Search This Blog

Saturday, August 6, 2022

The Black Hole, Novel Fiksi Fantasi Lokal Rasa Remaja

Judul: The Black Hole

Pengarang: Jufan Rizki

Penerbit: Benito Publishing




Memadukan kisah fantasi petualangan dengan kisah remaja yang ringan, The Black Hole karya Jufan Rizky adalah pembuka yang menyenangkan untuk seri ini. Aroma pertempuran ala permainan game fantasi seperti dalam trilogi Sang Gallant masih mewarnai buku ini. Tetapi, novel ini memiliki tone yang lebih ringan. Secara halaman pun tidak terlampau tebal sehingga ramah untuk bisa menjangkau lebih banyak pembaca.

Secara kisah, novel ini memiliki alur khas kisah fantasi. Planet Sanivia, sebuah planet maju di galaksi nun jauh di sana, diserang oleh penghuni Planet Vigard yang hendak menjadikan planat tersebut jajahannya. Perang terus berlangsung, dan para pasukan pelindung Planet Sanivia mulai kewalahan dengan bangsa Vigart yang seolah tidak ada habisnya.

Sanivia memiliki barisan Ksatria Yad yang masing-masing dibekali pedang istimewa. Pedang ini bisa berubah bentuk, juga berbicara berinteraksi dengan pemiliknya. Senjata ibarat robot doraemon versi keren yang bisa berubah menjadi mobil hingga menembakkan sinar penghancur. Ksatria Yad ini mengingatkan saya pada Jedi di film Star Wars, tapi dalam versi yang lebih animatif.

Hadirnya ksatria Yad ternyata belum mampu mengimbangi pasukan Vigart yang seolah terus bertambah walau banyak ditumpas. Pertahanan Sanivia terancam jebol kalau saja mereka tidak menyimpan sebuah senjata rahasia. Senjata berupa seorang anak muda dengan kemampuan bisa memunculkan sebuah lubang hitam dahsyat yang mampu mengisap segalanya. Anak muda itu disembunyikan sejak bayi di planet Bumi.

Xade, salah satu dari Ksatria Yad diutus untuk menjemput dan melatih senjata rahasia ini. Dari pantauan Dewan Galaksi, pemuda bernama Bayu Pratama itu bersekolah di SMA Swasta Pancasila di Jakarta. Agar prosesnya berjalan mulus, Xade memutuskan menyamar dan melamar menjadi guru fisika di SMA tersebut. Ini agar dia bisa mendekati dan melatih Bayu Pratama menjadi prajurit Sanivia yang terlatih. Tebak apa nama samara Xade di SMA Pancasila: Soekarno Habibie Wahid—tiga nama mantan Presiden Republik Indonesia.

Proses yang sayangnya berjalan terlalu lama. Bayu sendiri adalah siswa SMA yang bandel dan keras kepala. Orang tuanya yang kaya raya menjadikannya merasa semakin bebas, termasuk dalam menindas dan merisak siswa-siswa lain yang lebih lemah darinya. Sebelum bisa melatih sang lubang hitam, Xade harus menaklukan pemuda itu terlebih dulu. Hal yang tentunya tidak sulit bagi seorang Ksatria Yad seperti dirinya.

Kisah di buku pertama ini kebanyakan mengambil latar tempat sekolah SMA dengan segala hiruk pikuk kegiatannya. Sesekali, pengarang akan mengajak pembaca menengok pertempuran yang tengah berlangsung di Planet Sanivia. Adegan pertempuran ditulis dengan lumayan rinci, jadi saya sebagai pembaca mudah untuk membayangkan adegan pertempuran seru itu di dalam kepala. Mengingatkan kita pada adegan pertempuran dalam kartun Dragon Ball yang seru itu.

Hal yang menjadikan novel fantasi ini terasa segar (dan mulus sekali dibacanya) adalah aroma Planet Bumi (atau aroma lingkungan SMA) yang sangat kuat. Serasa membaca buku tentang remaja yang ringan tapi mengasyikkan. Dan tentu lebih seru lagi ketika anak murid bandel yang berhasil ditangani oleh gurunya yang ternyata jauh lebih jago darinya. Aroma kisah remaja yang ternyata tidak hanya membuat pembaca terus membaca, bahkan masa tinggal Xade sendiri sampai molor karena dia mungkin telanjur nyaman di Bumi--apalagi dengan sotonya. Siapa sih yang tahan pada godaan soto ayam?

Dengan latar SMA, novel ini ikut mengangkat isu-isu yang dekat, seperti tentang prisakan (bullying) dan juga kenakalan remaja. Ada juga sindiran pada kondisi manusia bumi yang merusak alam, dan dikhawatirkan akan merusak alam semesta jika dibiarkan terus maju. Keberadaan Dewan Galaksi menjadi semacam pengawas di balik tabir untuk mencegah agar umat manusia bergerak atau berkembang terlalu maju. Ini konsep yang menarik! Biasanya manusia diletakkan sebagai pihak yang terancam, di novel ini manusia adalah calon ancaman.

Dengan cerita yang ringan, selingan adegan pertempuran dar der dor gerak cepat, juga bumbu intrik pengkhianatan; The Black Hole rampung terbaca dalam waktu yang tidak lama. Cara penulis bercerita, memasukkan serpihan-serpihan kekinian dalam karyanya, membuat proses membaca buku ini menyenangkan dan menghibur. Beberapa kalimat ada yang kurang luwes, tetapi tidak banyak dan saya sudah lupa di halaman berapa saking larutnya dalam cerita.
Tentu, saya masih menantikan terbitnya dari Sang Galant seri kedua.

No comments:

Post a Comment