Judul :
The Name of the Rose
Pengarang :
Umberto Eco
Penerjemah :
Nin Bakdi Soemanto
Sampul :
Andreas K
Pengantar :
St. Sunardi
Tebal :
624 halaman
Cetakan :
1, Maret 2008
Penerbit :
Bentang
Jika
ada sebuah buku yang bisa membunuh pembacanya, maka buku itu pastilah begitu
luar biasa. Buku itu akan menyimpan rahasia dari awal peradaban dunia, dijaga
dan dilindungi oleh labirin berkelok-kelok dan membingungkan, serta diletakkan
sedemikian rupa agar para pembaca yang terlalu ingin tahu dirancang untuk menemui
ajalnya. Ditulis dengan empat bahasa ilmu pengetahuan: seperempat bahasa Arab,
seperempat Syria, seperepat Yunani, dan seperempat Aramaic (bahasa sang Yesus).
Buku itu disimpanlah dalam sebuah ruang rahasia, finis Africae, yang disegel dan dikunci di kedua sisi, dan diperam
oleh kesunyian bangunan biara Benekdiktin.
“Kadang-kadang bisa
begitu. Buku-buku sering membicarakan buku lain…. Kalau membaca buku Albert,
tidak dapatkah aku mempelajari apa yang mungkin dikatakan Aquinas? Atau kalau
membaca buku Thomas, aku jadi tahu apa yang dikatakan oleh Averroes?” (hlm
334)
Adalah
William dari Baskerville dan muridnya, Adso dari Melk, dua orang novis Katholik
yang ditugaskan menyelidiki terjadinya pembunuhan seorang tukang lukis halaman
buku di sebuah biara Benekdiktin yang terpencil. Sesampainya di sana, mereka
dikejutkan dengan kemegahan kompleks biara itu, bukan hanya karena bangunan
gerejanya yang indah-berukir serta kaya akan pusaka luar biasa, namun juga
karena keberadaan Aedificium nan menjulang tinggi. Aedificium ini bahkan
menyimpan permata yang luar biasa: naskah, buku, dan perkamen kuno dari Yunani,
Andalusia, Romawi, dan pelosok Eropa. Di dalamnya, mereka menemukan berbagai
risalah kuno yang diduga telah lama hilang, buku-buk ilmu pengetahuan dari negeri
kafir (kaum Arab/Saracen), serta lembar-lembar Injil yang paling pertama.
Tapi,
pesona dan misteri kedua keburu muncul. Sesosok rahib ditemukan tewas tenggelam
dalam kuali penuh berisi darah, kemudian rahib lain ditemukan meninggal di bak
penampungan air. Keduanya memiliki ciri yang sama, jari dan lidahnya menghitam.
Hari keempat, sang ahli herbal ditemukan meninggal juga, ia dipukul sampai mati
oleh seseorang. William dan Adsi harus bergegas menemukan siapa pembunuhnya,
sebelum korban jatuh. Maka, malam-malam keduanya pun dipakai untuk menjelajahi
labirin sekaligus perpustakaan misterius di Aedificum. Di antara pekatnya
misteri dan suasana pembunuhan, keduanya menemukan berbagai buku berharga
sebagai saksi kejayaan masa dari berbagai negara dan kerajaan. Di sana mereka
menemukan simpanan naskah-naskah kuno yang pasti membuat para pustakawan
pingsan: berbagai kitab ilmu karya Averoes, Ibnu Hikam, AL Khwarizmi, perkamen
para ahli zaman Yunani kuno, hingga potrongan-potongan yang mungkin merupakan
bagian dari Injil yang asli. Tapi, misteri harus dituntaskan karena pada hari
kelima terjadi lagi pembunuhan dengan ciri yang sama. Hanya ada satu petunjuk,
dan keduanya yakni bahwa ada sebuah buku yang menyebabkan kelima orang di biara
tersebut mati.
Ketika akhirnya mereka berhasil
memasuki ruang rahasia di labirin dan menemukan buku itu, semuanya telah
terlambar. Korban keenam telah jatuh dan korban ketujuh adalah si penjahat yang
mengorbankan dirinya demi kesalihan. Bencananya tidak cukup sampai disitu. Perpustakaan
itu, segala buku-buku kuno yang tersimpan di dalamnya, tersuulut api dan
membara dalam sebuah kebakaran agung yang tidak terpadamkan. Maka begitulah,
lenyap sudah buku yang menjadi sumber dari semua malapetaka ini, yang
keberadaannya telah meyakinkan seseorang untuk mengambil segala daya dan upaya
yang ia bisa agar buku itu tidak jatuh ke tangan yang salah. Maka, dengan dalih
melindungi kemurnia Kerajaan Kristus, ia dengan tega telah bermain racun dan
melenyapkan jiwa-jiwa malang yang “terlalu ingin tahu.”
Membaca The Name of the Rose memang membutuhkan kesabaran ekstra. Di antara peliknya misteri pembunuhan yang
melatari novel ini, narrator harus bersaing dengan limpahan ilmu pengetahuan
dari abad-abad lampau yang kini sudah tidak dikenal lagi. Buku ini begitu
kental membicarakan banyak hal tentang Abad Pertengahan, mulai dari konflik
antara Paus Yohanes dengan Raja Eropa, hingga berbagai jenis upacara keagamaan
yang harus rutin dilakukan dalam sebuha biara Katholik. Ulasannya begitu lengkap sehingga kadang membuat membacanya
jenuh karena seperti membaca buku sejarah, walau di tangan seorang ahli sejarah
atau antropologi buku ini ibarat harta karun kepustakaan tentang kehidupan Abad
Pertengahan.
Namun, plot dan jalan ceritanya sungguh menarik, begitu pula cara
penalaran dan metode berpikir William yang cerdas, mengingatkan kita pada
Holmes. Nuansa Katholik juga begitu kental, dengan segala kisah gerejawi dan
sejarah kepausan, hingga seluruh santo dan Para Rasul yang banyak diselipkan
dalam percakapan. Mmebutuhkan sebuah buku panduan bagi orang awam seperti saya
untuk bisa mengetahui siapa si A dan siapa si B. Secara garis besar, ini adalah
buku yang hebat, padat, dan penuh informasi.
“Kebaikan sebuah buku terletak pada keadaannya yang bisa dibaca.”
(hlm 462)
eh, koq ada namaku disebut-sebut. Ini buku keren, salah satu buku terbaik yang pernah saya baca.
ReplyDeleteHaha iya ada rahibnya :)
DeleteTertarik baca nih, tapi kok rada mbulet ya kayaknya. Btw aku nggak suka covernya, yang edisi Inggris terbitan Penguin (klo gak salah) covernya jauh lebih bagus, hehehe
ReplyDeleteSetuju, pdahal hampir sebagian besar tokoh dlm buku ini adalah rahib dan biarawan, tp kovernya kok aduhhhh
Deletecover yang aq baca edisi lama jauh lebih bagus, warna cokelat muda dgn lambang-lambang serta simbolnya da vinci klo tdk salah.
Deletebutuh berapa lama kang namatin ini buku?
ReplyDelete28 hari kang hahaha
DeleteHuwaaauuu hebatnya masku ini!!! <--- akon2
ReplyDeletecm 28 hari utk novel seberat ini.. ckckckc
covernya Jalasutra lebih kerreenn!!
Aq baca buku ini terbitan pertama kayaknya, yang covernya cokelat muda, rada bingung plus 'mbulet' kisahnya, apalagi baca waktu masih ABG hehe (tdk mudeng-mudeng), mestinya sekarang dicoba baca lagi ya (hadew tebelnya).
ReplyDeleteBaru aja selesaikan The Prague Cemetery - Umberto Eco juga, sama 'mbuletnya' ternyata :D
[ http://my-fantasy-readings.blogspot.com ]
Ini ada di wishlistkuuu...pengen banget buku ini...semua orang bilang emang agak bosenin ya..tapi tetep penasaran, apalagi banyak tokoh "rahib" nya *peace*
ReplyDeleteMas aku minta izin comot review-nya buat IRF yaak. Musti dikasih! hehe Tq
ReplyDeleteMending mas dpt yg terjemahan bhs indo.Ni aku lagi mau mulai baca versi inggrisnya (soalnya dapet gratisan dari internet). siap2 berbusa2 aja bacanya hahaha
ReplyDeleteSemangat ya :)
DeleteNonton filmnya jg mas. Bintangnya sean connery dan christian slater. Penerima penghargaan jg filmnya.
ReplyDelete