Judul: 1Q84 Jilid 1
Pengarang: Haruki Murakami
Tebal: 516 hlm
Cetakan: Pertama, Mei 2013
Penerbit: KPG
Manusia dalam jagad Murakami seolah tidak pernah hitam dan putih, lebih sering kelabu campuran keduanya atau warna-warni yang saling bertabrakan. Kadang, kita marasa dibuat berjarak dengan si karakter karena entah pekerjaannya, dunianya yang jauh berbeda, bentuk fisiknya, detail kehidupannya. Namun, semakin ke ke belakang, seiring dengan makin tebalnya halaman-halaman yang kita baca, tersirat betapa walau berbeda di dalam diri manusia itu esensinya serupa. Ada masa lalu yang membentuk seseorang menjadi dia yang sekarang. Ada orang-orang dan lingkungan yang menjadikan mereka seperti mereka. Murakami sekali lagi bermain-main dengan kepribadian manusia. Inti dari kemanusiaan: menjadi manusiawi.
Aomame awalnya hanya terjebak kemacetan di sebuah jalan tol layang. Tipikal wanita karier Tokyo yang sedang diburu janji bertemu kliennya. Sopir taksi yang ditumpanginya lalu menyarankan agar dirinya memanjat turun ke bawah lewat tangga pemeliharaan, untuk kemudian diteruskan dengan naik komuter ke dekat lokasi pertemuan. Aomame menurutinya, hanya untuk mendapati sentakan-sentakan kejutan dalam kehidupannya. Tidak hanya dia, pembaca juga dibikin terkejut dengan pekerjaan wanita itu. Aomame teryata menemui klien dengan tujuan untuk mengirimnya ke dunia lain. Berbekal jarum kecil dan titik akunpuntur tertentu, wanita itu dengan piawai mengirim seorang lelaki brengsek ke dunia lain tanpa ada bukti kekerasan, bahkan tanpa ada noda darah setetes pun.
Di tempat lain, kita dipertemukan dan diperkenalkan dengan sosok Tengo, sosoknya mungkin lebih ramah bagi pembaca karena dia seorang tentor yang menulis.Tengo pandai matematika tetapi dia juga punya kepekaan sastrawi yang belum menemukan wadahnya. Ibarat, seorang berbakat menulis tapi belum punya buku. Dan, kesempatan itu datang meski agak lain. Oleh Komatsu, Tengo mendapatkan tawaran untuk menjadi seorang ghostwriter. Komatsu menemukan naskah "Kepompong Udara" karya seorang siswa berusia 17 tahun. Secara ide, karya itu bagus dan layak menang. Tetapi secara teknik penulisan, karya itu jauh dari selesai.
Kembali ke dunia Aomame yang lebih sensual dan panas. Karakter wanita independen ini tidak disangka juga punya sisi feminin. Ia mengakui dirinya masih butuh lelaki dan seks dengan lelaki, tapi di sisi lain mangsa yang dibunuhnya juga lelaki. Mumet kan. Semakin mumet ketika Aomame sadar bahwa ada hal-hal yang berjalan keliru. Ia tidak tahu kalau Kepolisian sudah berganti rompi sejak bebetapa tahun lalu, dan bahkan ada kejadian berdarah besar yang dia sendiri tidak tahu. Padahal, Aomame selalu menjadi sosok yang waspada. Ia harus selalu up date demi keselamatan dirinya. Hal paling membingungkan, Aomame melihat bahwa bulan di langit ada dua. Satu bulan seperti yang biasa dilihat, dan satu lagi bulan yang lebih kecil berwarna kehijauan. Bulan ada dua?? Sejak kapan?
Novel ini diawali dengan begitu gamblang dan nyata, untuk kemudian diselingi dengan hal-hal mustahil yang menjadikannya surealis. Kepiawaian Murakami meramu cerita membuat saya mengabaikan dulu hal-hal tak logis tentang bulan dan orang-orang kecil itu (mungkinkah ini dunia pararel?) dan fokus ke pengembangan kedua karakter. Pengarang memang benar-benar mematangkan karakter Tengo dan Aomame ini hingga taraf pembaca jadi selalu ingin tahu tentang kehidupan mereka. Menurut saya, paling menarik adalah bagian awal kehidupan Tengo yang benar-benar detail mengupas hidup dan jatuh bangun seorang pengarang. Dunia yang akrab dengan banyak pembaca buku. Tetapi kehidupan Aomame lebih menghentak dan mengambil alih. Belum ditambah kecenderungan Murakami menonjolkan keindahan kaum wanita lewat sensasi fisik (yang banyak dikritik para pembacanya).