Judul:
Takhta Bayangan
Pengarang: Jennifer
A Nielsen
Penerjemah:
Cindy Kristanto
Penyunting:
Primadona Angela
Sampul: Iwan
Nazif
Cetakan:
Pertama, Juli 2018
Tebal: 360
halaman
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Setelah menyaksikan
perjuangan Sage/Jaron yang berdarah-darah menjadi bajak laut di buku kedua, Takhta Bayangan menjanjikan adegan
pertempuran akbar sebagai buku penutup dari trilogy The Ascendant ini. Carthya diserang dari ketiga sisi oleh Avenia,
Gelyn, dan Mendenwal. Masih belum sembuh
dari lukanya saat bertarung di kamp bajak laut, Jaron kini harus memimpin
negerinya yang telanjur lemah dan tercerai berai. Tanpa strategi yang matang
serta bantuan dari sekutu-sekutu setia, tidak mungkin negeri Carthya akan dapat
bertahan dari serangan ketiga sisi perbatasan. Untungnya, Jaron masih memiliki
senjata rahasia yang selama ini telah berhasil menyelamatkan nyawanya dan juga
takhta Carthya: kenekatan seorang anak muda.
Jaron mungkin
masih seorang remaja tetapi dia memiliki pemikiran seorang raja. Sebagaimana di
buku pertama dan kedua, kita masih akan dibuat terkagum-kagum dengan kecerdasan
Jaron dalam membuat taktik dan berdiplomasi. Penulisnya benar-benar piawai menjaga
karakter Jaron tetap konsisten. Kita bakal susah memahami anak muda ini. Bahkan
meski buku ini ditulis dengan menggunakan sudut pandang pertama, pembaca benar-benar
tidak memiliki gambaran tentang rencana macam apa yang akan dijalankan Jaron. Penulis
pandai sekali menyembunyikan rencana rahasia Jaron hingga halaman-halaman
terakhir. Selain itu, masih ada seni berdiplomasi ala Jaron yang bakal tetap
memesona, juga kenekatan seorang Sage yang tetap bikin ngilu tulang saat
membacanya.
Buku ketiga
ini begitu kaya akan adegan perang dan adu siasat sejak halaman pertama hingga
terakhir. Terutama karena Jaron sendiri ikut maju ke hampir semua medan
peperangan, kita bisa ikut menyaksikan jalannya pertempuran di penjuru Carthya.
Didorong oleh kemarahan karena negerinya dikepung serta dikhianati
kerajaan-kerajaan tetangga, sang raja muda bertekad untuk mempertahankan
kerajaannya. Ini dibuktikannya dengan turut hadir langsung di garis depan
peperangan. Jaron bahkan menyusup ke kemah musuh entah berapa kali untuk
melaksanakan siasat-siasatnya. Bukan hanya para pasukan musuh yang tertipu.
Para pembaca juga akan “ditipu” dengan taktik-taktik yang dijalankan Jaron. Berulang
kali si raja muda ini berlaku nekat dan sembrono (maklum masih remaja) sehingga
sukses membikin Mott, Kewryn, Amarida, dan Tobias senewen (pembacanya juga ikut
senewen). Tetapi, Jaron pada akhirnya membuktikan bahwa setiap tindakannya
adalah taktik dan memiliki tujuan.
Jika ada begitu
banyak masalah datang secara bersamaan, jangan mencoba menghadapi semuanya
sekaligus. Selesaikan masalah satu demi satu. Akan lebih baik jika kita tidak
menghadapi masalah sendirian. Memiliki teman dan sekutu adalah keuntungan
terbesar menjadi manusia. Strategi ini yang dengan luar biasa cerdas dilakukan
Jaron. Walau musuh datang dari ketiga sisi, dia tidak gegabah dengan menyerang
balik setiap musuh. Jaron memecah pasukannya menjadi kelompok-kelompok kecil
untuk membatasi pergerakan musuh. Strategi yang kurang tepat sebenarnya karena
hal ini ibarat mengumpankan seekor kelinci ke depan tiga ekor singa. Tetapi,
ketika musuh sudah telanjur membanjiri negerimu dan pasukanmu kalah jauh dari
segi jumlah, yang dibutuhkan adalah strategi dan taktik. Jaron memiliki
keduanya.
Ia juga
menyerukan kepada rakyat untuk turut berjuang mempertahankan tanah air mereka. Perjuangannya
di buku kedua telah membukakan mata rakyat Carthya tentang kualitas ningrat
dalam diri Jaron. Tidak heran jika para perempuan pun turut berjuang mencegat
musuh yang datang. Pada akhirnya,
seluruh seri ini merupakan semacam ujian pembuktian terhadap kualitas Jaron
sebagai seorang calon raja. Raja yang baik tidak pernah meninggalkan rakyatnya.
DIa hadir dalam setiap pertempuran. Setia kepada sekutu-sekutunya serta
mempercayai bahwa rakyat dan para sahabatnya akan terus berjuang di sisi Jaron.
Dan perjuangan yang dilakukan bersama-sama akan terasa jauh lebih mudah ketika
tidak dilakukan sendirian. Bahkan dengan ketiga musuh besar yang menyerangnya
secara bersamaan, Jaron percaya mereka akan mampu bertahan karena seluruh
rakyat dan sahabat akan turut berjuang bersamanya.
wah, keren banget <3 <3 <3
ReplyDelete