyian silabel keenam. Silabel-silabel lainnya
juga tidak mudah di dapatkan. Keduanya harus naik ke kawah dan bahkan terlibat
dalam intrik politik. Begitu beragamnya petualangan di dunia Lyrian.
Seandainya ada peta di buku ini,
pembaca pasti akan lebih mudah menikmati petualangan Jason dan Rachel dalam
memburu kata. Tapi, sebagaimana kata Galloran, sang Raja Buta, bahwa tidak ada
peta di Lyrian. Maldor telah memusnahkan semua jenis peta dan melarang
penggambaran peta Lyrian. Ini sebagai bagian dari politiknya untuk mengisolasi
provinsi-provinsinya agar tidak menjalin persekutuan untuk memberontak. Negeri
itu juga tidak ramah terhadap para penggembara karena Maldor hendak memastikan
siapapun yang berniat mencari silabel Kata agar menyerah dan menghentikan
upayanya. Begitu kuatnya pengaruh Maldor, sampai-sampai Om Brandon pun terpaksa
tidak memuat peta dalam novelnya ini!
Dari segi terjemahan, saya harus
berteriak HORE kepada sang penerjemah dan editornya. Terjemahan Beyonders minim sekali serapan kata
asingnya, hampir semua kata dalam bahasa asli diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran, kecuali sedikit yang tidak diterjemahkan karena itu adalah nama atau
gelar kebangsawanan. Menyenangkan sekali membaca Beyonders karena rasanya tidak seperti membaca buku terjemahan,
diperlukan pengetahuan dan pencarian yang amat teliti dalam menerjemahkan novel
ini, saya yakin. Untuk salah ketik, saya hanya menemukan dua kali typho, salah satunya kata muncub yang seharusnya muncul. Selamat kepada Jason dan Rachel,
kisah kalian diterjemahkan dan disunting dengan baik.
keren reviewnya :) nice to read
ReplyDeleteBest review! Penyajian reviewnya cukup lengkap namun tetap membuat penasaran. Pengen baca deh jadinya. :')
ReplyDeletenike cortez
ReplyDeletehuarache shoes
golden goose shoes
yeezy
supreme shirts
michael kors factory outlet
hermes
mbt shoes
curry shoes
yeezy boost 350
xiaofang20191213