Judul :
Candide, Optimisme dalam Hidup
Pengarang :
Voltaire
Penerjemah :
Dian Vita Ellyati
Editor :
Sandiantoro
Sampul :
Andy
Cetakan :
1, Oktober 2009
Tebal :
243 halaman
Penerbit :
Liris Publishing
Candide adalah sebuah novel satire
(sindiran) yang ditulis oleh seorang pujangga termasyhur dari Prancis, Voltaire
(1694 - 1778), pada tahun 1759. Novel ini mengulas kehidupan getir seorang
Candide yang dalam seluruh rentang kehidupannya mengalami berbagai kehilangan
dan kemalangan. Pemuda itu memiliki seorang guru filsafat bernama
Pangloss yang menganut doktrin optimism kehidupan. Ajarannya yang senantiasa
diulang-ulang dan ditekankan kepada Candide adalah bahwa “segala sesuatu berada dalam keadaan terbaik untuk dunia fisik maupun
moral, dan bahwa semuanya memang harus seperti apa adanya.” Ajaran positif
inilah yang kemudian menguasai dan menyetir jiwa Candide. Maka, ia tetap
berpikir positif ketika ia akhirnya diusir dari kastil karena jatuh cinta
kepada Cunegonde yang merupakan nona majikannya. Begitulah yang sudah
seharusnya, pikir Candide.
Sejak
saat itu, dimulailah pengembaraan si pemuda Candide dalam menjelajahi dunia
demi menemukan kebenaran dari tesis yang selalu diajarkan gurunya. Peta
perjalanan Candide juga turut terlampir di bagian belakang buku ini. Mula-mula
ia pergi ke Westphalia, menjadi seorang tentara Bulgaria yang menyaksikan
kejamnya perang yang tidak kenal ampun, baik pada tentara maupun warga sipil.
Dan, Candide masih bertahan dengan doktrin positivism kehidupannya. Selanjutnya
ia ke Paris, dimana ia mengetahui bahwa keluarga majikan dan pujaan hatinya
telah diperkosa dan dibunuh oleh tentara Bulgaria. Candide hampir saja menyerah
kalau saja yang menyampaikan berita itu bukan Pangloss, gurunya sendiri. Maka,
diliputi dengan kesedihan, keduanya pun memutuskan untuk meninggalkan Paris dan
benua Eropa yang seolah begitu kejam kepada takdir manusia.
Maka,
sampailah mereka di Lisbon, Portugal. DI kota ini, mereka menyaksikan
penolongnya yang begitu baik tenggelam di lautan, dan kemudian merasakan
sendiri bencana gempa bumi dan tsunami yang menghantam kota itu pada tahun 1755.
Kota itu porak-poranda, dan keduanya kemudian ditangkap karena tuduhan
menyebabkan bencana itu. Candide sedih sekali ketika gurunya dihukum gantung.
Untungnya, dirinya masih diselamatkan oleh seoranga misterius yang ternyata
adalah Nona Cunegonde yang begitu dipujanya. Satu kemalangan
diikuti oleh satu kegembiraan, begitulah Candide mempertahankan tesis gurunya
bahwa hidup itu baik.
Muak
dengan daratan Eropa yang begitu keji, Candide dan Cunegonde memutuskan untuk
berlayar jauh ke seberang lautan. Maka, sampailah mereka ke Amerika Selatan. Di
tempat baru ini, nasib kembali tidak memihak Candide. Nona Cunegonde ditawan
dan dijadikan istri oleh gubernur setempat, dan pemuda itu tanpa sengaja telah
membunuh Kakak nona Cunegonde yang ternyata juga masih hidup. Bingung dengan
hidup yang seolah senantiasa mempermainkan dan menguji doktrin optimism
kehidupan yang dianut Candide, pemuda itu bersama seorang rekan memutuskan
untuk melarikan diri ke belantara Amerika Selatan, di mana tanpa sengaja mereka
menemukan El Dorado, Kota Emas yang menjadi impian bagi para penjelajah Eropa
kala itu. Sebuah kota yang bahkan tanah dan batu kerikilnya adalah bongkahan
emas, yang hiasan-hiasannya adalah batu-batu berharga, dan rumah paling
sederhana di kota itu adalah 10 kali lipat lebih megah dari kastil tercantik di
Eropa.
Tapi,
sudah menjadi ciri manusia untuk tidak pernah merasa puas dan cukup. Walau
dikelilingi oleh harta berlimpah, makanan terlezat, dan orang-orang paling
berbudi; pikirannya selalu tertuju pada sang kekasih hatinya, Cunegonde. Ia pun
memutuskan untuk meminta izin dan pergi dari El Dorado demi sang pujaan hati.
Dengan berat hati sang raja melapasnya. Candide diberi sejumlah kerikil dan
batu dari El Dorado sebagai bekal. Harta itu nilainya melebihi dari kekayaan 10
raja Eropa dijadikan satu. Setelah kembali ke paradaban, Candide berpisah dari
pelayannya. Ia memutuskan akan kembali ke Eropa sementara si pelayan diminta menebus
nona Cunegonde. Mereka berjanji untuk bertemu di Venesia. Tapi, bahkan dengan
harta dari EL Dorado, kemalangan tiada
henti terus menimpa Candide. Ia ditipu oleh seorang saudagar Belanda yang
ternyata adalah seorang bajak laut. Sebagian besar hartanya ludes dicuri.
Kelak, perahu si bajak laut ini karam dalam sebuah pertempuran laut malwan armada
Spanyol, mebawa sebagian besar kekayaan milik Candide ke dasar samudra. Dengan
harta yg tersisa, Candide mencari orang jujur sebagai temannya berlayar. Mereka
akhirnya kembali ke Paris dan menyaksikan sendiri betapa kota itu tidak berubah
dengan kebiadabannya.
Candide
memutuskan pergi ke Venesia untuk bertemu Cunegonde dan pelayannya. Ia memang
berhasil menemuinya, tapi bukan di kota kanal itu, melainkan di Konstantinopel.
Nona Cunegonde ternyata telah menjadi budak seorang penguasa Turki. Kemalangan
apa lagi yang menimpanya, pikir Candide frustrasi. Tapi, entah bagaimana tesis
gurunya terbuktikan ketika dalam perjalanan itu ia bertemu dengan Pangloss dan
kakak nona Cunegonde yg ternyata masih sama-sama hidup. Kelompok itu akhirnya berkumpul,
membebaskan Cunegonde, dan mereka lalu tinggal bersama di sebuah pelosok pedesaan di
wilayah Turki. Tapi, apakah mereka bahagia? Ternyata tidak, kemapanan malah
membuat segala sesuatunya memburuk. Sampai akhirnya mereka menemukan tesis
baru, yang mereka coba terapkan dan berhasil. Tesis itu berbunyi: “Bahwa manusia dilahirkan bukan untuk
menganggur. Mari kita bekerja dan jangan berdebat. Bekerja adalah satu-satunya
cara untuk membuat hidup menjadi berguna.” (hlm 238).
Lukisan potret Voltaire (sumber: http://www.constitution.org/img/voltaire.jpg)
Voltaire yang bernama asli Francois Maria Arouet merupakan salah satu tokoh pemikir paling berpengaruh di masanya. Tokoh ini telah menghasilkan berbagai tulisan dan buku yang banyak dibaca oleh masyarakat di Prancis. Pemikirannya bahkan turut mempengaruhi pecahnya Revolusi Perancis (1789 – 1799). Buku ini merupakan sindirannya terhadap doktrin filsafat positivism, sekaligus terhadap kota Paris yang dianggap telah membuangnya. Tidak heran kalau Paris dan negara-negara Eropa dalam Candide digambarkan sebagai tempat yang sangat buruk dan kejam.
Voltaire juga menggambarkan kondisi-kondisi politik di sejumlah negara pada masa itu. Jika dilacak lewat peta perjalanan Candide, bisa ditebak kalau penulis ini paham betul dengan kondisi internasional pada masa itu. Pembaca dibantu untuk memahami sudut pandang si penulis melalui berbagai catatan kaki dalam buku versi terjemahan ini, yang kebanyakan berupa info geografis dan politik. Sayangnya, penerjemahan buku ini sepertinya dilakukan setengah-setengah. Kalimat-kalimatnya kurang lancar dan saya harus beberapa kali berhenti membaca untuk menebak-nebak maksud suatu kalimat. Untungnya, sebagian besar cerita bisa dipahami oleh pembaca umum, walau dengan rasa kurang nyaman saat membacanya. Tapi, acungan jempol patut diberikan kepada penerbit ini karena paling tidak telah menerbitkan dan membawa karya-karya klasik dunia ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.
haduuuh...stress banget perjalanan hidup si Candide ya! :D kebayang depresinya jadi dia haha...btw, cover buku ini jadul banget ya? kayak cover buku klasik edisi woodsworth atau dover yang murah gitu :D
ReplyDeleteIya. covernya sudah lumayan sih drpd terjemahannya
Deletemenunggu penerbit major ah nerbitin buku ini :)
ReplyDeleteGramed, Mizan, atau Serambi kang? #ambigu
Deleteterbitan gramedia sudah ada. keluar tahun ini (2016)
Deleteakhirnya dengan membaca review Candide kang Dion aku seperti membaca langsung bukunya heheheh
ReplyDeleteIya iya review saya kepanjangan hahaha
DeleteCover asli bukan sih, Dion? lucuuk.. *eh
ReplyDeleteEnggak tau haha tp kan Selazar kl bikin cover kan bagus, terjemahannya aja yg jelek
Deleteeh baru tahu sdh diterjemahkan, tapi bagus tdk Dion ? kyknya aq pernah deh baca buku terbitan Liris, rada aneh begitu ... klo bagus pinjam donk *modus-tanpa-modal*
ReplyDeleteBetul, terjemahe agak aneh, biasa lah. Tapi aku baca resensi bang Epi jd pengen. Boleh kalo minjem mbak, tp ini sering diobral 10rb lo
DeleteKalo boleh tau Voltaire itu seorang penulisnya kan bukan pemerannya?
ReplyDeleteMaaf klo salah bolh dibetulkan