Pengarang: Damian Dibben
Penerjemah: Ambhita Dhyaningrum
Penyunting: Esti Budihapsari
Cetakan: 1, 2015
Tebal: 387 hlm
Penerbit: Mizan Fantasi
Satu
lagi novel bertema perjalanan waktu meramaikan dunia buku fantasi Indonesia.
Kali ini, kita akan diajak bertualang bersama para penjaga sejarah untuk err
menjaga sejarah. Pertanyaannya, mengapa sejarah harus dijaga? Apa tugas para
penjaga sejarah ini? Dan, bagaimana tepatnya mereka menjaga sejarah ini? Sejarah
memiliki beberapa makna, yakni (1) sejarah untuk merujuk pada masa lampau
secara keseluruhan, dan (2) catatan/rekaman
dari berbagai kejadian yang telah berlangsung di masa lampau, yang tersusun
secara kronologis sejak awal mula keberadaan hingga saat ini. Terkait tugas para
penjaga sejarah ini, mereka harus memastikan agar sejarah yang telah berjalan
di masa lalu tetap berjalan sebagaimana mestinya sehingga tidak menggeser atau
mengubah kondisi zaman sekarang.
“Sekali
sesuatu sudah terjadi, kita tidak akan pernah bisa berusaha mengubah masa lalu.”
(hlm 109)
Seperti
kita tahun, masa sekarang merupakan bisa
menjadi seperti saat ini karena terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu di masa
lampau. Sebuah atau beberapa pergeseran besar di masa lalu konon dapat menyebabkan
masa sekarang menjadi tidak seperu masa yang sekarang. Sejarah ibarat jalan
yang bercabang ke berbagai arah, bukan garis lurus, sehingga ketika ujung
awalnya berubah, maka berubah pula ujung akhirnya. Inilah yang membuat para
penjelajah waktu tidak diperbolehkan terlibat atau aktif dalam peristiwa yang
sedang berlangsung di masa lampau agar mereka tidak mencampuri jalannya
sejarah. Sayangnya, selalu saja ada orang-orang yang memiliki kecenderungan
merusak. Tidak lain tujuan mereka adalah untuk menciptakan kekacauan dalam
linimasa sejarah. Inilah yang kemudian menjadi tugas utama para penjaga
sejarah, yakni untuk melindungi jalannya sejarah dari orang-orang seperti itu.
“Sejarah itu sakral. Masa lalu
mungkin penuh dengan kengerian, tapi ingat Jake, kengerian itu bisa ribuan kali
lebih buruk. Zedlt dan orang-orang sepertinya berhasrat menjadikan dunia ini
lebih suram dan jauh lebih kejam. Mereka ingin menghancurkan sejarah kita.” (hlm 109)
Jake Djones yang berusia 14 tahun
sama sekali tidak mengetahui kalau kedua orang tuanya adalah para agen-agen
penjaga sejarah. Sampai suatu ketika, kedua orang tuanya lenyap dan tiba-tiba
saja Jake diculik sekelompok orang asing untuk menaiki kapal. Hampir saja Jake
mengira dirinya diculik kalau saja Bibi Rose-nya tidak ikut serta dalam kapal
tersebut. Di sini lah semua berawal. Jake mulai mengetahui rahasia tentang
orang tuanya, tentang cara kerja para penjaga sejarah, tentang perjalanan waktu,
dan juga tentang kemampuannya yang mampu menembus flux waktu. Jake mewarisi
penglihatan belah ketupat dari kedua orang tuanya atau dengan kata lain, dia
juga bisa melakukan perjalanan waktu. Kemudian, berlayarlah mereka menuju Point
Zero yang merupakan markas pusat para penjaga sejarah.
“Sejarah
mengikat semuanya jadi satu. Sejarah adalah lem yang merekatkan semuanya agar
menjadi utuh. Semuanya! Sejarah menciptakan peradaban yang beradab. Dan kita
menyelamatkan sejarah. Kita, penjaga sejarah.” (hlm 151)
Point
Zero dibangun di monument Gunung Saint Michell yang ada di pesisir Prancis pada
tahun 1820. Jadi, markas pusat para penjaga sejarah ini tidak hanya didirikan
di suatu tempat, tapi juga di suatu waktu (karena mereka adalah para agen
penjelajah waktu itu sendiri). Tahun1820 dipilih karena masa itu merupakan masa
peralihan dari dua rentang masa kekacauan di Eropa, sebuah masa tenang di
antara dua masa yang penuh hiruk pikuk perang dan perkembangan Revolusi
Industri. Jadi, para agen ini tinggal dan beroperasi di Kastil Gunung St.
Michell dari tahun 1820, dan ketika waktu telah berjalan mendekati tahun 1830,
semua agen akan bersama-sama melompati waktu dan kembali ke tahun 1820.
Demikian seterusnya. Setiap masa memiliki agen penghubungnya sendiri, yang akan
melacak dan memandu para agen penjaga sejarah yang dikirimkan ke masa tersebut
ketika terjadi semacam kekacauan sejarah. Unik kan?
“Sejarah
bisa menjadi lebih gelap dari yang kau bayangkan.” (hlm 152)
Cara melakukan
perjalanan waktu di buku ini juga unik, lebih tepatnya sih ribet. Jika di
kisah-kisah time travelling lain
biasanya menggunakan portal waktu atau lubang cacing, maka di buku ini cara
berpindah melompati waktu adalah dengan meminum semacam cairan khusus yang
berisikan ‘sejarah’. Bagaimana ceritanya linimasa sejarah yang sedemikian
panjang itu tersimpan dalam saripati minuman? Biarlah penulis sendiri yang akan
menjelaskannya di buku ini. Saya bisa memahami logika perjalanan waktu ini saat
membacanya, tapi kalau menjelaskan bagaimana meminum cairan dan meluncur ke
amsa lampau melewati titik-titik horizon, biarlah penulis yang menjelaskan.
Jadi, setelah meminum cairan tertentu, para penjaga sejarah harus menuju
titik-titik horizon yang ada di tengah laut gengan kapal khusus untuk kemudian
melompat ke masa lalu. Sederhananya seperti itu. Saya masih bingung, bagaimana
si kapal—yang notabene tidak ikut minum cairan—bisa ikut berpindah ke masa
lampau.
Kembali
ke Jake yang kemudian sudah dibawa ke Point Zero di tahun 1820. Untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua orang tuanya, tiga agen—yang
baru saja dikenal Jake—dikirim ke Venesia pada tahun 1506. Pada masa itulah
keduanya dilaporkan menghilang setelah sebelumnya mengirimkan pesan “KODE UNGU”
alias keadaan gawat ke markas pusat. Para musuh tengah menyiapkan sesuatu yang
konon akan mengubah jalannya sejarah dunia di Venesia tahun 1506 dan ketiga agen
itu harus mencegah para penjahat sekaligus mengetahui apa yang terjadi pada
kedua orang tua Jake. Merasa bahwa dirinya harus ikut ambil bagian, diam-diam
Jake menyelinap ke kapal misi dan akhirnya terpaksa mengikuti misi ke tahun
1506 yang sekaligus menjadi awal dari petualangannya sebagai seorang agen
penjaga sejarah.
“Kalau kau mau pendidikan, dunia
ini adalah tempat di mana kau akan menemukannya.” (hlm 30)
Menulis
sebuah kisah tentang time travelling bisa
dibilang cukup sulit mengingat banyaknya potensi lubang jebakan dan bolong
logika yang sering muncul ketika penulisnya tidak teliti.Perjalanan waktu
sendiri masih menjadi sesuatu yang kontroversial di kalangan ilmuwan. Jika kita
mengubah masa lalu, apakah perubahan sebuah peristiwa di masa lalu benar-benar mengubah
kondisi masa sekarang? Misalnya: seandainya si penjelajah waktu bisa mencegah
Amerika Serikat agar tidak menjatuhkan bom abom ke Hiroshima dan Nagasaki pada
tahun 1945, apakah Indonesia masih dijajah Jepang sampai sekarang, ataukah
Indonesia masih sama seperti saat ini? Begitu juga di buku ini, banyak sekali
lubang-lubang logika terkait perjalanan waktu yang muncul, belum lagi berbagai
fakta sejarah yang sepertinya bertimpukan satu sama lain. Misalnya saja,
benarkah masa sekarang yang sekarang ini memang masa sekarang yang benar dan
bukan masa sekarang yang salah? Bingung kan? Sama hahaha.
Sejarah
memang menakjubkan …. Seperti halnya bintang. Makin kau lihat, makin banyak
yang kau temukan.” (hlm 259)
Tapi, sebuah karya yang bagus harus
mampu membekap mulut usil si pembaca dengan cara mengalihkan perhatian si
pembaca, yakni dengan alur yang seru. Buku ini membuktikannya, saya tidak
terlalu rewel saat membacanya karena sibuk larut dalam petualangan Jake dan
kawan-kawannya melompati waktu ke tahun 1502. Saya terpesona dengan setting era
Renaissance yang tergambar indah di buku ini, juga bangunan-bangunan kastil di
Eropa dengan pengunungan Alpen bersaljunya. Ceritanya sendiri bergerak cepat,
membikin penasaran, dan sarat akan aksi (meskipun aksi di bab-bab terakhir membuat
saya mulai bawel karena transformasi Jake Djones yang terlalu mendadak dari remaja
biasa menjadi agen istimewa). Terselip juga banyak pengetahuan baru tentang
sejarah Abad Pertengahan Eropa di buku ini. Saya tidak sabar membaca
petualangan Jake dan para agen penjaga sejarah lainnya ketika mereka melompat
ke masa-masa sebelum Masehi. Pasti seru sekali.
nice dehhh history nya
ReplyDeleteObat Serba Guna
Apotek Jelly Gamat Gold G
Obat Liver Alami