Search This Blog

Tuesday, February 17, 2015

Miminlicious, Tak Ada Mimin yang Tak Retak

Judul : Miminlicious, Tak Ada Mimin yang Tak Retak
Penulis : Admin Jacob @divapress01
Penyunting  : Meti Item
Ilustrator  :  Triastanto S
Sampul   : Aan
Tata Letak : Violet Fitria
Cetakan  : 1, januari 2015. 212 hlm
Penerbit   : DIVA Press

           

                “Enak ya kayaknya kerja jadi admin, seharian Cuma facebook-an sama twitteran, jawabin an godain followers.”
                “Andai aku jadi admin dan dibayar, sungguh itu adalah pekerjaan paling menyenangkan sedunia.”
                “Enak banget, lu, Min, kerjaannya Cuma cuap-cuap doang pake internet, ngak perlu mikir.” (hlm 3)
                Benarkah seperti itu? Coba kita baca dulu buku ini. Profesi admin alias administrator tergolong jenis pekerjaan yang baru muncul di era internet, terutama di masa menjamurnya media-media sosial. Admin adalah orang (atau orang-orang) yang berada di balik sebuah akun. Mereka bertugas mengisi dan menjalankan sebuah akun di media sosial, bisa Twitter, Facebook, blog, dan lain sebagainya. Kecenderungan terbaru, banyak perusahaan mulai melirik media sosial sebagai salah satu tempat promosi, dan kelebihannya adalah promosinya gratis. Cukup membayar koneksi internet, perusahaan bisa mengiklankan produk-produknya kepada pasar, yakni para pengguna internet yang memiliki media sosial. Begitu banyaknya perusahaan menghasilkan begitu banyak akun dengan mimin-miminnya masing-masing. Semua berlomba beriklan di dunia maya, menjadikan internet penuh dengan iklan dan selebaran. Pengguna internet pun jenuh.

                “Kami sadar, sudah saatnya mimin-mimin tidak hanya numpang iklan di linimasa, tetapi juga berusaha lebih dekat dengan para pembaca dan pelanggannya.” (hlm 212)

                Teknik inilah yang dipakai oleh akun penerbit @divapress01 untuk berpromosi sekaligus berkreasi. Tahun 2013, penerbit ini mengangkat dua jenis Admin, yang cowok namanya Admin Jacob (konon dia terobsesi pengen mirip Jacob Black) dan Mimin Andah (sekarang digantikan oleh MinLev). Kedua Admin ini sama-sama anonim dan sama-sama koplaknya. Kalau teman-teman sering kesasar ke Facebook atau Twitter penerbit DIVA Press, pasti langsung kejungkel baca tingkah polah duo mimin edan itu. Buku ini sendiri adalah salah satu pembuktian, pembuktian bahwa keduanya memang gila, tapi gila dalam arti yang positif dan kreatif. Dan justru dengan menjadi “gila” itulah akun @divapress01 bisa melonjak naik dan mulai dikenal di lini masa.

                Sebelum kemunculan MinCob, bisa dibilang hanya akun-akun humor saja yang adminnya slengean. Admin-admin dari teman-teman penerbit rata-rata masih kalem dan sopan, belum rusak kayak MinCob.  Kedatangan MinCob dan Mindah sendiri adalah sebuah revolusi di dunia permimiminan, tepatnya revolusi rusak.” (hlm 211)

                Tuh, kan, edan mereka! Gyahahaha.

                Buku ini merupakan kumpulan pengalaman kedua mimin @divapress01 dalam melayani (dan menghadapi) para pelanggan. Tentu saja, ada banyak sekali cerita lucu, njengkelin, dan kadang bikin darah tinggi. Ada pelanggan yang baik, banyak juga yang rewel. Kadang malah ada pelanggan yang begitu menjengkelkannya hingga para Admin ini berniat balas dendam secara kreatif dengan menulis buku ini. Keren ya hahaha *pukpuk para Admin.

                @ordoGratisan :  Min, buku yang dijual itu gratis?
                @divapress01    : *sibuk benerin konde*

                @divapress01    : Silakan kirimkan naskah kalian via email ke redaksi_divapress@yahoo.com
                @Penulisgalau  : Min, kirim naskah via email boleh? (hlm 200)

                Buku ini terbagi dalam enam bab, masing-masing mengisahkan tentang lika-liku si MinCob dan MinLev dalam melayani pelanggan. Seluruh dialognya dikemas ulang, agak didramatisir sehingga menjadi semakin lucu dan konyol. Saya tertawa-tertawa sendiri melihat betapa ajaibnya tingkah polah para pelanggan. Ada pelanggan yang cari buku bajakan, nanyain buku terbitan penerbit lain, sampai tanya tentang tempat yang menjual bibit ulat sutra. Hahahaha. Ketika para Mimin menjawab jujur (sejak kapan coba tanya agen bus ke akun penerbitan?), mereka malah diumpat-umpat sama yang nanya. Duh, Min, miris nian nasib kamu wkwkwk.

@MiminGanteng       : Sebentar, Qaqa *kibar bendera semaphore* Ini hubungannya apa ya? Tidak punya duit sama tidak nulis?
@GwLuguh                : Lu jadi Mimin lemot banget sih Min? Jelas banget gitu lho. Gimana gue mau nulis kalau ke café saja nggak punya duit? Paham?
@MiminGanteng       : *Halah, elu ke café palingan juga cuma nyari wifi buat ngegame sama ngunduh serial drama Korea kan? Wait, itu MinCob dink X_X* Kan nulis nggak harus di café kak? Di kamar bisa, di teras kostan juga bisa. Menulis itu adalah soal niat dan komitmen untuk menyelesaikan apa yang telah kita mulai.
@GwLuguh                : Lu, crewet banget ya Min, kayak corong stasiun!
MiminGanteng           : *end of chat* (hlm 35)



 
      Penampakan palsu MinLev


Saya #uhuk turut menyumbang ide untuk satu bab di buku ini, yakni di bab 4 *saya jadi malu*. Jadi, segala kisah saya saat menghadapi para pemohon proposal juga turut ditampilkan di buku ini. Nggak seheboh kisahnya MinCob sih, tapi ya lumayan bikin ngakak dan ngelus dada. Dadanya sendiri lo, awas kalau mikirnya macem-macem.

Ibu W : “Rumah saya jauh lho, Mas, di Godean.”
Kak Dion : “….”
Ibu W : “Jauh lho itu, Mas.”
Kak Dion : “Itu sih masih area Jogja, Ibu, setengah jam naik motor juga sampai.” *geleng-geleng sambil nyobek-nyobek perkakas*
Ibu W : “Jauh itu, Mas. Lagian, saya juga harus kerja sampai jam 13.00 siang!”
Kak Dion : *Jauh bingits, kalau situnya naik motor sambil lompat tali* “Iya, Ibu, kami paham. Jam kerja kami malah sampai jam lima, lho!”
Ibu W : “Situ curhat?” (hlm. 116)

          Di bab 3 dan 5, kita akan menyimak kelucuan MinCob saat mengendalikan lini masa. Tentunya dengan gaya yang sok kecakepan tapi masih medok banget koplaknya. Saya setuju dengan beberapa pembaca yang bilang kalau bab 5 di buku ini begitu membosankan, seperti membaca linimasa Twitter. Tapi, yah, dia kan admin jadi emang kehidupannya serupa linimasa wkwkwk.

Saat membaca buku ini, saya jadi sadar betapa menjadi Admin juga bukannya tanpa susah dan tidak ada masalah. Menjadi Admin juga kadang bikin tensi naik. Tapi, sebagaimana tidak ada orang yang sempurna, maka begitu pula tidak ada pekerjaan yang sempurna. Melalui buku ini, MinCob mengingatkan kita bahwa setiap peristiwa selalu ada hikmahnya, dan ketika kita bisa memandang hal-hal baik dari kehidupan, maka segala yang jelek dan menyebalkan pun bisa jadi sebuah penghiburan yang menyenangkan saat dikenang kelak, seperti buku ini.

         Tidak ada Admin yang sempurna di dunia maya, tapi kalau yang eror sih banyak.” (hlm 10)



6 comments:

  1. ciee Mas Dion beneran jadi beken bisa nampang cuap2 di buku ini. bikin sekuelnya Mas. tapi banyakin kejadian absurdnya.. x)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya, jadi pengen nyumbang lagi. Nunggu MinLev dan MinCob dulu, lagi bertapa mereka cari inspirasi.

      Delete
  2. makin gencar ngumpulin duit buat beli bukunya :D

    ReplyDelete
  3. Hahahaa, kocak banget. Cie mas Dion curhat ciee :p

    ReplyDelete
  4. wow diooon, ternyata bener ya sekarang udah beken ahahah... tapi emang kayaknya jadi admin itu kudu sabar2, apalagi kalau followernya ajaib2 yaa *colek admin bebi* XD

    ReplyDelete
  5. Aku..aku...jadi admin sosmed di kantorku aja, banyak ga update nyaaa... Boleh minta saran biar jadi admin gila??? Huhuhu... Kurang kreatif...

    ReplyDelete