Search This Blog

Monday, July 28, 2025

The Black Hole Volume 3

 Judul: The Black Hole Vol. 3
Pengarang: Jufan Rizky
Editor: Wulandari Kurnia
Sampul: Suupaku
Cetakan: Pertama, Juni 2025
tebal: 284 hlm
Penerbit: Benito Group


Petualangan Vahn dan Soekarno Habibie Wahid (i.e. Xade) segera sampai pada finalnya: pertempuran akbar di Planet Savinia. Setelah menerima jatidiri aslinya sebagai seorang alien, dilanjutkan berlatih di bawah bimbingan seorang Ksatria Yad, Vahn atau Bayu Pratama versi IPS harus membuktikan kalau dirinya berguna. Ia adalah harapan terakhir bukan hanya bagi rakyat planet Savinia, tetapi juga seluruh galaksi Hinges.

Untuk yang hendak mengikuti seri ini, sebaiknya dibaca urut dulu seri pertama  The Black Hole dan seri keduanya  The Black Hole 2. Sesuai judul, seri ini mengangkat sosok pemuda sekaligus senjata rahasia pamungkas milik Planet Savinia yang mampu menciptakan lubang hitam. Lubang ini seperti kita tahu dapat menyedot apa saja termasuk cahaya. Kekuatan luar biasa yang sekaligus menjadi harapan terakhir untuk menghadapi serangan Planet Vigard. Lebih lengkap tentang perang galaksi antara kedua planet ini bisa dibaca di ulasan buku satu dan dua. 


Agak berbeda dengan buku-buku sebelumnya, seri ketiga ini hampir semuanya mengambil latar tempat di galaksi Hinge, terutama di planet Savinia dan Vigard. Saya yang menyukai seri ini terutama karena aroma teenlit kebumiannya (yang begitu menghibur) sedikit banyak merindukan latar SMA di Bumi yang familiar di dua volume sebelumnya. Hampir sepanjang cerita, buku ini isinya pertempuran, latar planet gersang yang mengerikan, serta pertumpahan darah juga kekejaman para mahkluk alien. Seperti kurang ada jeda, pembaca seolah dipaksa ikut bertempur terus-terusan.

"Jadilah orang jahat kalau begitu. Demi mengakhiri perang ini. Demi menolong prajurit-prajurit kelelahan yang Anda kasihi." (182)

Tetapi, ini jadi sudut pandang baru. Pembaca jadi tahu bagaimana kondisi planet Vigard dengan penduduknya yang sudah benar-benar menjadi hama di planetnya sendiri. Kita diajak untuk menyelami alasan mengapa perang terjadi, dan merasakan betapa mengerikannya tinggal di sebuah planet yang sudah kehabisan sumber daya alam karena ledakan populasi penduduk yang tak terkendali. Kisah ini seperti mengingatkan kita tentang bahaya dari pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa dibarengi kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.

Kepada pengemar game perang, fan film starwar, dan pecinta iron man, seri ketiga ini dipersembahkan khusus untuk Anda sekalian. Awalnya bosan juga disajikan adegan perang , pertempuran, dan adu fisik; kurang humor khas Buminya. Tetapi, setelah dibaca terus, malah kisahnya bikin nagih. Pembaca dibuat geregetan dengan adegan-adegan pertempuran yang diobral nggak pelit. Plus, ada sedikit adegan Bumi di ending novel ini sehingga sedikit mengobati kerinduan pembaca akan kecantikan Maya atau Bu Frisca.

Pedang beradu, tembakan energy dari tangan, gerakan hex tingkat empat, adu telekinetis, adu strategi, perang kelicikan dan spionase: seluruh aroma pertempuran antar planet komplet lengkap di seri ketiga ini. Ibarat diajak menonton film, kita disuguhi adegan pertempuran demi pertempuran yang kadang kejam, kadang menghibur, kadang bikin gemes. Pertempuran agen Z dan Larius adalah yang paling seru menurut saya. Menghibur sekali cara pengarang mengambarkannya sampai berasa nonton sebuah adegan pertempuran di video game.  

Gimana dengan si Lubang Hitam itu sendiri? Masalah dari tokoh yang terlalu op alias kekuatannya terlalu perkasa adalah dia bisa bikin cerita kering. Ya gimana, sekali sedot seluruh lawan akan hilang tak bersisa. Tidak lagi ada perjuangan, tidak lagi ada ketegangan pertempuran. Padahal perjuangan itulah yang bikin cerita menarik. 

Sebuah pertandingan sepak bola dan badminton akan terasa menarik ketika kedua kubu sama-sama berjuang, sama-sama punya senjata andalan, dan sama-sama kita tidak tahu siapa yang akan menang. Saya sempat khawatir buku ketiga akan jadi kering seperti itu: Vahn akhirnya datang bak seorang juru selamat, ia menyedot semua musuh, dan perang galaksi pun usai. Bakal membosankan bukan kalau ceritanya hanya begitu?

Untungnya tidak seperti itu. Vahn memang op luar biasa, tetapi bukan berarti tidak ada batasnya. Ia masih harus banyak  berlatih menggunakan lubang hitamnya. Usahanya mengeluarkan lubang tersebut juga menguras energy sekaligus memberinya emosi negatif. Kemampuannya bahkan sempat tak berguna. Tapi justru ini yang bikin ceritanya semakin menarik. Kita melihat Vahn harus mengambil inisiatif, harus belajar mengendalikan emosi, dan juga mencari ide baru dengan memanfaatkan apa yang ada. Dia berhasil membuktikan bahwa dirinya tetap bisa berguna meskipun sedang tidak bisa mengeluarkan lubang hitamnya.  Ia menjadi seperti idolanya saat di Bumi. 

Inilah kreativitas! Inilah sesuatu yang bikin sebuah cerita tidak lurus dan tidak jadi membosankan. Kita kadang jengkel ketika kenapa karakter si A begini dan karakter si B goblok banget begitu, tetapi justru itulah yang bikin cerita menarik, bikin greget. Ketika sebuah cerita berhasil bikin kita jengkel, geregetan, saat itulah cerita itu juga berhasil menarik serta menyita perhatian pembaca--seperti itulah yang saya rasakan saat sampai di penghujung cerita. Geregetan luar biasa dan tak bisa melakukan lain hal kecuali berharap si pengarang segera menyelesaikan penulisan volume 4 dari serial ini. Semoga semangat tempur Mas Jufan Rizky dalam menuliskan seri The Black Hole ini tetap sedahsyat Pak Serekhan yang walau sepuh tapi semangat bertempurnya tetap berkobar. Menyala Pak Ketua!

Rasa iba itu bagus. Itu menunjukkan Anda memiliki empati. rasa iba menumbuhkan motivasi dan niat yang kuat untuk melindungi. (181)

Saturday, April 19, 2025

Mitos Jahat Karbohidrat

Judul: Mitos Jahat Karbohidrat

Penyusun: dr. Tomuru Mizoguchi

Penerjemah: Diah Kusuma Wardhani

Tebal: 169 hlm

Cetakan: Pertama, Mei 2018 

penerbit: Qanita

Judul bukunya Mitos Jahat Karbohidrat, tapi isinya beneran anti karbohidrat, alias karbohidrat emang sejahat itu (menurut penulisnya). Semua penyakit akibat kesalahan pola makan  dan gaya hidup disebut berasal dari karbohidrat. Ahli gizi lain mungkin menyarankan untuk membatasi konsumsi karbohidrat, tapi penulis merekomendasikan menghindari sama sekali karbohidrat.

Bahkan karbo dalam bentuk utuh yang selama ini kita anggap sehat selama direbus (seperti ubi, ketela, dan umbi umbian lain) juga dianggap tidak baik bagi tubuh. Penulis bahkan memberikan contoh kasus tentang tubuh yang bisa bertahan hidup hanya dengan mengonsumsi protein dan lemak saja, sama sekali non karbohidrat.

Diet ekstrem yang dicanangkan penulis sepertinya agak susah ditetapkan meskipun bisa dicoba. Bukan hanya melarang produk tepung tepungan, penulis juga bergerak lebih jauh dengan melarang konsumsi karbihidrat dalam bentuk yang asli: biji bijian pangan. Bahkan beras merah/coklat yang selama ini dianggap sehat pun punya efek buruk dalam pandangan penulis. Beras coklat memang ampuh menyerap racun dalam tubuh tetapi mineral penting yg dibutuhkan tubuh sering ikut terserap dan terbuang.

Jika membaca sejarah, biji bijian termasuk salah satu yang membentuk bahkan menginisiasi pola peradaban manusia. Kita menjadi seperti sekarang salah satunya karena revolusi pertanian dari semula pemburu pengumpul (makan daging buruan dan buah/biji liar) menjadi petani biji bijian yang menetap dan lalu mendirikan kota. Sama sekali melarang konsumsi karbohidrat bahkan dalam bentuk biji bijian akan menjadi guncangan besar dalam.perekonomian suatu negara. Penulis sendiri mengakui pola makan sehat yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Jepang mengadopsi menu yang berbasis karbohidrat untuk melindungi para petani beras.

Metode antikarbohidrat ala penulis sepertinya memang ditujukan untuk penyembuhan penyankit kronis. Beberapa contoh kasus yang dipaparkan menyorort penderita gula darah, demensia, alzeimer, bahkam kanker yang bisa lebih sehat bahkan pulih dengan pola diet mengurangi atau menghindari konsumsi karbohidrat dalam berbagai bentuknya.

Termasuk buah buahan yang selama ini kita kira sepenuhnya sehat ternyata mengandung karbihidrat dalam bentuk gula buah (fruktosa) yang tidak bagus buat penyembuha  suatu penyakit atau untuk diet. Buah buahan dengan rasa super manis terutama, seperti anggur, apel, semangka, dan pisang adalah buah buah kaya gula.

Terlepas dari pandangan penulis yang antikarbo, kita bisa tetap mengambil banyak informasi kesehatan penting di buku ini. Terutama adalah pentingnya konsumsi protein. Selama ini menganggap protein hanya penting buat mereka yang ngegym dan mau membentuk.otot, ternyata tidak hanya itu. Konsumsi protein juga penting untuk kita yang mau hidup sehat. Seluruh otot tubuh dan perbaikan sel membutuhkan protein..begitu juga sel sel kekebalan tubuh juga terbuat dari protein. Jadi bukan hanya untuk membentuk otot biar tubuh atletis saja, konsumsi protein ibarat fitrah bagi tubuh yang ingin sehat dan dpt berfungsi optimal.

Hal yang lebih mencegangkan, penulis tidak memihak minyak minyak sehat seperti yang selama ini kita dengar. Minyak zaitun, mijen, minyak biji bijian ternyata tidak 100 pwrsen sehat. Penulis malah menyarankan penggunaan minyak sawit untuk pengorengan deep fried. Juga, penulis sangat memuji muji manfaat minyak kelapa yang disebutnya minyak sangat berkhasiat yang dapat dikonsumsi langsung. 

Saturday, March 22, 2025

Rekonstruksi Sejarah al Qur'an

Judul: Rekonstruksi Sejarah al Qur'an
Penulis: Taufik Adnan Amal
Cetakan: 1, Oktober 2013
Tebal: 465 hlm
Penerbit: Alvabet



Pernah nggak sih penasaran pada bagaimana mushaf al-Qur'an yang selama ini kita baca bisa menjadi bentuknya yang seperti saat ini? Dalam keimanan seorang Muslim, al-Qur'an diturunkan/diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Jadi bukan dalam bentuk satu buku yang turun bleg langsung. Penurunan Al-Qur'an dimulai dengan wahyu pertama di Gua Hira pada saat Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun , dan berakhir dengan ayat terakhir yang diturunkan (Surat Al-Maidah ayat 5) Penurunan Al-Qur'an juga terbagi menjadi dua periode: periode Mekkah (12 tahun 5 bulan) dan periode Madinah (9 tahun 9 bulan). Jadi, kitab suci ini diwahyukan secara bertahap. Hikmah penurunan Al-Qur'an secara bertahap ini  antara lain untuk meneguhkan Rasulullah dalam berjuang, sebagai mukjizat, dan mempermudah pemahaman serta penghafalan ayat-ayat.

Jadi, al-Qur'an pada zaman Rasulullah Saw. lebih banyak disimpan dalam ingatan dan "dada" Nabi Saw dan para sahabatnya. Tradisi hafalan yang kuat di kalangan bansa Arab pada masa itu memungkinkan terpeliharanya teks-teks al-Qur'an.  Ketika sebuah wahyu turun kepada Rasul, beliau akan menyampaikannya kepada para pengikutnya yang kemudian menghafalkannya. Sejumlah sahabat yang dikenal sebagai penghafal Qur'an di antaranya Ubay ibn Kaab, Muadz ibn Jabal, Zayd ibn Tsabit, dan Abu Zaid al-Ansyari. Selain dihafalkan, sejumlah ayat Qur'an juga dicatat dalam bentuk tertulis. Dalam kisah populer tentang masuk Islamnya Umar ibn Khattab, kita mendapati adanya lembaran  atau shahifah berisi beberapa ayat suci al-Qur'an.

Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, dikabarkan juga beliau meminta sejumlah sahabat untuk mencatat wahyu yang turun. Sejumlah hadist juga secara tersirat menyebut adanya pencatatan wahyu secara tertulis. Ayat-ayat ini turun secara acak dan Rasul sendiri yang kemudian memberi petunjuk tentang susunan ayat atau urutannya. Dengan demikian, bentuk dan susunan isi surah-surah yang ada dalam mushaf al-Quran saat ini memang ditata sesuai petunjuk langsung dari Nabi. Dengan demikian, ada  bukti yang mendukung teori bahwa ayat suci sudah dituliskan dan dicatat (bukan semata dihafalkan) sejak masa kehidupan Rasulullah. Mengenai bagaimana urutan turunnya ayat saat turun kepada beliau, sejumlah sarjana muslim dan barat turut membahas hal ini secara rinci di halaman 103 sampai 120.

Bagian menarik tentu saja, bagaimana al-Qur'an kemudian menjadi bentuk buku mushaf seperti yang saat ini kita pegang. Seperti disinggung di atas, sejumlah sahabat sudah memulai mencatat wahyu sejak masa Nabi. Namun, "penyempurnaan" kumpulan ayat ini baru mulai dilakukan setelah Nabi Saw wafat. Sejumlah riwayat menyebut Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang mengumpulkan al-Qur'an pada masa Nabi, langsung dari perintah Nabi sendiri. Sejumlah riwayat menyebut Ali mengumpulkannya selama 6 bulan setelah Nabi wafat, ada juga yg menyebut Ali mengurung diri selama 3 hari untuk menuliskan al-Qur'an sebagaimana hafalannya sesuai kronologis. Ada juga riwayat tentang Nabi sendiri yang memberitahukan kepada Ali  tempat beliau menyimpan bahan-bahan al-Qur'an meskipun agak meragukan validitasnya.

Satu hal yang jelas, penyusunan al-Qur'an hingga menjadi bentuknya seperti saat ini dimulai setelah wafatnya Nabi. Saat itu mushaf belum ada tetapi para ahli sejarah menyakini sejumlah ayat telah dicatat meskipun terserak dan tersebar. Namun, perlunya pencatatan ayat-ayat suci mulai mengemuka ketika terjadi Perang Yamamah. Dikabarkan, banyak penghafal Qur'an yang gugur karena mereka juga turut dalam perang tersebut. Untuk menghindari hilangnya wahyu, Umar lalu menyarankan kepada Abu Bakar (yang menjadi khalifah pada saat itu) untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu wadah. Abu Bakar awalnya khawatir dianggap melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasul. Umar terus mendesaknya hingga akhirnya Abu Bakar meminta Zayd untuk menelusuri jejak al-Qur’an dan mengumpulkannya dalam satu mushaf.

Zayd yang di zaman Nabi dikenal sebagai penulis wahyu kemudian mengumpulkan ayat-ayat yang terserak dalam hafalan, dalam pelepah kurma, pada batu-batu tulis dari kapur berwarna putih, pada lembaran lontar (perkamen), tulang belikat onta, tulang rusuk unta, dan kulit binatang. Bahan-bahan ini lalu dikumpulkan dalam sebuah kumpulan lembaran-lembaran (shuhuf) yang lalu dipegang Abu Bakar selama masa kehidupannya, lalu dibawa Umar sebagai khalifah kedua, dan disimpan Hafshah binti Umar. Tentang bagaimana metode yang digunakan Zayd dalam mengumpulkan shuhuf ini diuraikan secara detail di halaman 161.

Di masa pemerintahan Umar dan Abu Bakar, terdapat juga shuhuf lain yang dikumpulkan dan dicatat sendiri oleh sejumlah sahabat seperti mushaf Ibnu Mas’ud, Ubay bin Kaab, dan lain-lain. Total terdapat 15 mushaf primer (mushaf independen yang dikumpulkan secara individual oleh sejumlah sahabat Nabi) dan 13 mushaf sekunder (13 kodeks atau mushaf yang dibuat oleh generasi setelah para sahabat dengan didasarkan pada mushaf primer). Seluruh mushaf ini lalu disebut sebagai mushaf pra-usmani. Perbedaan “kecil” dari seluruh mushaf ini bisa dibaca di halaman 177 sampai 210 buku ini.

Kemudian, bagaimana status atau kedudukan mushaf-mushaf pra-Utsmani ini? Para sarjana islam awal kemudian mencoba menelusuri derajat kesejatian bacaan dalam mushaf-mushaf ini dengan menggunakan metode tingkat kepercayaan trasmisinya (isnad). Cacat atau tidaknya isnad sangat menentukan apakah sebuah bacaan itu qurani atau tidak. Kesimpulan yang diambil para sarjana islam maupun para sarjana Barat yang meneliti islam menghasilkan simpulan kalau bacaan dalam mushaf-mushaf prautsmani tidak mencapai derajat mutawatir atau mayshur sehingga tidak bisa disebut sebagai bacaan al-Qur’an yang otentik. Tenang alasan selengkapnya mengapa demikian bisa dbaca di halaman 210.

Mushaf al-Qur’an yang sampai kepada kita saat ini adalah yang disebut sebagai Mushaf Utsmani. Mushaf ini disusun untuk menjawab persoalan tentang perbedaan bacaan al-Qur’an di antara penduduk Syam dan Irak. Utsman yang saat itu menjabat sebagai khalifah ketiga lalu mengirimkan utusan kepada Hafshah yang saat itu menyimpan shuhuf yang dulu dikumpulkan pertama kali oleh Zayd ibn Tasbit. Utsman lalu membentuk sebuah komite berisi 4 orang (termasuk Zayd) untuk menyalin shuhuf milik Hafshah ini menjadi beberapa mushaf. Jika terjadi perbedaan pendapat antara Zayd dengan 3 orang lain dalam komite ini, Ustman memerintahkan penulisannya dalam dialek Quraiys sebagaimana al-Qur’an diturunkan.

Setelah mushaf-mushaf salinan ini selesai, Ustman mengirimkannya ke setiap provinsi sebagai mushaf acuan, sementara shuhuf yang asli dikembalikan kepada Hafshah. Utsman juga memerintahkan agar seluruh salinan Qur’an yang lain (selain mushaf salinan dari milik Hafsah ini) untuk dimusnahkan dan dibakar habis, dalam berbagai bentuk dan wujudnya. Satu mushaf salinan ini lalu disimpan di Madinah sementara tiga sisanya dikirim ke Kufah, Basrah, dan Damaskus. Hal ini bertujuan untuk menyatukan umat Islam dalam satu bacaan al-Qur’an yang satu sehingga tidak lagi terjadi perbedaan bacaan. Inilah awal dari kodifikasi mushaf al-Qur’an dalam satu isi yang sama, dan dilakukan pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan sehingga kita menyebutnya sebagai mushaf Ustmani.

Pemusnahan materi-materi al-Qur'an non Utsmani tentu mendapatkan pertentangan yang keras. Sejumlah sahabat bahkan menolak memusnakan, tetap menyimpan, bahkan membacanya dalam shalat. Penyebaran al-Qur'an edisi kanonik resmi versi Utsman dengan demikian tidak dicapai dalam waktu yang singkat, apalagi masa itu al-Qur'an lebih populer ditemukan dalam bentuk hafalan. Kodeks Utsmani harus menunggu hingga hadirnya generasi penghafal al-Qur'an dalam tradisi non Ustmani. Setelah itu, kodeks-kodeks prautsmani secara bertahap menghilang dengan sendirinya tanpa perlu dimusnahkan. 

Menarik sekali membaca sejarah mushaf al-Qur'an dalam buku ini. Tidak hanya itu, penulis juga menggunakan berbagai referensi baik dari sumber Islam klasik maupun para orientalis dari Barat. Catatan kaki dan referensi membentuk hampir seperduapuluh dari isi buku ini, membuktikan bahwa penulisnya memang mendasarkan setiap gagasan di buku ini berdasarkan sumber tertulis para sarjana. Selain jadi lebih tahu penyusunan al-Qur'an dari sisi ilmiah, buku ini juga memperkenalkan kita pada keragaman bacaan serta pemikiran para sarjana Islam klasik maupun orientalis barat tentang kitab suci umat Islam ini.


Sunday, March 16, 2025

Inilah Resensi

Judul: Inilah Resensi, Tangkas Mengulik dan Mengupas Buku
Penyusun: Muhidin M. Dahlan
Cetakan: Pertama, Februari 2020
Tebal: 256 hlm
Penerbit: I:BOEKOE


Dulu, semangat sekali belajar meresensi buku saat masih rame-ramenya ikutan di grup Komunitas Peresensi Jogja. Waktu itu, bukan sekadar belajar meresensi yang bagus, tetapi terutama resensi yang juga diterima dan dimuat di media cetak. Resensi di online belum terlalu marak tahun 2010, hanya sekadar menuliskannya di blog saja paling agar catatan pembacaan buku tidak hilang. Meresensi sekaligus sebagai bentuk "aktif" dari upaya membaca saya yang pasif. Dengan begitu, apa yang dibaca tidak hilang, pehamaman tambah mendalam, dan ulasan pun bisa jadi bahan tulisan.

Buku karya Muhiddin M Dahlan ini diarahkan seperti itu, agar ulasan semakin besar kesempatannya dimuat di media massa. Jadi bukan sekadar ulasan yang model curhat atau rangkuman pendek semata, tetapi harus ada analisis dan ide atau gagasan yang didapat dari ulasan itu. Bukan semata buku ini bagus atau jelek karena .... tapi juga bagaimana sebuah ulasan buku bisa berlepas sebagai sebuah tulisan baru yang mandiri meskipun ia membahas suatu buku. 

Dengan tujuan tidak semata hiburan, tidak heran jika buku ini dipenuhi dengan how to meresensi yang baik dan benar (agar dilirik editor). Akan kita temukan di lembaran-lembarannya tip seperti menjerat dengan judul, kepada siapa buku ini, kritik, pertanyaan, gaya penulisan, peristiwa buku, kisah paling menarik dalam buku, dan masih banyak lagi. Pembaca yang menginginkan ilmu mengulas buku dengan tujuan profesional atau akademik akan cocok dengan buku ini. 

Lebih lengkap lagi, setiap tip dilengkapi dengan ulasan atau resensi buku yang pernah dimuat di media cetak. Dengan begitu, kita bisa melihat langsung bagaimana sebuah tip diterapkan dalam sebuah resensi. Total ada 250 resensi buku dari 150 penulis yang digunakan sebagai contoh dalam buku ini. Resensi tertua ditulis oleh Tirto Adhi Soerjo sementara resensi paling "baru" ditulis Bandung Mawardi tahun 2015. Sekali lagi, tepuk tangan dan salam salut atas kegigihan Warung Arsip dalam  mendokumentasikan berbagai tulisan ulasan.

Hal paling menarik buat saya dari buku ini adalah fakta bahwa banyak peresensi itu ternyata juga adalah pengarang besar. Tak kurang dari Putu Wijaya, A.A Navis, Budi Darma, Goenawan Mohamad. H.B. Jassin, Onghokham, hingga Seno Gumira Ajidarma pernah menulis resensi-resensi buku keren.  Bahkan, Mohammad Hatta juga pernah meresensi buku. Bahkan, presiden Soekarno juga pernah meresensi buku. Nama-nama seperti Radhar Panca Dahana, Nirwan Dewanto, Maman s Mahayana, dan Rocky Gerung juga ternyata para peresensi yang produktif. Usaha membaca dan meresensi ternyata sebuah kerja besar intelektual, tidak kalah dari menulis atau membaca buku itu sendiri. 

Dari membaca resensi-resensi lawas ini terungkap banyak peristiwa buku yang seru. Tidak pernah terbayangkan bahwa sebuah resensi bisa "menghabisi" sebuah buku. Jika kemarin ramai kasus review kue lapis legit yang bisa menjatuhkan sebuah toko, maka pernah ada juga sebuah ulasan buku yang benar-benar membuat buku tersebut ditarik dari peredaran. Bedanya, ulasan buku ini ditulis berdasarkan fakta dan referensi yang valid, sehingga penulis bukunya sendiri menyerah kalah dan mengatakan kalau bukunya memang salah.

Adalah Puradisastra, sangg "pembunuh buku" itu. Lewat resensinya yang berjudul "Dari Barat atau Islam? (dimuat di Tempo, 16 September 1978), peresensi mengkritik buku "Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan" (Sinar Hudaya, 1977). Secara ringkas, dalam resensi utuh yang dicuplik di buku ini, Puradisastra meluruskan anggapan keliru si penulis bahwa ilmu pengetahuan berawal dari Eropa Renaisance. Dengan rujukan valid, dikemukakannya juga sejumlah kesalahan nama tokoh, penamaan, hingga penisbatan yang keliru. Hal paling parah adalah penulis seolah mendewakan peradaban Barat dan menihilkan sumangsih peradaban Islam yang meletakkan dasar bahkan mengembangkan banyak hal dalam ranah ilmu pengetahuan.

Ulasan buku ini begitu heboh dan telak, sehingga buku setebal 131 hlm itu ditarik dari peredaran. Bahkan, sang penulis yang seorang profesor dengan sikap ksatria mengirimkan surat kepada peresensi berisi pengakuan kesalahannya. "Bagi saya jelas, saya tidak mampu memperbaiki kesalahan itu." Sebuah bukti bahwa resensi juga bisa menjadi semacam penjaga gawang untuk menjamin orisinalitas dan kualitas sebuah buku. 

Polemik lain yang juga menarik adalah ulasan tentang terjemahan kitab suci al-Qur'an. H.B. Jassin pernah menulis dan menerbitkan terjemahan puitis dari al-Qur'an dengan judul Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia. Edisi kitab suci ini telah ditarik dari peredaran setelah penerbitannya menimbulkan polemik berkepanjangan. Terlepas dari diksinya yang sangat indah dan puitis, peresensi menyoroti kualitas terjemahan yang "tidak tepat". Padahal, kesalahan penerjemahan dari sebuah kitab suci tentu sangat besar mudaratnya. Peristiwa ini ramai hingga Menteri Agama turun tangan sehingga menarik  Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassins dari peredaran dengan pertimbangan mudharatnya lebih besar ketimbang manfaatnya.

Dari membaca banyak resensi, kita jadi tahu buku-buku bagus apa saja yang menarik untuk dibaca, serta peristiwa-peristiwa buku yang muncul dari sebuah buku. 

Wednesday, February 19, 2025

Keajaiban Enzim Awet Muda

Judul: Keajaiban Enzim Awet Muda 
Penyusun: Hiromi Shinya
Tebal: 180 pages, Hardcover
Terbit: January 1, 2013 
Penerbit: Qanita
ISBN 9786029225747



Seperti iklan susu balita bertahun lalu: "Perut adalah otak kedua". Perut di sini merujuk pada organ-organ pencernaan (terutama usus) yang menurut Hiromi Shinya bertanggung jawab pada 80% pertahanan tubuh. Imunitas tubuh dengan demikian berada di usus dan hal-hal terkait ususlah yang seharusnya bertanggung jawab pada kekebalan tubuh, yakni MAKANAN. Shinya berulang kali menegaskan bahwa apa yang kita konsumsi adalah apa yang membuat kita sehat atau sakit. Virus, bakteri, dan penyakit lain pada dasarnya akan lemah ketika kekebalan tubuh kita kuat. Selama pencernaan baik dan imunitas naik, berbagai penyakit akan menjauh.

Makanan dan minuman jugalah yang bertanggung jawab kepada kebugaran seseorang. Shinya tidak terlalu menekankan pada olahraga, meskipun olahraga rutin penting dalam pendapatnya. Makanan dan minuman yang baik adalah yang utama, ditambah dengan puasa pagi ala Shinya, lalu istirahat dan olahraga secukupnya. Untuk awet muda, kita harus membuang sampah-sampah yang menumpuk tidak hanya dalam usus besar, tetapi juga sampah-sampah dalam sel. Berikut poin-poin yang penting untuk dicatat dari buku ini.

- Perbanyak protein tapi dari sumber nabati. Shinya meresepkan 80% protein nabati dan 20% protein hewati dalam diet harian.

- Kurangi produk susu dan turunannya, termasuk yogurt yang selama ini dipercaya kaya akan probiotik. Pilih susu dari kedelai tapi yang tanpa gula.

- Konsumsi makanan turunan kedelai seperti tempe, tahu, tofu, serta biji-bijian utuh.

- Pilih beras merah atau beras utuh ketimbang beras putih

- Makan buah dan sayuran yang berwarna. Semakin gelap warnanya (hijau pekat, ungu gelap, merah dalam) semakin bagus kandungan fitokimia pelindung sel yang dikandung.

- Makan buah secara utuh, jangan diblender. Jangan makan buah setelah makan berat (jadi selama ini menggunakan buah sebagai pencuci mulut ternyata kurang tepat) karena akan meningkatkan glukosa (gula dari nasi plus fruktosa). Makan buah sebaiknya 1 jam sebelum makan agar rasa lapar berkurang.

- Jika malam tiba-tiba lapar, pilih konsumsi buah utuh (bukan mi instan rasa bawang pake irisan rawit yang lezat sekali itu)

- Berpuasa 15 jam sehari, mulai jam 9 malam sampe 12 siang. Sarapan pagi cukup minum air putih dan buah utuh. Jika butuh sumber asupan, makanlah makanan yang belum diolah sebelum jam 12 siang seperti buah segar dan salad.

- Mengukus sayur jangan terlalu lama. Enzym dalam sayur akan rusak ketika terkena panas lebih dari 45 atau 48 derajat Celcius, jadi memang pagi saatnya makan pecel dan lotek, mantap.

- Kurangi konsumsi obat, ganti dengan makanan yang sehat.

- Usahakan buang air besar setiap hari di jam yang sama, jadikan kebiasaan. Sangat penting untuk rutin membuang sampah dalam tubuh.

- Usahakan berhenti makan 3 atau 4 jam sebelum tidur malam. Dapatkan tidur nyenyak sekitar 7 sampai 8 jam per malam dan setengah jam di siang hari.

- Jika berolahraga, pilih olahraga dengan intensitas ringan tapi teratur seperti jalan cepat, bersepeda, berenang, atau jalan ringan. Berolahragalah yang memuat anda senang sekaligus tidak terasa sebagai beban. 

- Lakukan enema kopi.

- Berhenti makan sebelum kenyang.

Saya menyelesaikan membaca buku ini sambil menikmati semangkuk mi instan panas dengan irisan cabe, gorengann tahu , dan setumpuk peyek yang sangat lezat

Wednesday, January 29, 2025

Graceling

Judul: Graceling
Pengarang: Kristin Cashore
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Tebal: 496 hlm, Paperback
Cetakan: Desember 29, 2011 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama



Seorang graceling adalah manusia langka dengan Bakat di atas rata-rata. Mereka memiliki kemampuan yang jauh mengungguli manusia-manusia lain dalam satu bidang spesifik. Ada graceling yang mampu memprediki cuaca, membaca pikiran orang lain, memanipulasi pikiran, memiliki daya penglihatan super, bisa berlari sangat cepat, atau sesederhana mahir berenang. Seorang graceling bisa dikenali dengan kedua matanya yang memiliki dua warna yang berbeda. Katsa adalah seorang graceling yang terlahir dengan Bakat langka untuk membunuh. Bahkan di usia 8 tahun, dia tanpa sengaja telah membunuh orang yang berniat jahat kepadanya. Sata itu Katsa bahkan belum mendapatkan pelatihan berkelahi sama sekali.

Mengetahui Bakat supernya, Randa (sang Paman) menggunakan Katsa sebagai algojo politiknya. Sejak ketahuan Bapaknya, Katsa lalu dilatih dan digembleng keras dengan berbagai ilmu bela diri. pada usia remaja, Katsa sudah berubah menjadi seorang mesin pembunuh. Tak ada yang bisa mengalahkannya dalam pertempuran tangan kosong maupun dengan senjata jarak dekat. Sebagai raja di 7 Kerajaan, Randa lalu memanfaatkan Katsa sebagai sang alojo. Ketika ada bangsawan yang tidak patuh atau tidak mau tunduk, dia cukup mengirimkan Katsa untuk melukai atau membuat orang itu cacat.

Tentu rasanya sangat tidak benar menjadi boneka Randa. Dalam hati Katsa tau itu salah, tetapi ia tak kuasa menolak perintah lalim pamannya. Sampai dalam suatu misi rahasia yang tidak diketahui Randa, si Katsa bertemu graceling lain bernama Po. Cowo ini punya Bakat bertarung, dan akhirnya Katsa mendapatkan lawan sepadan. Untuk pertama kalinya, ada yang bisa melukai Katsa meskipun gadis itu tetap menang pada akhirnya. Lewat Po inilah Katsa akhirnya membangun jati dirinya.Ia memutuskan tidak tunduk pada Randa, dan inilah awal petualangan besar Katsa.

Bersama Po, mereka ke negeri terpencil untuk menyelidiki siapa penculik kakeknya Po. Apa yang dikira hanya sebagai misi santai ternyata berubah menjadi misi penyelamatan. Keduanya mengetahui ada graceling lain yang memiliki Bakat yang jauh lebih berbahaya. Sebuah Bakat yang bisa mempengaruhi warga 7 Kerajaan dengan mudahnya. Dan kali ini, bahkan Katsa pun tidak kuasa melawannya.

Konsep graceling yang berbeda warna matanya ini mirip dengan konsep mutant dalam serial X-Men. Beberapa orang mendapatkan Bakat dalam satu bidang yang spesifik dan itu bisa menjadikan mereka manusia super. Tetapi kisah ini bukan hanya pertarungan antar Bakat. Ada perjalanan mencari jati diri, romansa dua kekasih, dan intrik politik yang kental. Nuansa kerajaan khas Abad Pertengahan disajikan dengan alam dingin penuh salju.

Banyak tema yang menyulut bintang satu dan dua saat buku ini terbit tahun 2010an. Pendirian Katsa seolah mendukung hidup tanpa menikah, bahkan pergaulan bebas. Tetapi, jika dibaca lebih jernis, penggarang hanya menyajikan fenoena sosial di dunia barat, dan itu tidak berarti dia mendukungnya. Keluarga Ror yang harmonis dengan keenam putranya menunjukkan bahwa membangun keluarga tetap penting. Katsa hanya terpecah antara cinta atau Bakatnya yang tidak memungkinkan.

Alur novel juga sangat mulus, bahkan beberapa adegan bikin kagget karena selangsung itu. Tahu-tahu saja kok sudah begitu, kaget dikit karena beda dengan novel-novel fantasi lain yang agak berpanjang-panjang dalam adegan perjuangan. Tetapi novel ini cukup detail dalam memaparkan dunianya, dan pengarang menyebarkannya di berbagai bab sehingg tidak terasa ada bab yang membosankan (kecuali bagian perjalanan Po dan Katsa berdua saja). Terjemahannya juga mulus sekali, selalu menyenangkan membaca hasil terjemahan Kak Poppy D. Chusfani. 

Thursday, January 23, 2025

Risalah Ibnu Fadhlan

Judul: Risalah Ibnu Fadhlan 

Penyusun: Ibnu Fadhlan

Cetakan: Pertama, 2017

Penerbit: Forum

Nama Ibnu Fadhlan mungkin belum sepopuler Ibnu Batuttah, tetapi keduanya adalah penjelajah muslim Abad Pertengahan yang meninggalkan catatan tertulis yang bisa menjadi sumber sejarah. Ibnu Fadlan terutama berjasa besar bagi bangsa Nordik dan Rus dalam melacak leluhur Viking dan Rus mereka. Catatan Fadlan memberikan gambaran jelas aekaligus menghapus rumor kasar dan bengis dari bangsa Viking yang sering dilebih-lebihkan.

Ibnu Fadhlan adalah seorang faqih, seorang ahli hukum Islam, yang menjabat sebagai sekretaris delegasi yang dikirim oleh Khalifah al-Muqtadir pada tahun 921 kepada raja Bulgaria. Kala itu  raja ini meminta bantuan untuk membangun benteng dan masjid, serta instruksi pribadi lainnya dalam soal ajaran Islam. Dalam perjalanannya ke negeri negeri utara ini, ia mencatat begitu detail hal hal terkait orang orang Rus dan Viking, penampilan wanita mereka, keseharian, juga flora dan fauna dan adat kebiasaannya.

Catatan atau Risalah Ibnu Fadhlan hanya ditemukan sebagian, sementara versi utuhnya diduga ditulis ulang oleh seorang penulis Muslim. Untuk menjaga keotentikan naskah, buku ini hanya menampilkan bagian naskah Ibnu Fadlan yang sudah diteliti asli dari abad ke -10 M. Tapi meskipun tipis, naskah ini memuat rincian yang sangat detail tentang orang-orang utara. Bangsa Rusia bahkan beruntang banyak pada catatan ini untuk mengisi lubang lubang yang masih gelap dalam sejarah bangsa mereka karena ketiadaan prasasti atau bukti tertulis.

Salah satu peristiwa yg digambarkan begitu detail oleh Ibnu Fadhlan adalah upacara pemakaman di pinggiran sungai Volga yang begitu rinci mendeskripsikan teadisi suku Viking. Ketika kepala suku wafat, mereka akan menempatkan jenazahnya pada sebuah kapal yang dipenuhi barang berharga. Selain itu, disembelih juga anjing, kuda, lembu, unggas serta (paling mengerikan) seorang budak wanita yg mengurbankan diri. Dokumen ini menjadi dokumen tertulis paling luar biasa yang menggambarkan sejarah Eropa utara di era Viking.

Ibnu Fadhlan juga menggambarkan karakter barbar bangsa utara. Dituliskan mereka tidak pernah mandi wajib dan membersihkan diri dengan air dalam satu bejana yang sama. Fadlan juga menyororti kebiasaan bangsa utara yang "tidak tahu malu" dengan mandi telanjang saling bercampur laki dan perempuan. Tapi, dia juga membahas tentang perlakuan tegas kepada mereka yang kedapatan berzina atau mencuri.

Risalah perjalanan Ibnu Fadhlan ke Eropa Utara abad 10 ini menginspirasi Michael Chricton ( pengarang Jurassic Park) untuk menulis novel berjudul "Eater of the Death" yang kemudian diadaptasi menjadi film "The Tirthteen Warrior" yang sangat fenomenal itu. Sebuah dokumen perjalanan dari abad 10 yang luar biasa.