Judul: Cinder (Lunar Chronicles 1)
Pengarang: Marissa Meyer
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Pengarang: Marissa Meyer
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Proofread: Titish A.K.
Cetakan: 1, Januari 2016
Penerbit: Spring
Tebal: 383 hlm
Cetakan: 1, Januari 2016
Penerbit: Spring
Tebal: 383 hlm
Cinder
adalah perpaduan unik antara dongeng Cinderella, perangkat furutistik Robocop,
dan Putri Bulannya Sailor Moon. Plus, karena kebetulan saya seorang setengah exo-l, tambahkan juga pangeran
berponi, Kai wkwkwk. Dalam Cinder, penulis tidak sekadar mencipta
ulang dongeng Cinderella, namun juga memadupadankannya dengan kisah-kisah lain
lewat kreativitasnya sendiri sehingga dongeng ini menjadi rangkaian kisah yang
benar-benar baru nan seru. Beberapa bagian khas dalam dongeng aslinya tetap
dipertahankan, seperti pesta dansa dengan pangeran serta ibu tiri dan saudara
tiri yang jahat. Tapi dilakukan juga sejumlah modifikasi keren macam sepatu
kaca yang diganti menjadi kaki logam robotic serta mata Cinder yang mampu
mengakses jaringan Internet. Keren. Oh ya, Peonny, adik tiri Cinder, juga baik
banget sama Cinder.
Cinder mengambil setting di masa depan,
tepatnya di New Beijing, ibukota dari negara Persemakmuran Timur pada suatu
masa di masa depan. Kala itu adalah era setelah Perang Dunia Keempat, yang
menyisakan kerusakan parah dalam banyak hal sehingga sisa peradaban yang ada
kemudian menyatukan diri menjadi enam negara besar di Bumi. Kal itu, tentu saja
teknologi sudah sedemikian maju: mobil diganti dengan hover (semacam mobil terbang), robot android (robot berbentuk
manusia) dipekerjakan untuk mempermudah manusia, serta ada netscreen sebagai semacam smart phone masa depan. Selain manusia
dan android, ada juga kaum cyborg yang
merupakan manusia yang sebagian organ tubuhnya adalah robot. Nah, Cinder adalah
seorang cyborg, sekitar 36% tubuhnya
adalah robotic. Selain itu, Cinder dikenal sebagai mekanik terbaik di New
Beijing.
Tapi,
Cinder bukanlah cyborg sembarangan.
Ia memang tidak memiliki kelenjar air mata, tapi dia bisa merasakan kesedihan atau
cinta. Otaknya bisa terhubung langsung dengan jaringan Internet serta memiliki
kendali otomatis ketika tubuh Cinder terlalu panas (saat ditatap Pangeran Kai
misalnya) atau hendak meledak (seperti saat berseteru dengan Adri, ibu tirinya).
Bagian perasaan dalam tubuhnya tidak hilang, entah bagaimana orang yang
mengoperasi Cinder luar biasa pandainya sehingga Cinder yang seorang cyborg sama sekali tidak kehilangan sisi
kemanusiaan. Dalam banyak hal, Cinder (atau bahkan Iko, android keluarga milik
Adri) bahkan jauh lebih manusiawi ketimbang Adri si ibu tiri. Baik Cinder atau
keluarganya tidak ada yang tahu bagaimana Cinder bisa menjadi cyborg. Kejadiannya lama ketika Cinder
kecil dan konon mengalami luka parah sehingga harus diubah menjadi cyborg demi menyelamatkan hidupnya.
Lanjut
ke kisahnya, diceritakan bahwa walaupun Bumi sudah damai dan memiliki teknologi
maju, ancaman itu masih ada dalam bentuk wabah Levirosis yang telah merenggut
banyak nyawa penduduk Bumi. Belum ada dokter di Bumi yang berhasil menemukan
vaksin penawarnya. Selain wabah ini, Bumi juga terancam oleh orang-orang Bulan
yang dipimpin seorang ratu keji bernama Levana. Selain sangat berkuasa dan
licik, sang ratu dan orang-orang Bulan memiliki semacam sihir pesona untuk
membuat orang lain melihat apa yang ingin dia lihat atau melakukan apa yang diperintahkannya.
Ini semacam kemampuan menghipnosis namun kadarnya lebih kuat. Dan, Levana serta
orang-orang Bulan bisa menggunakannya dengan sesuka hati. Sudah sejak lama,
Levana mengincar Bumi dan perang di antara keduanya seperti sudah siap meletus.
Namun, Levana dengan liciknya mengatur siasat dengan mencoba berdamai dengan
salah satu negara di Bumi, yakni Perserikatan Timur. Salah satu caranya adalah
dengan menikah dengan Pangeran Kai, sang putra mahkota. Oh ya, konon wabah
Levirosis juga dibawa ke Bumi oleh orang-orang Bulan.
Kai,
masih 19 tahun dan berponi (*ngikik) tentu belum siap menanggung tugas berat
sebagai penerus Kekaisaran Perserikatan Timur. Namun, sang Ayahanda keburu
wafat akibat wabah leviroris sehingga kendali ada di tangannya. Sang pangeran
yang masih terlalu muda sudah lama menyelidiki tentang intrik-intrik Levana.
Dia percaya bahwa ahli waris sah Kerajaan Bulan (a.k.a sang Putri Bulan)—yang
kabarnya dihabisi secara keji oleh Levana lewat semacam peristiwa kebakaran saat
masih kecil—masih hidup. Bersama andoid kepercayaannya, Kai mencoba melacak
keberadaan sag Putri Bulan dari data-data rahasia. Suatu kali, andoid itu rusak
dan diam-diam Kai lalu membawa robot itu kepada Cinder. Itulah kali pertama
keduanya dipertemukan. Satu awal yang kemudian membawa cerita ini sampai ke
mana-mana. Kai dan Cinder, sama-sama terpesona satu sama lain hanya tidak dapat
saling mengungkapkan mengingat, yah satunya kaisar muda dan satunya lagi cyborg yang belepotan oli. Tapi, yah
begitulah Cinderella Story.
Hal
yang menjadikan Cinder lebih keren
dari Cinderella adalah kompleksnya
kisah yang ditawarkan dalam buku ini. Beragam modifikasi dan selipan kisah yang
disusun penulis malah semakin menjadikan cerita ini seru, terjemahan dan editan-nya juga enak
sehingga saya jujur susah untuk berhenti saat membaca buku ini. Asyiknya lagi.
Cinderella dengan setting futuristic ini kadar romansanya tidak berlebihan,
sebatas cinta-cinta unyu antara Kai dan Cinder; dengan puncak di pesta dansa
tentunya. Namun, jika di Cinderella pesta dansa adalah perayaan, dalam Cinder
pesta dansa hanyalah awal dari bencana perang besar yang siap-siap meletus
antara Bumi dan Bulan. Ketika pesta, muncul lagi beragam fakta yang mengejutkan
tentang Cinder: mengapa dia kebal dari wabah, mengapa system robotic di
tubuhnya sedemikian sempurna, dan mengapa dia juga mampu menolak pesona sihir
Levana. Buku ini malah semakin seru di endingnya. Jadi tidak sabar lagi membaca
Scarlet.
Negeri ini tumbuh dari persatuan banyak bangsa, banyak budaya, banyak cita-cita. Negeri ini ditopang oleh keyakinan abadi bahwa bersama-sama, kita sebagai kesatuan adalah kuat. Kita memiliki kemampuan untuk saling mencintai, apa pun perbedaan-perbedaan kita, untuk membantu satu sama lain, apa pun kelemahan kita. Kita memilih perdamaian daripada perang. Hidup daripada kematian. Kita memilih untuk memahkotai satu orang sebagai pemimpin, untuk membimbing kita, untuk menjunjung kita--bukan untuk memerintah, melainkan untuk melayani."
Boleh kan ya kalau saya ikut nge-fans sama Kai? Kya... kya ... kya wkwkwk
Lah buset, ending-nya...
ReplyDeleteNgahahahhahaha....
Mawo baca jugaakkk...
*lirik PR* entaran dikit tapi
:D
Antree ya buw
Deleteya ampuunn ternyata mas dion exotic #sambil ngedance call me baby :D
ReplyDeleteWakakak, ini malah lagi dengerin yang XOXO, tapi lebih suka yang kalem-kalem sih dari EXO.
DeleteMasdi, ini kenapa nyebut "poni" mulu sih? #manyun
ReplyDeleteMasdi ngefans sama ibu tiri aja noh, Kai is my book husband. *kekep Kai sambil nyisirin poninya*
Astagaaa. Aku baru baca review ini.
ReplyDeleteHuahahahaha. Ngefans sama Kai yaaa.
Buruan disikat habis tuh si Scarlet. Biar ketemu Wolf.... :D
Astagaaa. Aku baru baca review ini.
ReplyDeleteHuahahahaha. Ngefans sama Kai yaaa.
Buruan disikat habis tuh si Scarlet. Biar ketemu Wolf.... :D