Search This Blog

Tuesday, January 16, 2024

The Black Hole Vol. 2

 Judul: The Black Hole Vol. 2

Pengarang : Jufan Rizky

Tebal: 328 hlm

Cetakan: September 20, 2023 

Penerbit: Benito Group

ISBN: 9786238053247




Miliaran leiv dari Bumi, Savinia, sebuah planet di Galaksi Higes tengah terancam oleh serbuan dari penghuni planet Vigard yang menginginkan tanah dan sumberdaya alamnya. Savinia sebenarnya planet yang kuat. Penduduknya mampu beradaptasi dengan lingkungan apa pun, memiliki teknologi canggih, dan jago bertarung ala ala manusia Seiya dalam komik Dragon Ball. Mereka juga punya deretan kesatria Yad yang mirip ksatria Jedi dalam Star Wars,.lengkap dengan senjata yang bisa berpikir, berubah bentuk, dan menyimpan kekuatan dahsyat. Tetapi, segala sesuatu ada batasnya. Serbuan Vigard yang tak kenal henti menjadikan Savinia porak poranda dan terancam tumbang. Untuk mempertahankan diri, mereka terpaksa mengeluarkan senjata pamungkas yang sengaja dirahasiakan di sebuah planet jauh bernama Bumi. Senjata itu adalah sosok anak remaja yang mampu mengeluarkan dan mengendalikan sebuah lubang hitam dari telapak tangannya.

Petualangan Sukarno Wahid Habibie atau Xade belum selesai. Walaupun sudah berhasil menemukan Vahn si Lubang Hitam, tetapi remaja itu masih sangat mentah dan belum terlatih. Kekuatan besar di tangan seseorang yang belum mampu mengendalikan kekuatan sama saja dengan bencana. Xade sekali lagi masih harus berjuang. Kali ini, untuk melatih Vahn lewat berbagai olah fisik ekstrem, aneka teknik pertarungan, dan strategi. Vahn mungkin makhluk planet Savinia, tetapi ia besar di Bumi dan seluruh memori dan kemampuan super Savinia itu terpaksa harus dipaksa keluar lagi lewat berbagai latihan ekstrem. Sayangnya, baik Xade, pedangnya, maupun Vahn belum tahu bagaimana cara mengendalikan lubang hitam sepenuhnya.

"Mungkin kalian lupa karena terlalu kuat, bahwa dalam pertempuran, kekuatan bukan satu-satunya kunci kemenangan " (249)

Dalam kondisi genting ini, masalah baru timbul. Sabrina, salah satu murid Xade di SMA mulai curiga dengan berbagai keanehan yang seolah kebetulan. Sosok pak Guru Karno dengan layar belakang misterius dan sebuah "adegan mirip drakor" di lorong sekolah membuat Sabrina semakin penasaran. Rasa keponya semakin meluap dengan perubahan fisik Bayu Pratama alias Vahn yang berubah menjadi remaja tinggi berotot dalam beberapa hari. Hal yg lebih berbahaya lagi, Sabrina nekat mengunggah segala kecurigaannya ke akun YouTube miliknya. Para penggemar dan pengiat konspirasi pun langsung datang menyambar gosip hangat ini. Jadi diri Xade, Vahn, dan alien dari Savinia mendadak terancam. Demikian pula, ada Dewan Galaksi yang dikhawatirkan berbuat kelewat batas pada Sabrina dengan merusak otaknya demi lindungi rahasia galaksi.

Sementara itu, gelombang serbuan Vigard ke Savinia tidak berhenti. Bab - bab tentang penyerangan ke Savinia ini bikin saya nggak bisa berhenti membaca. Seru! Ribuan musuh menyerbu dengan dibantu mahkluk makhluk buas yang dapat memuntahkan asam, juga kemampuan baru dari prajurit Vigard yg semakin membuat ksatria Yad kewalahan hingga luka parah. Cerita semakin greget karena di buku ini disebutkan tentang agen Z dan beberapa komplotannya yang menjadi pengkhianat Savinia. Tidak heran seluruh rencana dan gerakan Savinia selalu berhasil diantisipasi oleh Vigard karena rahasia mereka dibocorkan. Selain mempertahankan planet dari sebulan musuh, Savinia kini harus juga melawan para pengkhianat yang diam diam menusuk dari kegelapan.

"Karena tidak ada yang lebih membahagiakan saat tahu bahwa ada orang yang terus peduli dan percaya bahwa kita bisa, sementara kita sendiri tidak pernah yakin bahwa kita sebaik itu." (187)

Berselang seling kita akan diajak bertualang. Dari perang besar berdarah-darah lalu diselingi  mengamati kehidupan di bumi ala anak SMA.  Kondisi Savinia yang sudah porak poranda tidak melulu dimunculkan, berganti dengan kondisi Jakarta yang apa adanya pokoknya Indonesia banget. Bagian tentang Vahn yang menggunakan properti sarung dan singlet ijo (jadi teringat pada kolor ijo wkwk) bikin ngakak banget. Sungguh pas dengan imajinasi anak remaja yang pengen menjadi pahlawan dan dipuji puji para cewek. Saya sempat merasa bagian ini mengganggu kenikmatan membaca kisah pertempuran di Savinia. "Haduh lagi seru-serunya perang malah ada adegan pahlawan kesiangan gini, ganggu aja elo Vahn!" Tapi justru malah saya kemudian ikut menikmati variasi dua cerita dalam satu buku ini. Jika sepanjang buku berisi sepenuhnya pertempuran planet, apa bedanya buku ini dengan buku perang lain? Justru yang bikin seri ini unik (sebagaimana buku pertamanya) adalah kisah remaja ala teenlit yang disisipkan menyelingi kisah pertempuran. Dari ketegangan, pembaca diajak ngadem sebentar dengan kisah yang akrab dengan keseharian kita: kisah masa SMA. Ini membuat pengalaman membaca The Black Hole terasa tidak membosankan.

"Yah, penyamaran seorang superhero memang selalu butuh pengorbanan. Ada yang ketat, ada yang ribet, dan kali ini ada yang bau." (97)

Saya senang karena penulis turut mengangkat dua tema besar yang sering luput dari perhatian: tentang penggunaan media sosial dan juga pembullian atau perisakan--dua tema yang akrab di kalangan remaja. Sabrina yang sedemikian terobsesi mencari follower lewat akun Youtubenya telah bertindak diluar batas. Sampai hati dia melanggar privasi orang dengan merekam diam-diam, lalu membuat video ala ala konspirasi yang isinya memfitnah orang lain tanpa terlebih dulu izin atau cek silang informasi kepada yang bersangkutan. Meskipun dalam kisah ini, apa yang diunggah Sabrina adalah benar tetapi caranya yang keliru. Tidak hanya menjadikan Sabrina rentan dicuci otak oleh Dewan Galaksi, perilakunya yang "demi konten" itu sudah mengganggu, merugikan, bahkan merusak nama baik orang lain. Kita sering lupa, bahwa tidak semua orang suka difoto dan direkam diam-diam, apalagi disebarkan di media sosial.

Tema kedua tentang perisakan. Vahn sempat bercerita tentang adiknya yang dirisak di sekolah oleh dua teman bandelnya. Masalah kekurangan fisik sekali lagi menjadi penyebabnya. Yang kuat menindas mereka yang tampak berfisik lemah, dan ini hampir bisa ditemukan di berbagai sekolah. Sementara pihak sekolah seolah tidak kunjung serius menemukan solusinya. Mungkin beban kurikulum pendidikan sudah begitu berat, belum lagi tekanan orang tua pelaku atau anggapan bahwa hal itu sudah biasa dengan dalih: "Namanya juga anak-anak atau remaja, wajar bandel." Vahn mengalami sendiri bagaimana dia dianggap cupu karena tubuh ringkihnya. Dan mendadak nilai dirinya menjadi begitu tinggi ketika tubuhnya berubah atletis, gagah, dan kuat. Apakah harus goodlooking dulu agar bisa dihargai di negeri ini? Vahn menjadi bukti betapa manusia masih sangat memandang fisik.

"With great power comes a great addict" (hlm. 103)--harusnya "addiction" sih karena kata benda.

Selain menyisipkan dua tema penting itu, penulis juga mampu menghadirkan solusi yang wajar. Bagaimana Sabrina selamat dari cuci otak sekaligus identitas Xade dan Vahn tetap aman. Bagaimana Vahn berhasil menemukan cara menjadikan dirinya berharga setelah sekian tahun dirinya down karena perisakan. Ada juga sedikit kisah tentang Bayu yang merasa insecure dengan dirinya tetapi berhasil melawan perasaan rendah diri itu berkat bimbingan Xade. Kadang, kita memang hanya butuh didorong untuk menemukan bahwa kita memang bisa jika kita mau mencoba melakukannya.

"Kita memang tidak jadi bertarung bersama di Savinia, tapi bukan berarti kamu berhenti berjuang untuk sesuatu. Inilah pertarunganmu. Inilah sesuatu yang perlu kamu menangkan!" (Hlm. 93)

Tidak semua perjuangan harus dengan berperang dengan melawan penjahat. Tidak semua pahlawan adalah mereka yang membasmi para kriminal. Berjuang bisa dengan belajar sebaik-baiknya, bekerja dengan setekun-tekunnya. Pahlawan juga adalah orang tua yang selalu ada untuk anak-anaknya, juga teman yang senantiasa setia menemani dan mendukung baiknya kita. Kita belajar banyak dari buku ini.


No comments:

Post a Comment