Search This Blog

Monday, June 13, 2016

Mengungkap Misteri Perpustakaan Alexandria Kuno

Judul: Mata Rantai Alexandria
Pengarang: Steve Berry
Penerjemah: Chandra Novwidya Murtiana
Editor:  Widi Lugina
Tebal: 632 hlm
Cetakan: 1, Desember 2011
Penerbit: Gramedia 



13333459

Perpustakaan Alexandria kuno di kota Iskandariah, Mesir, merupakan satu dari sekian banyak  misteri terbesar dari dunia kuno. Dibangun pada masa kekuasaan Yunani di Mesir--yakni pada era Dinasti Ptolemy--perpustakaan ini pernah menyimpan ribuan manuskrip, gulungan, peta, naskah, serta kitab-kitab dari masa Yunani kuno dan bahkan dari era-era sebelumnya. Karya-karya asli Euclid, Aristoteles, Democritus, hingga naskah-naskah asli Perjanjian Lama yang ditulis dalam bahasa Ibrani kuno konon tersimpan di sana. Keberadaan terakhir Perpustakaan Alexandria diketahui adalah pada abad ke-7 M, ketika isi perpustakaan besar itu dihancurkan oleh invasi Muslim dalam rangka pemurnian ajaran agama. Namun, jauh sebelumnya, perpustakaan agung itu sendiri telah mengalami dua kali kerusakan akibat penjarahan dan kebakaran, yakni pada masa Romawi dan pada abad ketiga. Entah mana dari ketiga teori sejarah itu yang benar, tapi satu hal yang jelas adalah Perpustakaan Alexandria telah musnah. Dan, bersama musnahnya perpustakaan itu, musnah juga ribuan naskah kuno dan langka yang berisi beragam pengetahuan dari dunia kuno. Ini adalah salah satu kehilangan besar dalam sejarah peradaban manusia.

crystalinks.com

Kemudian, bayangkan jika masih ada segelintir pihak yang berhasil menyelamatkan sebagian isi Perpustakaan Alexandria tersebut dan lalu menyimpannya di sebuah lokasi yang disembunyikan? Selama 1500 tahun, misteri keberadaan perpustakaan itu hanya diketahui oleh segelintir orang-orang terpilih dan beberapa orang besar dunia yang diundang untuk bisa masuk ke dalamnya. Newton, Ibnu Sina, Benjamin Franklin, Robespierre; mereka adalah segelintir dari tokoh-tokoh besar dunia yang mendapatkan 'undangan khusus' untuk bisa memasuki Perpustakaan Alexandria dan belajar di dalamnya. Konon, dari perpustakaan itulah mereka kemudian mampu menghasilkan pemikiran atau temuan yang mengubah peradaban dunia. Untuk melindunginya dari penyalahgunaan, setiap tamu undangan disumpah untuk tutup mulut dan merahasiakan keberadaan Perpustakaan Alexandria. Selama 1500 tahun, rahasia itu tetap terjaga hingga pada abad ke-21, sebuah perkumpulan misterius yang dipusat di jantung Eropa berupanya untuk menemukan lokasi perpustakaan tersebut dan menggunakan isinya untuk kepentingan mereka sendiri.

Sejak awal, buku ini sudah bergerak cepat. Cotton Malone--seorang mantan prajurit khusus--mendadak mendapatkan kunjungan dari istrinya. Putra mereka telah diculik, dan para penculik mengancam akan melakukan apa saja kepada si buah hati jika Malone tidak bersedia membantu mereka mengungkap keberadaan Mata Rantai Alexandria. Inilah  satu-satunya petunjuk yang bisa mengantarkan ke lokasi perspustakaan itu. Tanpa bisa menolak, Malone dan Pam terpaksa harus berjibaku menemukan petunjuk-petunjuknya. Namun, ternyata lebih banyak pihak yang terlibat dalam pencarian perpustakaan ini. Malone harus bergerak cepat sekaligus berkelit menghindari berbagai serangan dari banyak pihak besar yang turut mengerahkan pasukan terlatih mereka demi mencapai tujuannya. Korban pun berjatuhan, membaca buku ini ibarat melihat orang-orang yang ditembak dengan kejam jadi mohon bersiap-siap.

Selain adegan aksi tembak-menembaknya yang seru (juga berdarah-darah), novel ini unggul dalam plot yang cepat dan membikin penasaran. Khas novel thriller di mana pembaca seperti dipermainkan di sepanjang pergantian babnya. Siapa yang musuh dan siapa yang kawan, serba tidak jelas sehingga tidak bakal bosan membaca buku yang cukup tebal ini. Ini, masih ditambah dengan kekayaan informasi sejarah yang bertaburan di buku ini, mulai dari sejarah Perpustakaan Alexandria, kota-kota dan bangunan kuno di Eropa, hingga sejarah kitab suci dan konflik tiga agama besar di Timur Tengah. Yang paling menarik tentu saja teori konspirasi baru yang dibawa dalam buku ini: terkait dengan penerjemahan Perjanjian Lama yang konon telah disimpangkan. Masih ada lagi, terkaiat sebuah kebenaran yang sengaja ditutup-tutupi baik oleh Israel maupun Saudi Arabia. Sebuah misteri besar yang konon dapat memacu pecahnya perang dunia ketiga jika sampai diketahui dunia.

Buku ini tebal tapi tidak terasa tebal karena ceritanya yang seru dan bergerak cepat, diimbuhi dengan teori konspirasi yang lumayan meyakinkan plus banyak sekali detail sejarah yang menarik. Saya suka dengan gaya terjemahannya, tapi kurang puas dengan penyuntingannya. Ada banyak sekali salah ketik di sepanjang buku ini, tidak mengganggu sih tapi ya lumayan bikin senewen karena ceritanya sendiri bagus. Empat bintang untuk Perpustakaan Iskandariah.

2 comments: