Penulis:Amish
Penerjemah:
Briliantina L Hidayat
Pemindai Aksara:
Jenny M Indarto
Penyelaras Bahasa: I
Wayan Sarjana
Penggambar Sampul:
Imam Bucah
Menata Letak:
desain651@gmail.com
ISBN:
978-602-6799-25-8
Tebal: 410 Halaman
Cetakan: Pertama-Juni
2017
Penerbit: Javanica
"Ada dewa di dalam diri setiap manusia. Dan ada kejahatan dalam diri setiap manusia. Pertempuran yang sesungguhnya antara kebaikan dan kejahatan terjadi dalam diri manusia." (hlm. 132)
Setelah menjelajahi wilayah Keraajaan Wangsa Surya di Meluha
pada buku pertama, Siwa melanjutkan penjalanannya dalam menemukan kesejatian
dirinya sebagai sang mahadewa di negeri Swadipa. Negeri ini berada di wilayah Wangsa
Candra. Di buku kedua ini, banyak
rahasia terungkap, musuh-musuh baru yang muncul, juga kawan-kawan anyar. Siwa masih berupaya mendapatkan jawaban
tentang siapa sang Naga dan kaumnya. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam
tewasnya Brahaspati—saudara karib yang sangat disayangi oleh sang Nilakatha.
Dan menurut kabar, jawaban atas hal itu bisa ditemukan di salah satu negeri
taklukan yang berada di wilayah Swadipa, yakni Negeri Braga. Misteri yang satu
biasanya tertutupi oleh misteri-misteri yang lainnya, dan itulah yang terjadi di negeri ini.
Semacam pageblug penyakit aneh mewabah
di sana. Konon hanya obat dari kaum Naga saja yang bisa manjur melawan
penyakit tersebut.
Seiring dengan semakin jauh
perjalanannya, Siwa semakin bingung dengan segala fenomena yang dihadapinya. Di
kota Kashi yang toleran terhadap semua kepercayaan, Siwa menemukan bahwa apa
yang selama ini dianggapnya baik ternyata tidak selalu baik, juga apa-apa yang
dipandangnya jahat ternyata tidak selamanya berbuat jahat. Terutama terkait
kaum Naga, Siwa dan Satui akhirnya menemukan sebuah fakta yang luar biasa tak
terbayangkan tentang Raja dan Ratu Naga. Sebuah rahasia kelam dari masa lalu
yang selama ini ditutupi dengan alasan yang masih sama misteriusnya. Benarkah
Kaum Naga itu jahat? Ataukah meraka hanya korban yang harus menanggung dosa akibat
kondisi dan penguasa yang tidak berpihak kepada mereka? Sesuai dengan judulnya,
pembaca akhirnya akan diajak mengetahui siapa Kaum Naga di buku ini.
Dibandingkan buku pertama yang
sarat perang, buku kedua trilogi Siwa ini lebih banyak tentang perjalanan, baik
perjalanan batin Siwa untuk mencapai tingkatan yang lebih bijak maupun
perjalanan fisik menjelajahi kawasan Swadipa. Walau begitu, penulis masih menyisipkan
di sana-sini adegan pertarungan yang lumayan berdarah-darah. Tetapi, fokus
utama di buku ini tetap pada perjalanannya. Setelah mengetahui fakta yang
disembunyikan terkait Kaum Naga, Siwa dan rombongannya bergerak menuju
Pancawati yang merupakan ibukota kerajaan Kaum Naga. Kota rahasia itu
tersembunyi dalam kelebatan Hutan Dandaka yang ganas. Tak seorang pun bisa menembusnya
sampai ke Pancawati dengan semangat tanpa bantuan dari Kaum Naga. Saya lega
banget karena buku ini dilengkapi dengan peta yang terbukti sangat membantu
dalam menikmati ceritanya. Kita juga akan dimanjakan dengan geografi dataran
Industan di masa sebelum peradaban, juga diajak mengenal aneka sungai besar di
India yang dinamai dengan nama-nama feminin kecuali Sungai Bhrahmaputra. Perjalanan ini sedikit banyak mengingatkan saya pada perjalanan sembilan pembawa cincin karya Tolkien.
Yang menarik dari seri ini
terutama adalah sambil menikmati petualangan sang Nilakatha, kita sekaligus
sambil belajar banyak tentang hidup. Siwa dalam seri ini begitu manusiawi. Terlepas
dirinya sebagai titisan Batara, Siwa dalam banyak hal adalah seperti kita semua.
Berkali-kali dia gagal dan menemukan kekecewaan, namun sering juga bahagia
menyapa dan membuatnya menangis gembira. Siwa dalam buku ini seperti melambangkan
setiap kita. Apalagi, di buku ini juga Siwa menemukan bahwa kebaikan dan
kejahatan ternyata ibarat dua sisi mata uang. Kebaikan tidak akan ada tanpa
adanya kejahatan, dan begitu pula sebaliknya. Dari sini, Siwa kemudian memahami
bahwa setiap manusia tercipta beserta kebaikan dan kejahatan dalam dirinya.
Tidak ada yang sepenuhnya jahat, begitu pun yang seutuhnya baik. Selalu ada
alasan yang menyebabkan keduanya hadir dalam diri manusia. Karenanya, alangkah baiknya jika kita mencoba untuk
terlebih dulu mencoba memahami ketimbang keburu menghakimi.
Buku ini adalah kisah fantasi
yang lengkap. Petualangan ada, mitologi banyak, pertempurannya cukup menegangkan, mengajak merenung juga iya. Lebih
dari itu semua, lewat Siwa, penulis mengajak pembaca untuk memandang orang lain
tidak dari fisik atau status ekonomi mereka. Jika kita mau mencoba memahami,
selalu ada alasan di balik setiap perilaku buruk maupun baik. Siwa yang
Mahadewa saja menghormati setiap orang baru yang dijumpainya, masak kita yang alay
gini kok sok suci dan sok benar sendiri. Mari tiru Siwa, ia yang memandang
manusia dari batinnya, tidak semata dari fisiknya. Selain pesan positif yang
dibawa buku ini, saya juga suka banget dengan cara novel ini diterjemahkan.
Mbak Briliantina dengan luwes menggunakan banyak istilah-istilah Jawa yang
anehnya kok malah terasa pas. Misalnya saja kata pageblug sebagai variasi dari wabah,
juga lanang sebagai variasi
laki-laki. Untuk salah ketik saya hanya menemukan dua kali, salah satunya “untung”
yang harusnya “untuk”. Selain itu, novel ini matang banget untuk edisi bahasa
Indonesianya.
"Orang kuat akan membentuk nasibnya sendiri." (hlm. 219)
"Orang kuat akan membentuk nasibnya sendiri." (hlm. 219)
Pokoknya, kudu banget novel ini
dibaca oleh semakin banyak pembaca. Dan, asyiknya, Penerbit Javanica yang baik
telah menyediakan total DELAPAN novel “SIWA 2: Rahasia Kaum Naga” ini secara
gratis. Dua novel siap diperebutkan di blog Baca Biar Beken.
Inilah para pemenangnya:
1. Sulhan Habibi (@sulhanhabibi)
2. Hani Kartika Sari (@haniktsr)
1. Sulhan Habibi (@sulhanhabibi)
2. Hani Kartika Sari (@haniktsr)
Selamat kepada para pemenang. Siap-siap ya saya sapa di Twitter.
Elsita F Mokodompit
ReplyDeleteTwitter @sitasiska95
Https://twitter.com/sitasiska95/status/894472100496330752
Setelah baca resensinya, buat saya Siwa adalah sosok manusia yang bijaksana. Ia selalu menilai sesuatu dari dua sisi yang berbeda, tidak hanya satu sisi saja. Terbukti dari bagaimana ia menyadari dan mempelajari banyak hal yang ia lewati dalam perjalanan hidup maupun perangnya. Siwa adalah orang bijak yang tak pernah berhenti belajar
Nama: Poetry Ann
ReplyDeleteTwitter/Facebook: @AnnPoetry/Poetry Ann
Tautan share: https://twitter.com/AnnPoetry/status/894515624386281472
Jawaban: Kalau membaca dari ulasan ini, dari kalimat "Siwa menemukan bahwa apa yang selama ini dianggapnya baik ternyata tidak selalu baik, juga apa-apa yang dipandangnya jahat ternyata tidak selamanya berbuat jahat", juga dari bagian "Dari sini, Siwa kemudian memahami bahwa setiap manusia tercipta beserta kebaikan dan kejahatan dalam dirinya. Tidak ada yang sepenuhnya jahat, begitu pun yang seutuhnya baik. Selalu ada alasan yang menyebabkan keduanya hadir dalam diri manusia", saya menangkap kalau Siwa adalah sosok pengamat dan pemikir yang selalu mempertanyakan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Dia tak begitu saja menarik kesimpulan atas sesuatu hanya dari sekali melihat. Dia lebih memilih untuk terlebih dulu mencari kebenaran di balik peristiwa itu dan berupaya mencari tahu penyebab mengapa sesuatu itu bisa terjadi.
Nama: Sandra Hamidah
ReplyDeleteTwitter: @Sandra_artsense
Link share: https://mobile.twitter.com/Sandra_artsense/status/894564337175613440
Jawaban: Menurut saya sosok Siwa sangat gagah, sakti dan karismatik, dihormati semua kalangan^^
Nama: vanisa desfriani
ReplyDeleteTwitter @ishavanisa
Tautan share: https://twitter.com/Ishavanisa/status/894736394802741248
Jawaban: sosok siwa yang berkembang, sama seperti manusia. melalui petualangan dari seri kedua ini. Bahwa sebuah perjalanan, dapat mengubah pandangan hidup. Dan melihat sisi-sisi lain dari kehidupan :)
Nama:Widyoresmi Hastyo Kinanti
ReplyDeleteTwitter/Facebook: @whkinanti / Widyoresmi Hastyo Kinanti
Tautan share: https://twitter.com/whkinanti/status/895129468196462592
Jawaban:
Setelah membaca resensi yang kakak tulis, sosok Siwa mulai digambarkan oleh para pekerja di dunia imajinasi dan pikiran saya, sambil mengingat nama Siwa yang rasanya pernah beberapa kali saya temukan sebelumnya. Oh ya! Dewa Siwa! Sang Dewa Penghancur! Tapi…tunggu tunggu, dari apa yang saya baca dan tangkap barusan dari resensi kakak, Siwa adalah seorang lelaki gagah yang identik dengan ular kobra (dilihat dari cover novelnya), Siwa memiliki pribadi yang tidak mudah puas jika sudah mencapai suatu hal, suka memikirkan orang banyak, mau berjuang untuk membawa khalayak banyak ke sisi yang baik. Memiliki sifat ramah, senang bergurau dan penuh cinta kasih. Sangat cocok menjadi sosok pemimpin yang mengayomi banyak orang.
Tidak satupun yang saya temukan dari tulisan yang kakak buat mengenai Siwa yang memiliki peran penghancur. Apakah ini Siwa yang berbeda kali ya dari kisah-kisah India yang saya baca? Ah jadi makin penasaran!
Nama: A'imatul latifah
ReplyDeleteAkun twitter: @Aim_La27
Link share: https://mobile.twitter.com/Aim_La27/status/895472595327270912?p=v
Jawaban:
Setelah membaca review di atas. Menurut aku bayangan sosok siwa dinovel ini adalah seorang lelaki kesatria yang bijaksana, positif thinking terhadap orang lain, dan adil. Sosok siwa ini termasuk orang yang adil dan tidak suka mendiskriminasi atau membeda-bedakan orang lain. Tidak mudah menilai seseorang sebelum dia benar-benar tahu kebenarannya. Pun tidak pernah menilai orang dari fisiknya. Lebih tepatnya, siwa di novel ini adalah kesatria sejati.
Nama : Sulhan Habibi
ReplyDeleteAkun Twitter : @sulhanhabibi
Link Share : https://twitter.com/SulhanHabibi/status/895545142257434624
Jawaban :
Menurut saya sosok seorang SIWA masih terdapat banyak sekali sosok kemanusiaannya walaupun ia adalah sang mahadewa yang sedang mencari sosok ksejatian atas status “Mahadewa” tersebut.
Dalam pandangan saya, sosok SIWA sedang berkembang sifat keMahadewa-annya dan dalam tahapan menjadi sosok yang lebih sempurna. Terbukti dalam perjalannya Siwa semakin berpandangan luas, pandai, semakin adil dan bijaksana dalam sifat dan perbuatannya. Siwa menjadi lebih menghargai manusia itu sendiri, bahwa kejahatan dan kebaikan itu saling melengkapi dan ada dalam diri setiap manusia. Kedua sifat baik dan jahat yang saling berlawanan ini bisa berubah dan bisa berganti seiring dengan perkembangan waktu dan situasi yang dihadapi oleh manusia. Bahkan standar kebaikan dan kejahatan setiap manusia bisa berbeda dalam pandangan setiap orang.
Sepertinya selain sifat keberanian, kekuatan, kecerdasan, dan lain sebagainya, dalam buku ini sifat bijaksana SIwa lah yang ingin dikembangkan, kemampuan mengendalikan diri, perasaan, dan prasangka, dan kemapuan untuk menemukan alas an/penyebab di balik segala peristiwa.
Nama: Rina Fitri
ReplyDeleteTwitter: @Rinafiitri
Link Share:
https://twitter.com/Rinafiitri/status/895960328709619712
Jawaban:
Menurutku Siwa adalah sosok yang bijaksana, karismatik, dan memiliki pengaruh yang besar bagi orang-orang di sekitarnya. Ia adalah sosok yang rendah hati, dan tidak ragu untuk berbaur dengan sekitar. Siwa merupakan seorang penjelajah, yang mengarungi berbagai wilayah untuk memperoleh berbagai pelajaran hidup. Pengalaman yang diperolehnya selama perjalanan, banyak membuka mata dan menjadikan ia semakin bijaksana dalam menyikapi suatu hal.
Tentu saya akan merasa beruntung dan terhormat jika bisa mengikuti perjalanan Siwa di dalam buku ini. Dan semoga saya juga bisa memperoleh pelajaran hidup dari perjalanan yang dilakukan Siwa.
Nama: Bety Kusumawardhani
ReplyDeleteTwitter: @bety_19930114/ fb: Bety Kusumawardhani
Link share: https://mobile.twitter.com/bety_19930114/status/896396369887338498?p=v
Saat masih sekolah dulu, setahuku dewa Siwa adalah dewa perusak yg bertugas merusak segala sesuatu yg sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya. Namun hal itu berubah seketika saat membaca resensi di atas. Siwa tak ubahnya seperti sosok manusia biasa yg gemar berpetualang, berwibawa dengan tidak memandang rendah orang lain, selalu berusaha mencari tahu kebenaran dan tidak pernah berburuk sangka pada siapapun. Badannya begitu kekar menunjukkan bahwa dia telah menempuh perjalanan yg cukup berat dan intensitas menghadapi musuh yg begitu besar.
Nama: Lynn Melody
ReplyDeleteTwitter: @justlynn23
Tautan share: https://mobile.twitter.com/justlynn23/status/896611421395365889
Jawaban: setelah membaca ulasan di atas dalam bayangan saya sosok Siwa adalah sosok yang bijaksana, baik hati, dan suka menolong. Mengingat Siwa memandang manusia dari batinnya, tidak semata dari fisiknya. Juga menilai sesuatu hal dari dua sisi yang berbeda, tidak hanya satu sisi saja.
Nama: Hani Kartika Sari
ReplyDeleteTwitter: @haniktsr
Tautan share: https://twitter.com/haniktsr/status/896678313531396096
Jawaban:
Dewa Siwa, dewa yang dari SMP kukenal sebagai dewa penghancur, aku pikir Dewa Siwa adalah tipe yang pendendam, kata penghancur identik dengan sesuatu yang tidak baik, meski sesuatu itu sudah tidak dipelukan lagi, tetapi tetap saja aku sempat berpikir, kenapa harus ada dewa seperti ini?
Terima kasih sekali Mas Dion, akhirnya pemikiranku berubah, pasti ada alasan lain kenapa Dewa Siwa disebut sebagai dewa penghancur. Setelah membaca ulasan ini, aku takjub, ada petualangan besar di balik sang dewa, ada sesuatu yang belum aku tahu, ada kepribadian besar dalam dirinya.
Pejuang yang gagah dan berwibawa, tidak memandang rendah orang lain, banyak hal yang mesti ditiru dalam diri sosok Dewa Siwa, sangat banyak, bukan semata-mata seorang dewa yang memiliki segalanya, kegagalan dan kekecewaan yang ia dapatkan membuktikan bahwa hal itu biasa dalam hidup, terjadi pada siapa pun, termasuk titisan Batara sekalipun.
Rini Cipta Rahayu
ReplyDeleteTwitter @rinicipta
https://twitter.com/RiniCipta/status/896774837808517120
Menurutku, Siwa adalah sosok yang sangat bijaksana. Review diatas menyebutkan bahwa sifatnya manusiawi, Siwa menyadari bahwa ada sisi buruk dan baik dalam dirinya. Namun ia dapat berpikir dengan bijak dan mau belajar dari berbagai keadaan yang ditemuinya bahwa diperlukan keseimbangan dalam kehidupan. Ia juga menjadi sisi yg positif dari setiap hal.
Eh, iseng buka update post GA ini, aku menang. Alhamdulillah...
ReplyDeleteSenangnya.
Terima kasih banyak mas Dion :)