Judul :
Lelaki Tua dan Laut
Pengarang :
Ernest Hemingway
Penerjemah :
Yuni Kristianingsih P
Penyunting :
Mita Y
Hlm :
145 hlm
Cetakan :
kedua, Juli 2009
Penerbit :
Serambi
“Aku memang seorang lelaki tua. Tetapi aku
bukannya tanpa senjata.” (hlm 114)
Optimisme
kehidupan yang tak terkalahkan, kalimat ini mungkin yang paling tepat untuk
menggambarkan novel tipis namun luar biasa ini. Novel yang ditulis oleh peraih
Novel Sastra Ernst Hemingway ini memang layak dimasukkan dalam jajaran karya
sastra besar dunia karena keindahan kisah yang dikisahkan di dalamnya,
ketelitian dan detail tentang dunia nelayan laut yang memukau pembaca, serta
karena penghargaan akan kehidupan dan keberadaan manusia di alam raya yang
disampaikan lewat untaian kisah si Pak Tua.
Adalah
Santiago, seorang nelayan tua dari Kuba yang selama 84 hari berturut-turut
gagal mendapatkan ikan. Orang-orang pada mengejeknya walaupun dengan halus,
menyuruhnya untuk menyerah dan beristirahat, atau ikut menumpang kapal ikan
yang lebih besar. Tapi, si Lelaki Tua tetap kukuh dengan keyakinannya, bahwa
ada seekor ikan besar yang menunggunya di sebuah lubuk lautan dalam. Maka, pada
hari ke -85 ia pun berangkatlah. Tidak ada yang disesalinya, tidak ketidakberuntungannya
ataupun kondisi lautannya. Ia tetap yakin dan positif bahwa hadiah itu masih
menunggunya di ceruk lautan, ia tinggal mengambilnya. Kalau ada yang ia sesali,
mungkin karena ia harus berlayar sendirian tanpa bocah lelaki yang biasa
menemaninya, yang kini disuruh orang tuanya agar ikut ke kapal yang lebih
besar—walaupun itu bukan kemauannya.
Maka
dimulailah perjalanan seorang diri ke tengah lautan. Si Lelaki Tua berlayar
sebagaimana biasa, dengan optimism yang masih sama menyala seperti saat ia
muda. Tubuhnya mungkin sudha ringkih namun semangatnya senantiasa muda. Dengan
tali dan jala, dimulailah pencarian ikan itu. Akhirnya, beberapa hari
berselang, umpannya dimakan oleh sang ikan. Ikan itu jauh melebihi ekspekstasi
di nelayan tua. Ikan marlin itu besarnya bahkan melebihi perahunya. Namun, walau
sudah memakan umpan, ikan itu belum menyerah. Ia membuktikan bahwa ikan pun
bisa melawan. Maka, dimulailah kembali pertarungan antara manusia melawan alam,
antara ikan dan pak tua.
Si ikan
terus menyeret kapal si Lelaki Tua sampai ke tengah samudra. Berhari-hari,
sampai akhirnya ia kelelahan. Si lelaki Tua pun tak mau kalah. Dipegangnya
selalu jala dan tali umpan, bertekad tak akan melepaskan ikan raksasa itu. Dan,
setiap perjuangan selalu ada imbalan, si Lelaki Tua menang. Ikan marlin itu
kalah dan ia kalah dengan terhormat. Lelaki Tua itu telah mendapat hadiahnya.
Namun, perjuangan belum selesai. Ia harus membawa kembali hadiahnya ke daratan.
Ikan itu telah membawanya ke tengah samudra, dan kini ia harus menghadapi lawan
lagi: para hiu yang hendak merampas hadiahnya. Dan dimulailah perjalanan kedua,
kali ini si Lelaki Tua harus melawan para predator yang mengincar ikan besar
tangkapannya. Sungguh luar biasa optimism laki-laki tua itu. Ketika ikan yang
ia dapat dengan susah payah digigit dan dicuri bagian demi bagian oleh para
hiu, ia tetap berpikir positif, bahwa selalu ada sisa yang besar untuknya.
Sampai akhirnya ketika si Lelaki Tua tiba di desa, ikannya hanya tersisa bagian
kepala dan sedikit saja bagian dagingnya. Tapi, ia telah berjuang dengan terhormat
dan dunia pun memberi salut kepadanya.
Novel Lelaki Tua dan Laut adalah karya
terakhir dari Ernest Hemingway. Novel yang begitu membangkitkan semangat hidup
ini ditulis dengan indah sekali, serta didampingi dengan riset yang mendalam.
Membacanya, kita seperti ikut Santiago berlayar ke tengah lautan dengan
peralatannya yang masih sederhana. Dengan teliti dan deskriptif, penulis mampu
menggambarkan apa dan bagaimana seorang nelayan tyradisional menangkap ikan.
Selain itu, kita juga disuguhi dengan percakapan tunggal atau monolog antara di
Lelaki Tua dengan dirinya sendiri, sebuah percakapan dari seorang manusia yang
mampu mengalahkan pesimisme dalam dirinya. Kita niscaya akan belajar banyak
dari novel ini, tentang arti penting perjuangan, tentang indahnya optimisma
kehidupan, tentang perlunya berpikir positif bahkan ketika kemalangan mendera
bertubi-tubi, tentang kesabaran serta ketekunan dan ketelatenan. Satu kalimat
yang sangat luar biasa ikut tertera di sampul depan, yang sekaligus
menggambarkan dengan tepat isi dari novel ini, bahwa manusia bisa dihancurkan, tapi tidak bisa dikalahkan.
dari dulu pengen banget baca buku ini cuma belum kesampaian hehe...
ReplyDeletegreat mark from Hemingway then..
Baca kak, kan tipis
DeleteSiapa yang terbitin, Mas? Covernya bagus juga.
ReplyDeleteGak kebayang deh dia udah cape-cape nyari ikan, ikannya dicuri, yang tersisa cuma kepala ama sedikit daging. Tapi seenggaknya dia hidup karena dia optimis :)
~phie
Huum, itu nangkepnya sampai sudah hampir payah tp Pak Tua ini tetap aja optimis
Deletedari dulu nyari2 buku ini masih belum dapet. makin penasaran saja jadinya...kalo yang putih covernya itu terbitan apa ya? dua2nya sama keren covernya. pengennnn :D
ReplyDeleteWah yg putih? Djambatan kali ya? Kalo ada nitip ya
Deleteini salah satu buku yang aku baca kalau mood lagi bagus. overall pesan moralnya memang bagus, tapi ritme dan penturannya kadang bikin bosen juga sih :D
ReplyDeleteIya, aku malah kadang kasian karena kemalangannya terlampau bertubi2 dan endingnya agak kurang wow halah
Deletesepertinya menarik nih, tapi nggak ada kisah cintanya ya bang? *dirajam* :))
ReplyDelete*Rajam Sulis bareng brambang
DeleteBuku ini sebenernya lebih canggih dari buku2 motivasi jaman sekarang deeeh :D dan memang, biarpun kisahnya sederhana tapi penuh makna....
ReplyDeleteBetul, setuju sekali dengan komentar Anda :)
Deletekepingin baca, tapi selalu kalah ama buku-buku lainnya
ReplyDeleteAyo kang, kan aku malah nitip ke dikau
Deletesuka covernya. aih bahasanya bueraat. jadi inget Life of Pi, masa dia ngomong sendiri gitu di kapal -___-
ReplyDeleteKamu kan review ini juga Vin (-_-)3
DeleteKayak nya loading lama kalo baca dg ritme pelan... mending bacanya disambi lari lari ya biar cepet #dikeplak
ReplyDeletePlakk wkwkwk
Deleteaaah aku suka banget buku ini.
ReplyDeleteSayang waktu itu minjem mas amang, pengin banget koleksi yang terbitan Pustaka Jaya... terjemahannya Pak SDD. :D
Wah iya, kalo nemu yg itu aku nitip juga ya Momo
Deleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteboleh juga ikut baca kayake asyik tapi kayake lg males ni
ReplyDeleteThanks Ernest Hemingway
ReplyDelete