Penulis : Maria Ita
Editor : Chris Subagya
Desain isi : Oktavianus
Desain sampul : Joko Sutrisno
Penerbit : PT Kanisius
Tahun terbit : 2016
ISBN : 978-979-21-4646-2
"Meski nafasku telah habis sekalipun, aku tetap mencintaimu, karena aku hujan dan kamu bumi."
Novel sederhana ini ternyata menyimpan banyak hal yang baru saya ketahui setelah menyelesaikan membacanya, termasuk makna dari kata pancen itu sendiri. Saya kira, pancen adalah bahasa Jawa dari 'memang', ternyata tidak. Pancen berasal dari kata panci (iya panci yang itu) yang digunakan oleh orang Jawa sebagai wadah menaruh sesaji bagi arwah orang yang dicintai yang sudah meninggal. Sesaji dalam panci ini diberikan para hari-hari peringatan si mendiang, yakni 7 hari-an, 40 hari-an, 100 hari-an, dan seterusnya sebagai wujud kecintaan kepada almarhum/almarhumah. Coba untuk tidak memandang tradisi ini dari segi religi (yakni sebagai bentuk pemujaan arwah), melainkan pada sisi romantisme. Betapa memberikan sajian kesukaan kepada si mendiang adalah sebagai wujud lestarinya rasa cinta meskipun raga telah tidak bersama.
"Ajari aku mencintai tanpa hati, sehingga tak perlu sakit hati saat mencintai." (hlm. 21)
Pancen digerakkan oleh cinta segitiga antara Kus, Mar, dan Kam, dengan pergerakan cerita maju mundur yang dituliskan dengan rapi. Kisah diawali dengan arwah Kus yang mendatangi adik Mar, menanyakan perihal Mar. Si adik pun sama tidak tahunya tentang nasib kakaknya itu. Kedatangannya ke rumah Mar adalah untuk mencari tahu keberadaan sang kakak yang menghilang tepat 100 hari setelah kematian Kus. Kus sendiri diduga meninggal karena bunuh diri dengan memakan buah bintaro yang beracun. Saya jadi kepo sendiri dengan buah bintaro ini, yang ternyata bisa digunakan sebagai pestisida alami untuk membasmi hama tikus. Dapat lagi pengetahuan, yay. Lanjut ke cerita. Adik Mar kemudian mencoba bertanya kepada Kam perihal hilangnya Mar, tapi suami Mar itu hanya menjawab tidak tahu. Tapi adiknya Mar tahu bahwa ada yang disembunyikan lelaki licik itu.
"Perempuan akan berharga ketika mampu berdiri dengan kakinya sendiri." (hlm. 33)
Mar memang terakhir kali terlihat di deretan pohon bintaro depan rumahnya, tengah menari dan memberikan pancen untuk 100 hari meninggalnya Kus. Sejak awal, memang hanya ada Kus di hatinya. Lalu, kenapa dia memilih menikah dengan Kam? Benarkan Kus yang seorang dosen itu dengan mudahnya mengakhiri hidup dengan memakan buah bintaro? Lalu, bagaimana juga dengan nasib Mar? Di manakah keberadaannya? Ketika semua pertanyaan itu semakin berkelindan dalam benak adiknya Mar, tanpa disangka-sangka, jawabannya muncul dari alam seberang. Tetapi, bahaya lain diam-diam datang mengancam. Bahaya yang menyaru dalam sosok licik yang ingin menyembunyikan semua kejahatan yang telah dilakukannya atas nama cinta.
"November yang tinggal kenangan melambai-lambai di pucuk evergreen. Lalu Desember tergopoh-gopoh datang dan duduk di ranting cemara." (hlm. 6)
Pancen menghadirkan jenis cerita roman yang baru, yakni cinta di dunia orang dewasa 9mapan). Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama secara bergantian untuk tiap babnya sehingga kita bisa ikut merasakan serta menyelami luka dan cinta serta rasa penasaran para tokohnya. Selain itu, perpaduan antara cerita dengan puisi-puisi cinta di dalam buku ini entah bagaimana malah menjadikan membaca novel pendek ini tidak membosankan. Selain disuguhi rasa penasaran dengan ceritanya yang agak-agak thriller, pembaca juga akan dihibur dengan untaian puisi-puisi indah karya penulisnya sendiri. Seorang novelis yang juga penyair, ah keren deh Mbak Maria ini. Mungkin, masih ada beberapa hal menganjal di buku ini, seperti logika yang agak selip atau beberapa bagian yang harusnya bisa dipotong. Tapi, nanti biarlah saya tanyakan sendiri kepada penulisnya lewat surel.
1. Peserta berdomisili di wilayah Republik Indonesia
2. Wajib follow kak @marrielines di Twitter.
3. Share/bagikan info giveaway ini di media sosial dengan menyenggol akun @marrielines. Mohon cantumkan juga tagar #GAPancen ya biar semakin rame.
4. Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar:
Buatlah satu bait puisi (empat baris saja) dengan tema "persembahan terbaik".
Dan inilah dua pemenangnya:
Barangkali seikat puisi ditaburi minyak wangi.
Adalah perkara merestui
Soal seberapa cintaku padamu, Kus.
Demikian ini, sesajiku padamu..... (@ivedvedi)
Kubawakan engkau kamboja
putih untuk kasih, merah untuk bahagia
supaya harum tempat istirahatmu
supaya nyaman tidur panjangmu (@sitasiska95)
Jika belum beruntung di blog ini, masih bisa ikutan lagi pekan depan di blognya Mbak Desty. Terima kasih.
Nama : Devi Ambar Wati
ReplyDeleteAkun Twitter : @ivedvedi
Jawaban :
Sesaji,Kus.
Barangkali seikat puisi ditaburi minyak wangi.
Adalah perkara merestui
Soal seberapa cintaku padamu, Kus.
Demikian ini, sesajiku padamu.....
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama: Kiki Amaliah
ReplyDeleteTwitter: @kyoungsaeng
Jawaban:
Sembah Rindu
Desembar kala itu, kau mengadu
Pergi tinggalkan aku, menunggu
Hingga membiru, sang waktu tak bertemu
Sembah rinduku, kamu: satu
Nama : Yohana
ReplyDeleteTwitter : @MrsSiallagan
"Hati yang bersih"
Siapakah pemilikMu?
Wahai hati yang baik,
Jiwa yang beriman
Sungguh hati yang langka
Nama: Elsita F. Mokodompit
ReplyDeleteTwitter: @sitasiska95
Kubawakan engkau kamboja
putih untuk kasih, merah untuk bahagia
supaya harum tempat istirahatmu
supaya nyaman tidur panjangmu
Julia dwi
ReplyDelete@Juliakartika326
Hatiku menjerit-jerit memanggilmu dengan bisu
Suasana gelap sunyi ku pandangi dalam dingin
Kuletakkan tulisan terbaik hatiku di malam penuh mendung
Tanpa ucap, hanya membatin, terima persembahan sajak hatiku ini, bacalah kus.
Nama: Nola Amalia Twitter: @Nolaamaliaa
ReplyDeleteMalam ini, di bawah teduhnya Bintaro
Kupasrahkan tangisku mengganggu; batinku menggebu
Kualunkan nada-nada haru; syahdu
Bersama hadirnya sepucuk surat biru
Sebagai persembahan terbaikku; agar senang dan tenang arwah kasihku
Nama : Pida Alandrian
ReplyDeleteTwitter : @PidaAlandrian92
Jawaban :
untuk setiap gelas yang tak sempat kau teguk.
untuk kebahagiaan yang belum lama kau rasakan.
dari luka yang panjang, nyanyian ini untukmu kawan.
untuk setiap langkah yang kau jejakkan.
Sekian Puisi 'Persembahan Terbaik'
Salam Ramadhan Pida Alandrian
@fsuminto
ReplyDeletefsuminto@gmail.com
Persembahkan pancen sesaji
Kembang 7 rupa dari taman hati
Untuk mu Kus cintaku sejati
Masih mekar merekah di sanubari
Heni Susanti | @hensus91
ReplyDeleteUntukmu
Bukan puisi, lagu ataupun sepucuk surat
Hanya tatap mata dan pancaran cinta
Yang kuberikan tanpa paksaan
Diah P
ReplyDelete@She_Spica
Malam tempatku mengadu
Tak kering air mataku di atas sejadah
Selalu, dgn tangan terangkat mengiba
Ku kirimkan doa untukmu di alam sana
Nama: Leny
ReplyDeleteTwitter: @Lenny1785
Ku tulis sepucuk surat untukmu.
ku letakkan dibawah pintu rumahmu.
Tanpa kata ku berjalan pelan menjauh...menjauh...
Itulah persembahan terbaik dariku untukmu.