Search This Blog

Friday, January 22, 2016

Dante and Aristotle Discover the Secret of Universe


Judul: Dante and Aristotle Discover the Secret of Universe
Pengarang: Benjamin Alire Sáenz
Penerbit: Simon & Schuster Books for Young Readers (Kindle Edition)
Tebal: 370 hlm
Cetakan: Februari, 2012


17185965

Ini adalah buku sederhana yang ditulis dengan sangat indah. Sebuah kisah tentang persahabatan yang manis, dengan ending yang semanis yang bisa diharapkan oleh pembacanya. Indah dari segi teknik penulisan, indah dari segi cerita yang dibawakan, juga indah dalam hal pesan-pesan tentang kehidupan yang bertebaran di sepanjang buku ini. Banyak kalimat bagus di buku ini. Kalimat yang indah tapi ditulis dengan sederhana. Kalimat-kalimat metaforis yang unik namun tetap terasa indah terasa membanjir dari halaman-halamannya. Saya sampai bingung mau menandai semuanya. Ini salah satunya:


“It was as if my eyes were a camera and I was photographing the moment, knowing that I would keep that photograph forever."

Dante dan Aristotle adalah dua remaja cowok keturunan Meksiko yang hidup di Amerika Serikat. Sebagaimana kisah-kisah remaja pada umumnya, kehidupan Ari berkutat tentang pencarian jati diri, masalah pergaulan, serta konflik-konflik kecil yang mulai timbul dengan orang tuanya. Kehidupan Ari sepertinya bakal biasa-biasa saja dan membosankan sampai akhirnya dia bertemu Dante di kolam renang. Tiba-tiba saja, Dante menghampirinya dan menawarinya untuk mengajari cara berenang. Dari pertemuan singkat itu, keduanya menjadi akrab sebagai dua sahabat yang cocok karena mungkin sama-sama sedang merasakan hidup yang berbeda, walau dengan caranya masing-masing.


"Maybe we just lived between hurting and healing.”


Sepanjang buku, pembaca akan diajak menyelami kehidupan kedua remaja ini, terutama fokusnya adalah pada kehidupan Ari (yang menjadi porsi utama karena buku ini sendiri ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni si Ari sendiri). Si Ari ini (sebagaimana remaja umumnya) merasa dirinya tidak seperti remaja-remaja pada umumnya—hal yang sepertinya juga banyak dirasakan oleh rmaja-remaja lain seusianya. Terlahir sebagai adik yang terlambat (dia memiliki kakak yang selisih usianya lebih dari 10 tahun) dan memiliki abang yang masuk penjara, Ari merasakan bahwa dirinya tidak akan pernah bisa sama dengan yang lain. Sementara Dante, yah dia berbeda dalam artian dirinya adalah seorang remaja gay. Perasaan ter-alienisasi kedua remaja ini digambarkan dengan sedemikian puitisnya oleh penulis lewat untaian kata-kata berikut:


I’d never really been very close to other people. I was pretty much a loner. I’d played basketball and baseball and done the Cub Scout thing, tried the Boy Scout thing – but I always kept my distance from the other boys. I never felt like I was a part of their world.


Meskipun ini novel GLBT, namun nuansa persahabatan lebih mendominasi seluruh cerita, bahkan saya kira buku ini berisi lebih dari itu sendiri. Novel berjudul panjang dan unik ini seperti merangkum panduan bagi remaja dalam menghadapi perubahan dalam kehidupannya, yang semula anak menjadi menjelang dewasa dengan berbagai tanggung jawab yang menanti di depan. Tentang berbagai hal dan masalah baru yang telah menanti di depan: teman baru, tubuh yang berkembang, pacaran dan gadis-gadis, serta semua ikatan dengan keluarga. Semua hal rumit itu diuraikan dengan sedemikian indahnya oleh penulis lewat kehidupan Ari. Saya sangat senang dengan kedua orang tua mereka, baik orang tua Ari maupun orang tua Dante yang sedemikian mendukung anak-anak mereka dalam beranjak dewasa namun tetap menjaga agar keduanya tidak melewati batas-batasnya. Rasanya menyenangkan sekali punya Ibu yang sepertinya bisa memahami bagaimana rasanya menjadi remaja (yah ibunya Ari memang guru SMA sih, dan dia jadi tokoh favorit saya di buku ini).


“We don’t always make the right decisions, Ari. We do the best we can.”


Selain kisah kehidupan, pembaca juga akan dihibur oleh kisah persahabatan Dante dan Ari yang walau ditulis dengan dramatis namun dramatisasinya tidak terasa eneg atau berlebihan. Beberapa kejadian di dalam novel ini sepertinya biasa saja, tidak jauh berbeda dengan novel-novel young adult yang lain, yang berbeda adalah cara penulis menyajikannya dengan tulisan prosa yang puitis. Deretan kata-kata di buku ini seperti bernyanyi, dan kita akan turut diajak bersedih ketika kecelakaan itu terjadi, galau bersama Dante yang tengah kacau karena orientasi seksnya, mampu berempati kepada Ari yang tidak bisa mengakses rahasia gelap keluarganya sendiri, dan juga tertawa dengan tingkah laku Ari yang sering bikin ngakak ibunya ini:


“You know, Ari, if you really wanted to be a bad boy, you’d just do it. The last thing bad boys need is their mother’s approval.”

Nah, yang ini indah banget nih:


“Our parents are really weird,” he said.
“Because they love us? That’s not so weird.”



Lalu, akankah keduanya berhasil menemukan rahasia dari alam semesta? Apakah rahasia itu sebenarnya? Buku ini untuk Anda dan juga untuk mereka yang merasa berbeda, serta dibesarkan atau hidup dengan cara yang menurut masing-masing berbeda sehingga merasa kehilangan pegangan. Ngomong-ngomong, sampulnya keren ya.

“All this time I had been trying to figure out the secrets of the universe, the secrets of my own body, of my own heart. All of the answers had always been so close and yet I had always fought them without even knowing it.”

2 comments: