Judul : The Chronicles of Narnia,
Pertempuran Terakhir
Pengarang : C.S. Lewis
Penerjemah : Indah S. Pratidina
Sampul : Cliff Nielsen
Cetakan : 1, 2005, 273 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
NARNIA … di mana kebohongan
melahirkan ketakutan, di mana kesetiaan diuji, di mana semua harapan seolah
sirna … inilah hari-hari terakhir Narnia.
Akhirnya,
selesai juga saya membaca buku ke tujuh dari seri The Chronicles of Narnia. Buku ini merupakan penutup dari seluruh
petualangan seru yang terjadi du dunia Narnia, dunia rekaan penulis legendaris C.S. Lewis yang bisa
diakses dari balik lemari baju, pojok kebun, stasiun kereta, dan kemudian
kereta itu sendiri. Kedamaian yang menyelimuti Narnia kembali diuji. Kali ini, ujiannya
bukan dari musuh yang mengancam akan menguasai, tapi sebuah ujian tentang
keyakinan dan kepercayaan. Aslan, Sang Singa Surai Emas penguasa Narnia sudah
lama sekali tidak menampakkan dirinya. Binatang-Binatang yang Bis Berbicara
mulai resah, begitu pula kaum manusia yang merupakan raja-raja Narnia. Negeri
itu damai dari luar, tapi kedamaian itu rapuh karena semakin menipisnya
keyakinan rakyat Narnia terhadap Aslan. Dan ketika akhirnya ujian itu datang
dari sesosok monyet yang licik namun cerdas, seluruh Narnia harus menanggung
akibatnya.
Sang
kera licik bernama Stiff dan temannya, seekor keledai dungu bernama Puzzle,
menemukan kulit singa biasa yang hanyut. Akal licik Stiff timbul. Ia hendak
berkuasa dengan melakukan tipu muslihat dengan memanfaatkan kulit singa yang
kebetulan masih utuh dengan kepalanya itu. Maka, disuruhlah Puzzle agar berpura-pura
menjadi Aslan agar ia bisa mengelabuhi seluruh Narnia. Puzzle tentu saja tidak
mau, namun bujukan Stiff yang bagai ular pun memperdayanya. Segera saja,
seluruh Narnia yang memang merindukan sosok Aslan, serentak menyambut dan
bergembira ria. Mereka bahagia karena Sang Junjungan akhirnya menampakkan diri.
Namun, Aslan yang ini berbeda. Aslan kali ini tampak murka, pemarah, culas, dan
tidak bijaksana. Tentu saja karena Aslan palsu ini digerakkan oleh seekor kera
jahat yang licik. Korban berjatuhan. Kaum kurcaci ditangkap dan dikirim ke
Calormen sebagai pekerja tambang. Pohon-Pohon yang Bisa Berbicara ditebangi.
Hewan-hewan dijadikan budak. Raja Tirian, raja terakhir Narnia tidak mau
tinggal diam. Aslan atau tidak, yang jelas singa itu telah membuat Narnia
menderita.
Kelicikan
Stiff semakin menjadi dengan masuknya campur tangan bangsa Calormen yang memang
sejak dulu ingin menguasai negeri indah Narnia. Tipu muslihat dirancang, namun
Tirian dan beberapa warga Narnia yang setia bergerak melawan. Dan, sebagaimana
ketika Narnia dalam bahaya, dua anak Adam dan Hawa datang dari dunia kita. Kali
ini yang datang adalah Eustace dan Jill. Keduanya bahu membahu dengan Tirian
untuk melawan muslihat sang kera yang kini bekerja sama dengan bangsa Calormen
dan dewa jahat mereka, Tash. Pertempuran demi pertempuran pun pecah. Banyak
warga Narnia yang jadi korban. Banyak juga yang berkhianat, walau setiap
tindakan pasti akan mendapatkan imbalan. Ini adalah kisah saat-saat Narnia
runtuh, saat terompet akhirnya ditiup oleh Bapak Waktu, ketika jelas mana yang
layak dianugerahi kehormatan dan mana yang harus menanggung hinaan karena
kejahatannya.
Dua
kali saya membaca Pertempuran Terakhir. Yang
pertama versi Dian Rakyat yang entah mengapa saya malah bingung membacanya.
Setelah sejumlah riset kecil-kecilan, muncullah fakta bahwa The Chronicles of Narnia bukanlah kisah
anak-anak yang biasa. Seri ini sangat kental dengan ajaran Kristen yang dengan
cerdasnya diolah oleh sang pengarang. Dari buku pertama The Lion, The Witch, The Wardrobe, kita menjumpai doktrin
Kebangkitan Kembali. Sementara dalam buku terakhir ini, pembaca disuguhi oleh Hari Perhitungan. Aslan dengan surai
emasnya, yang menguasai dunia Narnia, pastilah bisa ditebak melambangkan sosok
paling dihormati dalam ajaran Kristen. Susan, adik Peter, tidak bisa lagi masuk
ke Narnia karena ia sudah tidak percaya dengan omong kosong tanah Narnia yang
menurutnya hanyalan bualan anak kecil. Susan, dalam hal ini, melambangkan mereka
yang tidak mau percaya pada kasih Tuhan. Demikian juga kaum kurcaci yang
menolak untuk percaya, semua ini adalah lambang-lambang Kristen yang sedemikian
jelas.
Seri Chronicles of Narnia terdiri atas 7
buku, pembacaannya sebaiknya urut namun urutannya tidak seketat seperti ketika
kita membaca The Lord of the Ring. Saya
sendiri membacanya melompat-lompat, yang pertama kali dibaca malah Pangeran Caspian. Namun, pembaca tetap
bisa menikmatinya meskipun melompat-lompat karena pengarang memang sangat piawai
dalam menghadirkan cerita. Masalahnya, penerbitan buku ini pada awalnya tidak
seuai dengan urutan. Namun, karena ketujuh bukunya sudah selesai ditulis, akan
lebih baik jika pembaca membacanya secara urut dengan urutan sebagai berikut:
(1) Keponakan Penyihir;
(2) Singa, Penyihir, dan
Lemari;
(3) Kuda dan Anak Lelaki,
(4) Pangeran Caspian,
(5) Perjalanan Sang Pengelana Fajar,
(6) Kursi Perak, dan
(7) Pertempuran Terakhir.
Sebuah karya dengan muatan
sehebat ini bisa ditulis dalam bentuk buku fantasi petualangan yang seru, itu
sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kehebatan C.S. Lewis, sahabat akrab
dari J.R.R. Tolkien.
Rating: Pembaca usia 10 tahun ke atas karena temanya yg agak berat di separuh akhir :)
Rating: Pembaca usia 10 tahun ke atas karena temanya yg agak berat di separuh akhir :)
kalo boleh tahu anda dapat darimana seri ketujuh ini?
ReplyDeleteYaaah😢 susan nggak ada, padahal susan dulu tokoh yang penting di narnia
ReplyDeleteIyaa bener banget , jd agak kurang seru kalo pemeran nya semua ga lengkap
Deleteada yang punya pdf nya?
ReplyDelete