Search This Blog

Monday, October 26, 2015

Tales of Beedle the Bard

Judul: Tales of Beedle the Bard
Pengarang: JK Rowling
Penerjemah: Listiana Sirsanti
Tebal: 144 hlm
Cetakan: 1, Maret 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



6368699


                 

              Kumpulan cerita The Tales of Beedle the Bard sempat disebut dalam buku ketujuh seri Harry Potter, The Deathly Hallows. Buku kumpulan dongeng untuk anak-anak penyihir inilah yang kemudian memandu Harry, Ron, dan Hermione untuk mengungkap cara mengalahkan Voldermort. Seperti seri koleksi perpustakaan Hogwarts yang terlebih dulu dibukukan (Quiditch Dari Masa ke Masa dan Hewan-hewan Ajaib dan di mana Kita Bisa Menemukannya), Rowling kemudian menyihir buku ini sehingga mewujud nyata di dunia muggles sehingga kita sebagai kaum nonsihir pun bisa membacanya.

            Jika anak-anak muggles mengenal seri kumpulan dongeng dunia karya Andersen atau cerita rakyat Nusantara, maka dunia sihir Eropa juga memiliki buku dongengnya sendiri. Ditujukan untuk dibacakan kepada anak-anak penyihir, Beedle the Bard menyusun sebuah buku kumpulan dongeng sihir yang kemudian menjadi sedemikian terkenal di dunia sihir. Hampir tidak ada anak pemyihir yang belum pernah membacanya (kecuali Harry dan Hermione tentunya, bahkan Ron pun sudah hafal isinya) sebagai bahan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan dalam dunia sihir.

            Terdiri atas 5 dongeng pendek, buku The Tales of Beedle the Bard memang dirancang untuk mengenalkan nilai-nilai bijak ilmu sihir kepada anak-anak, meskipun beberapa di antaranya bisa dibilang terlalu ‘kelam’ untuk bisa disebut sebagai dongeng untuk anak. Tapi, yah, dunia sihir kan punya aturannya sendiri. Pada masing-masing dongeng, dilengkapi oleh catatan Profesor Dumbledore tentang dongeng tersebut. Dari catatan ini, kita bisa tahu kisah ganjil serta upaya-upaya konspirasi di balik sebuah dongeng serta perjalanan panjang kelima dongeng tersebut dari abad kelima belas hingga akhirnya direview oleh Dumbledore.

1. Penyihir dan Kuali yang Melompat
            Dalam catatannya, Dumbledore menyebut dongeng ini sebagai dongeng yang promunggles. Alkisah ada seorang penyihir muda yang pelit dan tidak mau membantu tetangga muggle-nya yang kesusahan. Untungnya, mendiang ayahnya mewariskan sebuah kuali aneh untuk mengingatkan si penyihir muda tentang kewajibannya membantu orang yang membutuhkan.

2.  Air Mancur Mujur Melimpah
            Seperti kebanyakan pembaca yang lain, saya sangat menyukai dongeng kedua ini. Konon, ada air mancur yang mampu membuat siapa pun yang mandi dengan airnya menjadi orang yang beruntung sepanjang hidup. Tiga orang penyihir dan seorang ksatria lemah terpilih sebagai kandidat, tapi mereka harus melewati 3 ujian sebelum mencapai air mancur itu. Dongeng ini adalah yang paling mirip dengan dongeng versi muggle, dengan petuah popular bahwa keberuntungan sejatinya adalah hasil perjuangan dan ketekunan.

3. Hati Berbulu
            Dongeng ketiga ini adalah yang paling kelam karena melibatkan kisah tentang mutilasi. Dalam catatannya, Dumbledore menyebut bahwa dongeng ketiga ini paling disukai oleh komplotan pelahap maut sehingga upaya revisinya sering sekali ditentang. Ada bagian yang mirip dengan cara kerja hocrux  sehingga nuansa kelamnya makin pekat.

4.  Babbitty Rabbitty and Her Cackling Stump (Saya lupa terjemahannya, maaf)
            Dalam catatannya, dongeng keempat ini seperti hendak menunjukkan kelebihan kaum penyihir terhadap para muggles. Seorang raja menginginkan dirinya menjadi seorang penyihir, begitu berambisinya dia sehingga dia dibutakan oleh keinginannya itu. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa dirinya ditipu. Dari dongeng ini, pembaca bisa lebih tahu tentang proses pewarisan ilmu sihir, bahwa sihir adalah diwariskan lewat keturunan, tetapi tidak bisa dimunculkan begitu saja. Para muggles yang bisa sihir rata-rata memiliki leluhur jauh yang dulunya juga adalah seorang penyihir.

5. Kisah Tiga Saudara
            Kisah terakhir ini adalah yang dilukiskan dengan luar biasa bagus dalam film Harry Potter and the Deathly Hallows part 1. Alkisah, ada tiga saudara yang berusaha “menipu” kematian dengan meminta 3 pusaka. Kakak pertama meminta tongkat sihir Elder, kakak kedua meminta batu kebangkitan, sementara yang paling bungsu meminta jubah gaib. Para pembaca yang sudah khatam film dan novelnya pasti sudah tahu kalau 3 pusaka itulah yang disebut deathly hallows. Dalam catatannya yang panjang, Dumbledore menjelaskan adanya kemungkinan bahwa tiga pusaka itu memang benar-benar ada.

            Buku yang sangat tipis, langsung habis dibaca dalam sekali duduk, tetapi sangat menghibur sekaligus menambah pengetahuan. Terutama dengan catatan dari Dumbledore yang membuat buku ini semakin berisi. Paling tidak, buku ini bisa jadi obat kangen sama dunia sihir setelah Rowling menegaskan tidak akan lagi membuat sekuel Harry Potter.

No comments:

Post a Comment