Pengarang: JK Rowling
Penerjemah: Listiana Sirsanti
Tebal: 144 hlm
Cetakan: 1, Maret 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kumpulan cerita The Tales of Beedle the Bard sempat disebut dalam buku ketujuh seri
Harry Potter, The Deathly Hallows. Buku
kumpulan dongeng untuk anak-anak penyihir inilah yang kemudian memandu Harry,
Ron, dan Hermione untuk mengungkap cara mengalahkan Voldermort. Seperti seri koleksi
perpustakaan Hogwarts yang terlebih dulu dibukukan (Quiditch Dari Masa ke Masa dan Hewan-hewan Ajaib dan di mana Kita Bisa Menemukannya), Rowling
kemudian menyihir buku ini sehingga mewujud nyata di dunia muggles sehingga kita sebagai kaum nonsihir pun bisa membacanya.
Jika anak-anak muggles mengenal seri kumpulan dongeng dunia karya Andersen atau
cerita rakyat Nusantara, maka dunia sihir Eropa juga memiliki buku dongengnya
sendiri. Ditujukan untuk dibacakan kepada anak-anak penyihir, Beedle the Bard
menyusun sebuah buku kumpulan dongeng sihir yang kemudian menjadi sedemikian
terkenal di dunia sihir. Hampir tidak ada anak pemyihir yang belum pernah
membacanya (kecuali Harry dan Hermione tentunya, bahkan Ron pun sudah hafal
isinya) sebagai bahan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan dalam dunia
sihir.
Terdiri atas 5 dongeng pendek, buku The Tales of Beedle the Bard memang
dirancang untuk mengenalkan nilai-nilai bijak ilmu sihir kepada anak-anak,
meskipun beberapa di antaranya bisa dibilang terlalu ‘kelam’ untuk bisa disebut
sebagai dongeng untuk anak. Tapi, yah, dunia sihir kan punya aturannya sendiri.
Pada masing-masing dongeng, dilengkapi oleh catatan Profesor Dumbledore tentang
dongeng tersebut. Dari catatan ini, kita bisa tahu kisah ganjil serta
upaya-upaya konspirasi di balik sebuah dongeng serta perjalanan panjang kelima
dongeng tersebut dari abad kelima belas hingga akhirnya direview oleh
Dumbledore.
1. Penyihir
dan Kuali yang Melompat
Dalam catatannya, Dumbledore
menyebut dongeng ini sebagai dongeng yang promunggles. Alkisah ada seorang
penyihir muda yang pelit dan tidak mau membantu tetangga muggle-nya yang
kesusahan. Untungnya, mendiang ayahnya mewariskan sebuah kuali aneh untuk
mengingatkan si penyihir muda tentang kewajibannya membantu orang yang
membutuhkan.
2. Air Mancur Mujur Melimpah
Seperti kebanyakan pembaca yang
lain, saya sangat menyukai dongeng kedua ini. Konon, ada air mancur yang mampu
membuat siapa pun yang mandi dengan airnya menjadi orang yang beruntung
sepanjang hidup. Tiga orang penyihir dan seorang ksatria lemah terpilih sebagai
kandidat, tapi mereka harus melewati 3 ujian sebelum mencapai air mancur itu.
Dongeng ini adalah yang paling mirip dengan dongeng versi muggle, dengan petuah
popular bahwa keberuntungan sejatinya adalah hasil perjuangan dan ketekunan.
3. Hati
Berbulu
Dongeng ketiga ini adalah yang
paling kelam karena melibatkan kisah tentang mutilasi. Dalam catatannya,
Dumbledore menyebut bahwa dongeng ketiga ini paling disukai oleh komplotan pelahap maut sehingga upaya revisinya
sering sekali ditentang. Ada bagian yang mirip dengan cara kerja hocrux sehingga nuansa kelamnya makin pekat.
4. Babbitty Rabbitty and Her Cackling Stump (Saya
lupa terjemahannya, maaf)
Dalam catatannya, dongeng keempat
ini seperti hendak menunjukkan kelebihan kaum penyihir terhadap para muggles. Seorang
raja menginginkan dirinya menjadi seorang penyihir, begitu berambisinya dia
sehingga dia dibutakan oleh keinginannya itu. Sampai-sampai dia tidak sadar
bahwa dirinya ditipu. Dari dongeng ini, pembaca bisa lebih tahu tentang proses
pewarisan ilmu sihir, bahwa sihir adalah diwariskan lewat keturunan, tetapi
tidak bisa dimunculkan begitu saja. Para muggles yang bisa sihir rata-rata
memiliki leluhur jauh yang dulunya juga adalah seorang penyihir.
5. Kisah
Tiga Saudara
Kisah terakhir ini adalah yang
dilukiskan dengan luar biasa bagus dalam film Harry Potter and the Deathly Hallows part 1. Alkisah, ada tiga
saudara yang berusaha “menipu” kematian dengan meminta 3 pusaka. Kakak pertama
meminta tongkat sihir Elder, kakak kedua meminta batu kebangkitan, sementara
yang paling bungsu meminta jubah gaib. Para pembaca yang sudah khatam film dan
novelnya pasti sudah tahu kalau 3 pusaka itulah yang disebut deathly hallows. Dalam catatannya yang
panjang, Dumbledore menjelaskan adanya kemungkinan bahwa tiga pusaka itu memang
benar-benar ada.
Buku yang sangat tipis, langsung
habis dibaca dalam sekali duduk, tetapi sangat menghibur sekaligus menambah
pengetahuan. Terutama dengan catatan dari Dumbledore yang membuat buku ini
semakin berisi. Paling tidak, buku ini bisa jadi obat kangen sama dunia sihir
setelah Rowling menegaskan tidak akan lagi membuat sekuel Harry Potter.
No comments:
Post a Comment