Sementara saya membaca
Istanbul-nya Pamuk yang tak selesai-selesai itu, otak saya membutuhkan sesuatu
selingan penyegar. Semacam buku ringan yang mampu memacu semangat baca lagi
seiring dengan ikut melambatnya kecepatan baca saya selama menyelami kemuraman
Istanbul. Akhirnya Summer Breeze dan Hoigh School Paradise karya Orizuka
menjadi pilihan saya. Pilihan saya tidak salah, kedua buku itu cukup menghibur
saya (walau enggak menghibur banget, mungkin karena usia kali ya) sebagai
penghilang aura muram dan lambat yang dibawa oleh Istanbul. Kedua novel remaja
ini bisa saya rampungkan dalam waktu yang lumayan cepat, tipis sih tapi isinya
memang memorable dan cara bercerita
khas Orizuka yang lincah membuat kecepatan baca saya ikut-ikutan lincah.
(Summer Breeze | Orizuka | 216, cet. 1, 2008 | Puspaswara)
Saya membaca High School Paradise dan baru kemudian Summer Breeze. Saya lebih suka buku yang
kedua, selain karena nggak ada sambungannya, juga karena kedalaman karakternya.
Ada Ares (bukan dewa Ares, tapi Antares—yang rasi bintang itu) yang karakternya
nggak overdosis manis kayak di High
School Paradise. Temanya pun unik, tentang dua saudara kembar cowok yang
berbeda 180 derajat satu sama lain. Antares anak bengal, bodoh, ngeyeh, dan suka membantah orang
tua. Adik kembarnya, Orion, adalah
antitesa dari Ares. Orion ini jago basket, pandai di kampus, dan patuh; tipikal
anak yang membanggakan orang tua. Orizuka dengan cantik membenturkan kedua
karakter yang bertolak belakang ini lewat seorang gadis bernama Reina.
Kalau di cerita-cerita biasa,
Orion pasti akan dipilih oleh Reina. Tapi ini novel, kurang menarik kalau
lempeng saja, jadi Orizuka membuat Reina memilih Ares. Spoiler, eh maaf, tapi
sebenarnya dari blurb di belakang
novel ini pun sudah bisa ditebak kok Reina ini maunya sama siapa. Cewek kan
kalau di novel lebih suka sama pacar yang model badboy gitu. Kejutan utama di novel ini bukan pada siapa yang
dipilih Reina, tetapi alasan apa yang membuat Reina (dan juga pembaca) memilih
Ares alih-alih Orion yang serba sempurna. Bagaimana Orizuka seperti beralur
mundur dengan masa lalu Aries, dan membuat pembaca jatuh cinta sama karakter
yang tak sempurna ini. Saya dan dua rekan sekantor kompak berpelukan sampai di
ending novel ini. Halah .
(High School Paradise |
Orizuka | 178 hlm, 2006 | Puspaswara)
Untuk High School Paradise, settingnya di SMA dengan tokoh utama 4 cowok
kece yang jadi idola sekolah. Sekali lagi, Orizuka menambahi bumbu bad boy pada keempat cowok ini dengan
menjadikan mereka 4 siswa yang paling sering dihukum karena terlambat. Setiap
pagi, sudah jadi pemandangan umum melihat 4 siswa teladan (dan telatan) ini
dihukum di tengah lapangan karena telat. Keadaan mungkin akan seperti ini terus
sampai Dora diwisuda kalau saja tidak ada dua anggota baru yang menemani 4 pemuda
ini dihukum. Suatu pagi, tanpa kabar dan pertanda, tahu-tahu saja mereka sudah
berenam di lapangan. Dan, cerita serunya dimulai di sini.
Orizuka selalu berhasil membuat sesuatu yang khayalan banget
menjadi benar-benar enak untuk dinikmati. Gabungan antara empat cowok badboy
yang keren, udah gitu cerdas, udah gitu setia kawan, udah gitu rangking
pararel, udah gitu jago maen bola: sungguh sebuah kesempurnaan yang terlampau
lengkap.
Keempat anak badung ini kata penulisnya tidak ada kaitannya dengan F4,
dan saya memang tidak menemukan persamaan diantara keduanya, selain penampakan
fisiknya. F4 terlalu flamboyant, sementara 4 cowok di High School Paradise ini terasa lebih manusiawi dengan berbagai
problema masing-masing. Nando, Syd, dan dua lagi saya lupa *plak. Orizuka sudah
berbaik hati tidak menjadikan 4 cowok ini terlampau sempurna, tapi beberapa
bagian dari mereka sepertinya masih terasa berlebihan. Di antaranya adalah Syd
yang dalam bayangan saja kok tampak lebih seperti cewek ketimbang cowok
(terutama dengan histerianya). Paling menyita perhatian bagi saya adalah Nando
dan Julia, dua tokoh ini sangat mewarnai novel ini.
Sebenarnya, masih banyak karakter yang belum digarap kuat. Sangat jauh
bila dibandingkan dengan 4R. Tapi, karena cara bertutur
Orizuka yang asyik, pembaca seperti tersihir untuk mengabaikan itu semua dan
memilih untuk menikmati ceritanya. Saya juga.
Awal kenal sama Orizuka itu gara-gara Summer Breeze yang di baca waktu SMA dan diakhiri dengan mewek, hehehe kalau diingat-ingat lucu juga sih :D
ReplyDelete