Judul : Cinta Terlarang
Pengarang : Andre Aciman
Penerjemah : FX. Dono Sunardi
Penyunting : Istiani P
Sampul : indieguerillas.com
Cetakan : 2, 2008
Penerbit : Serambi
Pemilihan
judul Cinta Terlarang yang menurut
saya sangat jauh esensinya dari judul asli¸ Call
Me by Your Name, sepertinya turut berandil besar membuat novel indah ini
tenggelam. Cinta Terlarang mengisyaratkan sesuatu yang harus dijauhi, yang
tabu tapi menggoda, yang harus dihindari jika ingin menjadi bagian dari kita
yang normal. Dua kata itu, ketika digunakan untuk melabeli buku ini, menjadikan
novel ini jatuh beberapa derajat menjadi seolah tidak lebih dari sekadar sebuah
novel mesum tentang percintaan antara dua pemuda. Sebaliknya, judul asli, Panggillah Aku dengan Namamu mengisyaratkan
suatu kedalaman cinta universal, cinta yang indah, yang sakral dan intim,
sekalipun itu cinta dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama. Ketika
melihat buku ini dipajang di toko buku, pembaca Indonesia mungkin sudah ilfil duluan dengan judulnya, pasti
gitu-gitu aja semacam Lelaki Terindah nya
Andrei Aksana. Padahal, novel yang memenangkan Rauca Award 2007 sebagai novel
erotis terbaik ini menghantarkan sebuah kisah cinta yang universal, jauh lebih
dalam dan syahdu dengan caranya sendiri. Wow, ada ya penghargaan untuk novel erotis terbaik? LOL
“Panggil aku dengan namamu dan aku akan
memanggilmu dengan namaku.”(hlm. 223)
Elio,
remaja berusia 17 tahun, jatuh cinta pada Oliver, 25 tahun, mahasiswa yang
menginap selama sebulan di rumah kedua orang tuanya untuk melakukan penelitian
tentang buku yang tengah ditulisnya. Perbedaan usia, ketakutan bahwa cintanya
akan bertepuk sebelah tangan, dan kungkungan norma masyarakat menjadikan Elio
memendam perasaan itu. Maka, jadilah sepanjang lebih dari setengah buku ini
pembaca akan disuguhi oleh kegalauan Elio yang begitu mendamba tubuh Oliver,
bahkan menyentuhnya pun sudah mampu mengirimkan kejutan listrik yang membuat
remaja itu mimisan. Dituliskan dengan sudut pandang orang pertama, novel ini
mengeluarkan semua unek-unek jahil dan pikiran mesum Elio terhadap Oliver, begitu
bergelora dan mendamba, namun tidak dapat diungkapkannya. Elio mencintai
Oliver, bukan … ini seperti dia memuja dan mendambanya. Nggak
tanggung-tanggung, curhatan Elio ini macam-macam dan aneh-aneh, sampai eneg
baca fantasi Elio tentang si Oliver.
“Aku sangat ingin menyentuh pergelangan kaki
dan tangannya ketika keduanya tampak berkilauan indah tertimpa oleh cahaya
matahari…; bahwa aku senang melihat bagaimana celana tenisnya yang pendek itu
selalu tampak ternoda oleh warna tanah liat yang …” (hlm 37)
Celana
tenis coba? Ngahahahah. Hasrat mengebu-gebu Elio ini berjejer kayak kereta sepanjang buku
ini, bikin mimisan bacanya *keselek avokad. Apakah cinta Elio bertepuk sebelah tangan?
Tentu saja tidak. Jauh dalam lubuk hatinya, Oliver juga menyukai Elio, tapi
tentu saja hasrat yang keliru itu harus dia tahan mengingat posisi dan
kondisinya yang seorang tamu dari negara asing. Kemudian, ketika malam itu terjadi, ketika Elio
akhirnya tidak tahan lagi dan mengungkapkan perasaannya, tanggul itu seperti
jebol. Cinta meluap-luap diantara keduanya. Batas tegas itu telah dilanggar,
dan baik Elio maupun Oliver sama-sama menapak satu tonggak baru dalam kehidupan
mereka, sebuah jalan yang entah mengarah pada kebahagiaan atau penderitaan,
tapi yang jelas akan selalu ada
kesedihan dan suka cita di dalamnya. Ini adalah sebuah kisah tentang cinta yang
terpendam sedemikian lama sebelum akhirnya terungkapkan.
“Sesungguhnya aku bohong. Saat itu aku tidak
yakin sama sekali. Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi setelah berpelukan,
kapan aku, atau dia, akan merasa bosan berpelukan. Segera? Nanti? Sekarang
juga?” (hlm 218)
Bagian
mesum di buku ini tidak terlalu banyak, meskipun yang sedikit itu beberapa
memang agak berani dan vulgar. Kata ‘anu’ muncul berulang kali, begitu juga
pikiran-pikiran mesum Elio yang ampun deh, kayak nggak ada pikiran lain aja.
Hal paling menarik dari novel ini—sebagaimana dicuplik di sampul
belakang—adalah ceritanya yang sangat mengalir, enak dibaca, dan menghibur. Kalimat-kalimatnya
ditulis dengan bagus sekali. Sebuah prosa nan puitis, mungkin itulah yang bisa menggambarkan
keelokan buku ini. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan kehidupan di
seputar Elio, dalam rumah keluarganya yang sangat indah dan damai di pinggir
pantai kota B. Struktur kalimat inilah terutama yang membuat Cinta Terlarang terasa mengalir sekali
saat dibaca. Pembaca tidak lalu terfokus pada hubungan Elio dan Oliver, tapi
pada cara penulis menuliskan cerita yang sedemikian indah. Tanpa itu, buku ini
mungkin hanya sebuah buku mesum seorang remaja.
Deskripsi
kota B, keseharian warganya, juga kegalauan Elio; semuanya dituliskan dengan
gaya yang berseni, menyenangkan untuk diikuti. Kita serasa bisa merasakan
embusan angin laut di kota B, menapak di jalan-jalan batunya, berlarian serta
bersepeda bersama Elio dan Oliver menuju Tanggul Monet, serta merasakan buah
persik ranum yang ditanam di kebun keluarga Elio. Bersama dengan jalannya
cerita, kita seolah bisa mengikuti perkembangan Elio menjadi seorang remaja yang
berpikiran dewasa, tentang cinta dan nafsu, juga tentang bagaimana dia harus
menghadapi serta menjalani cinta terlarang itu ke depannya. Perjalanan itu,
alih-alih dikisahkan dengan aroma mesum, dituturkan dengan lembut, polos, tapi
juga indah. Menyenangkan sekali menemani Elio ini, seolah dia adalah sahabat
lama yang membutuhkan kita untuk mendengarkan curhatannya nan puitis itu.
“Perasaan ini pun kemudian memudar, ketika
aku merasa bahwa kami bukanlah dua orang laki-laki, melainkan dua orang
manusia. Ya, manusia saja. Aku menyukai perasaan setara yang muncul saat itu
juga.” (hlm 219)
Penerjemah
buku ini juga layak mendapatkan apresiasi, begitu juga penyuntingnya. Seingat
saya, hanya satu typo yang saya
temukan, dan terjemahannya pun mengalir dan terasa sangat pas. Penerjemah mampu
membawa pembaca Indonesia merasakan aroma Italia di kota B, dengan pilihan
diksi yang cenderung sastrawi namun tetap dalam dinikmati pembaca umum. Buku
ini mendapatkan penerjemah yang cocok, begitu menurut saya. Rasanya sama persis
seperti ketika saya membaca Seratus Tahun Kesunyian yang
diterjemahkan oleh Bakdi Soemanto, cocok! Kombinasi antara penulis yang
mumpuni, kisah yang menghibur, serta penerjemah yang pas; tidak heran jika buku
ini begitu cepat selesai terbaca. Saya sering eneg dan terpaksa skip-skip saat membaca novel LGBT sejenis, tapi
tidak dengan buku ini. Empat bintang spesial untuk buku spesial ini.
“ … berpalinglah padaku meski hanya lewat
isyarat seperti suatu yang terlintas setelah kau berpikir ulang yang dulu begitu
berarti bagiku ketika kita masih bersama. Ketika kau kembali lagi nanti,
tataplah wajahku, balaslah tatapan mataku. Dan panggillah aku dengan namamu.” (hlm
402)
waduh...menarik sepertinya. Tapi khawatir ntar eneg bacanya. Hahaha...
ReplyDeleteHahahaha eneg-nya dikit kok, lebih terbuai sama cara penulis menuliskan kisah ini.
DeleteWow wow. Kayaknya #TimCintaTerlarang wajib baca buku ini deh. XD (Pinjem~) :p
ReplyDeletejudulnya sama kaya lagu the virgin cinta terlarang, haha
ReplyDeleteMantap gan? http://waptrick.blog2an.com >> Download kumpulan video bokep terbaru 2015
ReplyDelete>> Waptrick Gudang Download Video XXX
>> Situs Download Video Bokep Indo asia >> Klik Download Videos Xxx terlengkap
Sampe lelah nyari nyari bukunya versi bahasa indonesia. Boleh dijual kesaya aja ga bukunya? :)
ReplyDeleteTinggi harapan kaka mau melepasnya :')
Bukunya bisa dijual ga? Hahaha
ReplyDeleteHi - I collect this book from all over the world but I cannot find this copy!!! Can you help me please? You can can see my collection here...
ReplyDeletehttps://www.instagram.com/cmbyn_the_book/
Howard x
uhuk
ReplyDeleteSaya sudah baca buku ini sampai selesai. Benar, kisah dalam buku ini sebenarnya kisah cinta sejenis biasa. Tak ada yang istimewa. Namun cara penulisannya yang manis, enak dibaca, puitis, kita tidak hanya menikmati alur cerita tanpa bosan melainkan bisa merasakan kedalaman cinta Ellio.
ReplyDeleteKalau boleh tau bacanya ebook nya dimana ya
Deletesaya juga sudah baca buku ini sampai tuntas habis. Awalnya, karena melihatjudul dari sampulnya ada kengganan membacanya, pasti tidak tajuh-jauh dari cerita seputar LGBT yang biasanya penuh dengan carita-cerita mesum dan seks. Tapi ketika membuka halaman pertamanya, kalimat-kalimatnya begitu mengalir dan indah dibaca, membuat kita malah merasakan sisi emosional terdalam dari Ellio dan bagaimana cintanya pada Oliver yang membuat kita tak lagi menghakiminya sebagai seorang dengan orientasi seks menyimpang, melainkan sosok manusia yang sangat kita kenal layaknya sahabat kita sendiri mencoba menceritakan kisah perjalanan cintanya yang murni meski cinta sesama jenis.
ReplyDeleteAku jatuh cinta pada film call me by your name 2019,,,pada akting aktor nya timotee chalamet dan armie hammer dan penasaran pingin baca novelnya ❤️❤️❤️❤️
ReplyDeleteHai halo,apakah anda masih menyimpan bukunya? Saya cari buku ini setengah mati dan belum dapat juga😁. Please...
ReplyDelete