Search This Blog

Tuesday, April 30, 2013

The Name of the Rose


Judul     : The Name of the Rose
Pengarang          : Umberto Eco
Penerjemah       : Nin Bakdi Soemanto
Sampul                 : Andreas K
Pengantar           : St. Sunardi
Tebal                     : 624 halaman
Cetakan               : 1, Maret 2008
Penerbit              : Bentang



                Jika ada sebuah buku yang bisa membunuh pembacanya, maka buku itu pastilah begitu luar biasa. Buku itu akan menyimpan rahasia dari awal peradaban dunia, dijaga dan dilindungi oleh labirin berkelok-kelok dan membingungkan, serta diletakkan sedemikian rupa agar para pembaca yang terlalu ingin tahu dirancang untuk menemui ajalnya. Ditulis dengan empat bahasa ilmu pengetahuan: seperempat bahasa Arab, seperempat Syria, seperepat Yunani, dan seperempat Aramaic (bahasa sang Yesus). Buku itu disimpanlah dalam sebuah ruang rahasia, finis Africae, yang disegel dan dikunci di kedua sisi, dan diperam oleh kesunyian bangunan biara Benekdiktin.

“Kadang-kadang bisa begitu. Buku-buku sering membicarakan buku lain…. Kalau membaca buku Albert, tidak dapatkah aku mempelajari apa yang mungkin dikatakan Aquinas? Atau kalau membaca buku Thomas, aku jadi tahu apa yang dikatakan oleh Averroes?” (hlm 334)

                Adalah William dari Baskerville dan muridnya, Adso dari Melk, dua orang novis Katholik yang ditugaskan menyelidiki terjadinya pembunuhan seorang tukang lukis halaman buku di sebuah biara Benekdiktin yang terpencil. Sesampainya di sana, mereka dikejutkan dengan kemegahan kompleks biara itu, bukan hanya karena bangunan gerejanya yang indah-berukir serta kaya akan pusaka luar biasa, namun juga karena keberadaan Aedificium nan menjulang tinggi. Aedificium ini bahkan menyimpan permata yang luar biasa: naskah, buku, dan perkamen kuno dari Yunani, Andalusia, Romawi, dan pelosok Eropa. Di dalamnya, mereka menemukan berbagai risalah kuno yang diduga telah lama hilang, buku-buk ilmu pengetahuan dari negeri kafir (kaum Arab/Saracen), serta lembar-lembar Injil yang paling pertama.

                Tapi, pesona dan misteri kedua keburu muncul. Sesosok rahib ditemukan tewas tenggelam dalam kuali penuh berisi darah, kemudian rahib lain ditemukan meninggal di bak penampungan air. Keduanya memiliki ciri yang sama, jari dan lidahnya menghitam. Hari keempat, sang ahli herbal ditemukan meninggal juga, ia dipukul sampai mati oleh seseorang. William dan Adsi harus bergegas menemukan siapa pembunuhnya, sebelum korban jatuh. Maka, malam-malam keduanya pun dipakai untuk menjelajahi labirin sekaligus perpustakaan misterius di Aedificum. Di antara pekatnya misteri dan suasana pembunuhan, keduanya menemukan berbagai buku berharga sebagai saksi kejayaan masa dari berbagai negara dan kerajaan. Di sana mereka menemukan simpanan naskah-naskah kuno yang pasti membuat para pustakawan pingsan: berbagai kitab ilmu karya Averoes, Ibnu Hikam, AL Khwarizmi, perkamen para ahli zaman Yunani kuno, hingga potrongan-potongan yang mungkin merupakan bagian dari Injil yang asli. Tapi, misteri harus dituntaskan karena pada hari kelima terjadi lagi pembunuhan dengan ciri yang sama. Hanya ada satu petunjuk, dan keduanya yakni bahwa ada sebuah buku yang menyebabkan kelima orang di biara tersebut mati.

Ketika akhirnya mereka berhasil memasuki ruang rahasia di labirin dan menemukan buku itu, semuanya telah terlambar. Korban keenam telah jatuh dan korban ketujuh adalah si penjahat yang mengorbankan dirinya demi kesalihan. Bencananya tidak cukup sampai disitu. Perpustakaan itu, segala buku-buku kuno yang tersimpan di dalamnya, tersuulut api dan membara dalam sebuah kebakaran agung yang tidak terpadamkan. Maka begitulah, lenyap sudah buku yang menjadi sumber dari semua malapetaka ini, yang keberadaannya telah meyakinkan seseorang untuk mengambil segala daya dan upaya yang ia bisa agar buku itu tidak jatuh ke tangan yang salah. Maka, dengan dalih melindungi kemurnia Kerajaan Kristus, ia dengan tega telah bermain racun dan melenyapkan jiwa-jiwa malang yang “terlalu ingin tahu.”
Membaca The Name of the Rose memang membutuhkan kesabaran ekstra.  Di antara peliknya misteri pembunuhan yang melatari novel ini, narrator harus bersaing dengan limpahan ilmu pengetahuan dari abad-abad lampau yang kini sudah tidak dikenal lagi. Buku ini begitu kental membicarakan banyak hal tentang Abad Pertengahan, mulai dari konflik antara Paus Yohanes dengan Raja Eropa, hingga berbagai jenis upacara keagamaan yang harus rutin dilakukan dalam sebuha biara Katholik. Ulasannya begitu  lengkap sehingga kadang membuat membacanya jenuh karena seperti membaca buku sejarah, walau di tangan seorang ahli sejarah atau antropologi buku ini ibarat harta karun kepustakaan tentang kehidupan Abad Pertengahan. 

Namun, plot dan jalan ceritanya sungguh menarik, begitu pula cara penalaran dan metode berpikir William yang cerdas, mengingatkan kita pada Holmes. Nuansa Katholik juga begitu kental, dengan segala kisah gerejawi dan sejarah kepausan, hingga seluruh santo dan Para Rasul yang banyak diselipkan dalam percakapan. Mmebutuhkan sebuah buku panduan bagi orang awam seperti saya untuk bisa mengetahui siapa si A dan siapa si B. Secara garis besar, ini adalah buku yang hebat, padat, dan penuh informasi.

“Kebaikan sebuah buku terletak pada keadaannya yang bisa dibaca.” (hlm 462)

14 comments:

  1. eh, koq ada namaku disebut-sebut. Ini buku keren, salah satu buku terbaik yang pernah saya baca.

    ReplyDelete
  2. Tertarik baca nih, tapi kok rada mbulet ya kayaknya. Btw aku nggak suka covernya, yang edisi Inggris terbitan Penguin (klo gak salah) covernya jauh lebih bagus, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, pdahal hampir sebagian besar tokoh dlm buku ini adalah rahib dan biarawan, tp kovernya kok aduhhhh

      Delete
    2. cover yang aq baca edisi lama jauh lebih bagus, warna cokelat muda dgn lambang-lambang serta simbolnya da vinci klo tdk salah.

      Delete
  3. butuh berapa lama kang namatin ini buku?

    ReplyDelete
  4. Huwaaauuu hebatnya masku ini!!! <--- akon2
    cm 28 hari utk novel seberat ini.. ckckckc
    covernya Jalasutra lebih kerreenn!!

    ReplyDelete
  5. Aq baca buku ini terbitan pertama kayaknya, yang covernya cokelat muda, rada bingung plus 'mbulet' kisahnya, apalagi baca waktu masih ABG hehe (tdk mudeng-mudeng), mestinya sekarang dicoba baca lagi ya (hadew tebelnya).
    Baru aja selesaikan The Prague Cemetery - Umberto Eco juga, sama 'mbuletnya' ternyata :D

    [ http://my-fantasy-readings.blogspot.com ]

    ReplyDelete
  6. Ini ada di wishlistkuuu...pengen banget buku ini...semua orang bilang emang agak bosenin ya..tapi tetep penasaran, apalagi banyak tokoh "rahib" nya *peace*

    ReplyDelete
  7. Mas aku minta izin comot review-nya buat IRF yaak. Musti dikasih! hehe Tq

    ReplyDelete
  8. Mending mas dpt yg terjemahan bhs indo.Ni aku lagi mau mulai baca versi inggrisnya (soalnya dapet gratisan dari internet). siap2 berbusa2 aja bacanya hahaha

    ReplyDelete
  9. Nonton filmnya jg mas. Bintangnya sean connery dan christian slater. Penerima penghargaan jg filmnya.

    ReplyDelete