Search This Blog

Friday, June 10, 2016

Ulasan + Pengumuman Pemenang Giveaway: Pancen

Judul buku : Pancen: Di Bawah Pohon Bintaro, Kisah Ini Berakhir
Penulis : Maria Ita
Editor : Chris Subagya
Desain isi : Oktavianus
Desain sampul : Joko Sutrisno
Penerbit : PT Kanisius
Tahun terbit : 2016
ISBN : 978-979-21-4646-2





"Meski nafasku telah habis sekalipun, aku tetap mencintaimu, karena aku hujan dan kamu bumi."

Novel sederhana ini ternyata menyimpan banyak hal yang baru saya ketahui setelah menyelesaikan membacanya, termasuk makna dari kata pancen itu sendiri. Saya kira, pancen adalah bahasa Jawa dari 'memang', ternyata tidak. Pancen berasal dari kata panci (iya panci yang itu) yang digunakan oleh orang Jawa sebagai wadah menaruh sesaji bagi arwah orang yang dicintai yang sudah meninggal. Sesaji dalam panci ini diberikan para hari-hari peringatan si mendiang, yakni 7 hari-an, 40 hari-an, 100 hari-an, dan seterusnya sebagai wujud kecintaan kepada almarhum/almarhumah. Coba untuk tidak memandang tradisi ini dari segi religi (yakni sebagai bentuk pemujaan arwah), melainkan pada sisi romantisme. Betapa memberikan sajian kesukaan kepada si mendiang adalah sebagai wujud lestarinya rasa cinta meskipun raga telah tidak bersama.

"Ajari aku mencintai tanpa hati, sehingga tak perlu sakit hati saat mencintai." (hlm. 21)

Pancen digerakkan oleh cinta segitiga antara Kus, Mar, dan Kam, dengan pergerakan cerita maju mundur yang dituliskan dengan rapi.  Kisah diawali dengan arwah Kus yang mendatangi adik Mar, menanyakan perihal Mar. Si adik pun sama tidak tahunya tentang nasib kakaknya itu. Kedatangannya ke rumah Mar adalah untuk mencari tahu keberadaan sang kakak yang menghilang tepat 100 hari setelah kematian Kus. Kus sendiri diduga meninggal karena bunuh diri dengan memakan buah bintaro yang beracun. Saya jadi kepo sendiri dengan buah bintaro ini, yang ternyata bisa digunakan sebagai pestisida alami untuk membasmi hama tikus. Dapat lagi pengetahuan, yay. Lanjut ke cerita. Adik Mar kemudian mencoba bertanya kepada Kam perihal hilangnya Mar, tapi suami Mar itu hanya menjawab tidak tahu. Tapi adiknya Mar tahu bahwa ada yang disembunyikan lelaki licik itu.

"Perempuan akan berharga ketika mampu berdiri dengan kakinya sendiri." (hlm. 33)

 Mar memang terakhir kali terlihat di deretan pohon bintaro depan rumahnya, tengah menari dan memberikan pancen untuk 100 hari meninggalnya Kus. Sejak awal, memang hanya ada Kus di hatinya. Lalu, kenapa dia memilih menikah dengan Kam? Benarkan Kus yang seorang dosen itu dengan mudahnya mengakhiri hidup dengan memakan buah bintaro? Lalu, bagaimana juga dengan nasib Mar? Di manakah keberadaannya? Ketika semua pertanyaan itu semakin berkelindan dalam benak adiknya Mar, tanpa disangka-sangka, jawabannya muncul dari alam seberang. Tetapi, bahaya lain diam-diam datang mengancam. Bahaya yang menyaru dalam sosok licik yang ingin menyembunyikan semua kejahatan yang telah dilakukannya atas nama cinta.

"November yang tinggal kenangan melambai-lambai di pucuk evergreen. Lalu Desember tergopoh-gopoh datang dan duduk di ranting cemara." (hlm. 6)

Pancen menghadirkan jenis cerita roman yang baru, yakni cinta di dunia orang dewasa 9mapan). Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama secara bergantian untuk tiap babnya sehingga kita bisa ikut merasakan serta menyelami luka dan cinta serta rasa penasaran para tokohnya. Selain itu, perpaduan antara cerita dengan puisi-puisi cinta di dalam buku ini entah bagaimana malah menjadikan membaca novel pendek ini tidak membosankan. Selain disuguhi rasa penasaran dengan ceritanya yang agak-agak thriller, pembaca juga akan dihibur dengan untaian puisi-puisi indah karya penulisnya sendiri. Seorang novelis yang juga penyair, ah keren deh Mbak Maria ini. Mungkin, masih ada beberapa hal menganjal di buku ini, seperti logika yang agak selip atau beberapa bagian yang harusnya bisa dipotong. Tapi, nanti biarlah saya tanyakan sendiri kepada penulisnya lewat surel.


GIVEAWAY TIME 



Ada DUA novel Pancen bertanda tangan penulis untuk DUA PEMENANG beruntung yang akan langsung dikirimkan oleh Mbak Maria Ita. Silakan simak cara ikutannya:


1. Peserta berdomisili di wilayah Republik Indonesia

2. Wajib follow kak @marrielines di Twitter.

3. Share/bagikan info giveaway ini di media sosial dengan menyenggol akun @marrielines. Mohon cantumkan juga tagar #GAPancen ya biar semakin rame.

4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar:

Buatlah satu bait puisi (empat baris saja) dengan tema "persembahan terbaik". 


Dan inilah dua pemenangnya:

Barangkali seikat puisi ditaburi minyak wangi.
Adalah perkara merestui
Soal seberapa cintaku padamu, Kus.
Demikian ini, sesajiku padamu....
. (@ivedvedi)

 

Kubawakan engkau kamboja
putih untuk kasih, merah untuk bahagia
supaya harum tempat istirahatmu
supaya nyaman tidur panjangmu
(@sitasiska95)




Jika belum beruntung di blog ini, masih bisa ikutan lagi pekan depan di blognya Mbak Desty.  Terima kasih. 

12 comments:

  1. Nama : Devi Ambar Wati
    Akun Twitter : @ivedvedi
    Jawaban :
    Sesaji,Kus.

    Barangkali seikat puisi ditaburi minyak wangi.
    Adalah perkara merestui
    Soal seberapa cintaku padamu, Kus.
    Demikian ini, sesajiku padamu.....

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Nama: Kiki Amaliah
    Twitter: @kyoungsaeng
    Jawaban:

    Sembah Rindu

    Desembar kala itu, kau mengadu
    Pergi tinggalkan aku, menunggu
    Hingga membiru, sang waktu tak bertemu
    Sembah rinduku, kamu: satu

    ReplyDelete
  4. Nama : Yohana
    Twitter : @MrsSiallagan

    "Hati yang bersih"
    Siapakah pemilikMu?
    Wahai hati yang baik,
    Jiwa yang beriman
    Sungguh hati yang langka

    ReplyDelete
  5. Nama: Elsita F. Mokodompit
    Twitter: @sitasiska95

    Kubawakan engkau kamboja
    putih untuk kasih, merah untuk bahagia
    supaya harum tempat istirahatmu
    supaya nyaman tidur panjangmu



    ReplyDelete
  6. Julia dwi
    @Juliakartika326

    Hatiku menjerit-jerit memanggilmu dengan bisu
    Suasana gelap sunyi ku pandangi dalam dingin
    Kuletakkan tulisan terbaik hatiku di malam penuh mendung
    Tanpa ucap, hanya membatin, terima persembahan sajak hatiku ini, bacalah kus.

    ReplyDelete
  7. Nama: Nola Amalia Twitter: @Nolaamaliaa

    Malam ini, di bawah teduhnya Bintaro
    Kupasrahkan tangisku mengganggu; batinku menggebu
    Kualunkan nada-nada haru; syahdu
    Bersama hadirnya sepucuk surat biru
    Sebagai persembahan terbaikku; agar senang dan tenang arwah kasihku

    ReplyDelete
  8. Nama : Pida Alandrian
    Twitter : @PidaAlandrian92
    Jawaban :

    untuk setiap gelas yang tak sempat kau teguk.
    untuk kebahagiaan yang belum lama kau rasakan.
    dari luka yang panjang, nyanyian ini untukmu kawan.
    untuk setiap langkah yang kau jejakkan.

    Sekian Puisi 'Persembahan Terbaik'
    Salam Ramadhan Pida Alandrian

    ReplyDelete
  9. @fsuminto
    fsuminto@gmail.com

    Persembahkan pancen sesaji
    Kembang 7 rupa dari taman hati
    Untuk mu Kus cintaku sejati
    Masih mekar merekah di sanubari

    ReplyDelete
  10. Heni Susanti | @hensus91

    Untukmu
    Bukan puisi, lagu ataupun sepucuk surat
    Hanya tatap mata dan pancaran cinta
    Yang kuberikan tanpa paksaan

    ReplyDelete
  11. Diah P
    @She_Spica

    Malam tempatku mengadu
    Tak kering air mataku di atas sejadah
    Selalu, dgn tangan terangkat mengiba
    Ku kirimkan doa untukmu di alam sana

    ReplyDelete
  12. Nama: Leny
    Twitter: @Lenny1785

    Ku tulis sepucuk surat untukmu.
    ku letakkan dibawah pintu rumahmu.
    Tanpa kata ku berjalan pelan menjauh...menjauh...
    Itulah persembahan terbaik dariku untukmu.

    ReplyDelete