Penulis: Francois Lelord
Penerjemah: Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penyunting: Nuraini Mastura
Cetakan: 1, November 2015
Sampul: Oesman
Tebal: 263 hlm
Penerbit: Noura Books
“Kebahagiaan pada dasarnya tergantung pada cara kita memandang sesuatu, seperti konsep gelas setengah penuh atau setengah kosong.” (hlm. 208)
Apa itu bahagia, bagaimana meraihnya? Mungkin, inilah pertanyaan
yang paling sering diutarakan oleh manusia modern, pertanyaan tentang
kebahagiaan. Di zaman ketika segala sesuatunya bisa dibilang ‘hampir semuanya
ada dan mudah’ seperti saat ini, rupanya pertanyaan tentang kebahagiaan masih
kerap mengemuka. Apa itu bahagia?
Sebuah pertanyaan sederhana tapi begitu panjang dan beragam jawabannya. Cobalah
tanyakan pertanyaan simpel itu kepada salah satu atau dua teman Anda, dan
bersiaplah menuliskan sebuah daftar panjang berisi kebahagiaan. Pada akhirnya,
bahagia bagi setiap orang adalah berbeda-beda, mulai dari yang sederhana
seperti memiliki rumah dan kebun sendiri hingga
yang pelik beraroma politik macam lebih
sulit untuk merasa bahagia di sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang
jahat. (hlm. 102)
Sepertinya,
memang belum ada rumusan yang tegas dan jelas mengenai definisi kebahagiaan. Tema
tentang kebahagiaan sendiri termasuk tema seksi bagi para ilmuwan pencari
kebahagiaan yang mencoba menyarikan kebahagiaan dalam format rumus atau
persamaan atau bahkan hitungan matematis. Hector adalah salah satunya. Pria
yang juga seorang psikiater ini tinggal di negara yang memiliki jumlah psikiater
jauh lebih banyak dibandingkan dengan di belahan dunia lain. Negara Hector juga
maju, keamanan dan kesehatan terjamin, bersih, dan sepertinya semua orang bisa
hidup makmur. Meskipun demikian, tetap saja Hector menerima sejumlah pasien
yang meminta pil darinya untuk melawan kesedihan, gundah-gulana, kegalauan
dalam kehidupannya. Hector berpikir, bahkan di negeri yang maju pun, masih
banyak orang yang tidak bahagia.
“Membuat perbandingan bisa merusak
kebahagiaan.” (hlm. 29)
Pengalaman
langsung bersama pasiennya inilah yang kemudian memunculkan semacam tanda Tanya
dalam diri Hector. Dia bahkan mulai mempertanyaan apakah dirinya juga sudah
bahagia meskipun pada kenyataannya dia memang layak disebut pria yang bahagia.
Hector memiliki pekerjaan yang dia sukai, memiliki Clara yang dia cintai, serta
tidak pernah mengalami masalah kesehatan atau gangguan jiwa yang serius. Tapi,
tetap saja, ada setitik ketidakbahagiaan yang muncul karena adanya
ketidakbahagiaan orang lain. Hati Hector pun tergerak. Dia harus mencari dan
menemukan apa itu sumber-sumber kebahagiaan nan sejati, untuk kemudian
menggunakan serta menyebarkannya ke sebanyak mungkin orang-orang. Maka,
pergilah Hector mengelilingi dunia untuk mencari kebahagiaan.
“Mengetahui dan merasakan adalah dua hal yang
berbeda. Merasakan adalah hal yang lebih penting.” (hlm 124)
Negeri Tiongkok sepertinya memang memiliki
aura khas yang dekat dengan hal-hal yang berbau kebijaksanaan hidup—termasuk pencarian
akan kebahagiaan. Ke negeri inilah Hector melakukan salah satu perjalanannya.
Di sebuah kota yang diapit pegunungan tinggi dan lautan, Hector bertemu dan
melihat serta mengalami banyak hal, yang kemudian ditakar serta dipandangnya lewat
kaca mata kebahagiaan. Orang-orang seperti Edouard dan Ying Li menunjukkan
kepada Hector betapa ragam kebahagiaan memang bervariasi bagi setiap orang dan
akan sangat susah untuk membuat semacam persamaan tentang kebahagiaan yang
dapat diterapkan pada setiap orang. Tetapi Hector tidak mau menyerah. Dalam
perjalanan solonya ke sebuah biara di puncak bukit, dia bertemu seorang biksi
tua yang sepertinya memahami upaya pencarian yang dilakukan Hector. Bukannya
memberikan jawaban atas pertanyaan kebahagiaan, si biksu malah meminta Hector
untuk kembali kepadanya ketika Hector sudah menemukan jawaban sempurna tentang
sumber-sumber kebahagiaan. “Kebijaksanaan
sejati adalah kemampuan untuk hidup tanpa melihat pemandangan seperti ini,
menjadi orang yang sama meskipun di dasar sumur sekalipun. Tetapi, hal itu,
tentu saja, tidak mudah dilakukan,” demikian ungkap sang biksu. Hector pun kembali
meneruskan perjalanannya.
“Kebahagiaan hadir ketika kita merasa
benar-benar hidup … (dan) mengetahui cara merayakan sesuatu.” (hlm 141)
Sebuah
negara yang kacau di Afrika menjadi tujuan Hector berikutnya. Di kawasan yang
rentan konflik bersenjata, korup, kacau, juga kering-gersang ini, sang
psikiater ingin menemukan sekiranya masih ada orang-orang yang bisa hidup
berbahagia. Perjalanan inilah yang paling mendebarkan sekaligus tak terlupakan
oleh Hector karena dia sempat mengalami sendiri pengalaman nyaris terbunuh
ketika dia disandera tanpa sadar oleh sebuah kelompok bersenjata. Terbebaskan
dari lubang jarum membuat Hector semakin menghargai kehidupan dan merayakannya—yang
kemudian, diketahuinya sebagai salah satu dari sumber-sumber kebahagiaan. Di tempat
yang sama, Hector juga menjumpai orang-orang yang sepertinya selalu memiliki
alasan untuk bisa berbahagia meskipun keadaan sedang tidak memungkinkan.
“Kebahagiaan adalah peduli terhadap kebahagiaan
orang-orang yang kita cintai.” (Hlm. 158)
Masih
ada beberapa lagi perjalanan Hector di buku ini, semuanya dituliskan dengan
asyik dan mudah diikuti. Berat tetapi disajikan dengan hemat serta sedikit
unsur kocak, menjadikan buku ini cukup asyik untuk dinikmati, sebelum pembaca
menyadari, ternyata kisah perjalanan Hector sudah berakhir. Kemudian,
kebahagiaan macam apakah yang ditemukan Hector? Apakah daftar jenis-jenis kebahagiaan
yang ditemukannya benar-benar bisa dikalkulasikan menjadi sebuah persamaan?
Sebagaimana Hector, kita semua bisa belajar dari buku ini bahwa menjadi bahagia
adalah sebuah perjalanan, bukan suatu tujuan. Karena mencoba untuk selalu berbahagia
sepanjang perjalanan pasti akan jauh lebih menyenangkan ketimbang terus menanti
kebahagiaan yang menunggu di ujung jalan. Lebih baik mencoba berbahagia, dan
kita akan berbahagia.
“Banyak orang yang
melihat kebahagiaan hanya berada di masa depan.” (hlm 39)
lagi baca buku ini nih, so far sih bagus bukunya semoga bisa cepet selesai bacanya ��
ReplyDeletelagi baca buku ini nih, so far sih bagus bukunya semoga bisa cepet selesai bacanya ��
ReplyDeletedaerah bali cari dmn ya?
ReplyDelete