Search This Blog

Thursday, October 29, 2015

19 Jurus Penulis Sukstres



Judul: 19 Jurus Penulis Sukstres
Penyusun: Mayoko Aiko,Ceko Spy, dkk
Penyunting: Monika Anggen dan Eva Sri Rahayu
Proffreader: Tim Universal Nikko
Sampul: Zamal Martian
Tebal:270 hlm
Cetakan: 1, Agustus 2015
Penerbit: Universal Nikko   
           

 26140751

 Menjadi penulis adalah sebuah kebanggaan tersendiri di zaman ketika ‘eksis itu dibuktikan dengan karya’ seperti saat ini. Rasanya, ada beda (tapi secara positif) ketika kita bisa mengganti foto profil atau avatar kita di media social dengan gambar sampul buku yang kita tulis. Sementara yang lain masih heboh foto mecucu dan sok imut tapi gagal, kita sudah bisa berbangga hati tanpa harus menunjukkan wajah ganteng/cantik kita di avatar; cukup unggah saja itu sampul buku karya kita. Semoga like segera bertebaran. Memang, menjadi penulis yang bukunya diterbitkan adalah semacam keistimewaan yang layak diacungi jempol di era medsos seperti saat ini sehingga wajar jika semakin banyak yang ingin berkarya dan bukunya diterbitkan.

                “Bagaimanapun, yang berani atau mau mencoba pasti bisa!” (hlm. 1)

                Namun, sebagaimana hal-hal besar lainnya, menulis sebuah buku bukanlah proses yang mudah. Ada begitu banyak tantangan, rintangan, bekal, latihan, serta stok ketekunan yang harus dimiliki para calon penulis. Judul buku ini sendiri (19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres) dengan sangat baik mengambarkan jalan kesuksesan seorang  penulis yang kadang memang bikin stres. Banyak yang kemudian layu sebelum bahkan sempat bergoyang(?) Penolakan dari penerbit, mati ide, hingga kemalasan; masih banyak lagi hal-hal berat yang siap menanti di tepian jalan sunyi menjadi penulis ini. Karena itu, dibutuhkan adanya semacam panduan praktis bagi para calon penulis yang ingin terjun dalam dunia tulis menulis, dan buku ini adalah salah satu yang saya rekomendasikan untuk dibaca para penulis pemula.

                “Menulis teenlit tidak harus selalu dengan bahasa gaul. Menulis teenlit  dengan menggunakan bahasa yang baku—yang sesuai dengan EYD—pada narasi-narasinya juga tidak menjadi masalah. Namun, narasi yang baku harus tetap diramu sedemikian rupa sehingga tidak terkesan membosankan, juga kaku.” (hlm. 19)

                Berisi sembilan belas tulisan dari sembilan belas penulis yang mumpuni di bidangnya masing-masing, buku ini akan menjadi panduan yang ringkas namun sangat berguna. Masing-masing bab ditulis oleh ahlinya, yang merupakan saripati pengalaman dan pengetahuan para penulis yang telah banyak berkarya serta berkecimpung dalam dunia tulis menulis. Uniknya lagi, banyak sekali jenis tulisan yang dibahas (walau hanya secara singkat) di buku ini, mulai dari menulis cerita roman hingga fanfic. Pada bab Jurus Dasar Menulis Novel misalnya, diuraikan secara terperinci langkah-langkah dalam menulis novel. Mulai dari teknis penulisan, urut-urutan dalam sebuah cerita, hingga proses menerbitkannya. Mungkin agak terlalu ringkas, tapi saya rasa cukup sebagai semacam pengetahuan awal bagi para penulis pemula.

                “Faktanya, kau tak akan pernah tahu keinginan dan selera (setiap) pembaca. Dan penulis tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang dengan cerita yang ditulisnya. So kalau ada kritik yang datang berkenaan dengan cerita yang kau buat…itu wajar-wajar saja dan menjadi hak pembaca. Tugasmu cuma menulis ….” (hlm. 32)

                Bab Jurus Menulis Horor Mistis juga cukup berisi, saya mendapatkan banyak jurus baru yang selama ini belum pernah saya dengar. Bab ini dituliskan secara runtut dan teratur, sehingga mudah dan enak diikuti. Misalnya saja, teknik membangun ketegangan cerita serta tip-tip menyeramkan cerita tanpa membuat pembaca bosan. Selain itu, di bab-bab lain kita akan disuguhi dengan aneka jurus menulis macam-macam genre cerita, mulai dari teenlit, romance, horor komedi, hingga menulis puisi tanpa teori. Ada juga bab khusus tentang fanfiction (meskipun kurang dibahas bagian legal atau tidaknya jenis karya seperti ini), menulis memoar, dan personal literature. Di bagian belakang, buku ini dilengkapi dengan tambahan tips penting dalam dunia menulis, di antaranya cara memilih judul yang laku, tips menembus media, hingga cara cerdik memenangkan lomba menulis. Plus, ada daftar istilah dalam penulisan storyline/script iklan dan contoh storyboerad iklan. Lihat kan, buku ini lengkap banget isinya.

                Keunggulan buku ini terletak pada penyampaian materinya yang simple, ringan, tapi tetap berisi. Dituliskan dengan gaya bahasa khas anak muda sehingga tidak terkesan menggurui, buku ini cocok dibaca oleh para penulis pemula. Apalagi banyak tambahan corcol kekinian di beberapa bab sehingga menjadikan tulisannya fresh dan beda. Saya juga suka penataan isinya yang meriah tapi tetap nyaman dibaca. Jadi, di setiap bab, tata isinya beda-beda, disesuaikan dengan tema atau jenis tulisan yang tengah dibahas sehingga mata ini tidak bosan karena harus menatap latar yang melulu putih semi buram—meskipun saya sangat menyukai jenis kertas ini. Hanya saja, khusus untuk bab Jurus Menulis Non Fiksi yang Dilirik Penerbit, saya rasa latar belakangnya terlalu ramai sehingga kadang bikin susah dibacanya *atau mata saya yang mulai rewel ya?

                Kekurangan buku ini mungkin hanya pada pembahasannya yang kurang detail, meskipun ada beberapa bab yang sudah cukup detail dan memberikan banyak informasi. Ini bisa dimaklumi mengingat karya ini merupakan naskah keroyokan dan setiap penulis hanya diberi jatah menulis satu bab (yang cenderung pendek). Tapi, untuk sebuah buku panduan memasuki dunia tulis-menulis, buku ini sudah cukup memadai untuk dibaca para penulis pemula. Paling tidak, buku ini bisa jadi semacam penyemangat bagi para penulis pemula untuk mulai menapaki dunia kepenulisan (*haseg bahasanya). Karena, ketakutan itu lebih seringnya karena kita belum tahu. Setelah tahu, kita jadi lebih yakin dan percaya diri dalam melangkah ke depan. Semangat menulis, teman-teman. Terima kasih atas buntelannya, Mbak Eva.

                “Tak ada tulisan yang benar-benar salah ketika dituliskan. Kesalahan justru ada pada orang yang memiliki keinginan menulis tetapi tidak pernah berani memulai menulis akibat ketakutannya sendiri.” (hlm. 250)

gambar: goodreads.com

5 comments: