Judul : Miminlicious, Tak Ada Mimin yang Tak Retak
Penulis : Admin Jacob @divapress01
Penyunting : Meti Item
Ilustrator : Triastanto S
Sampul : Aan
Tata Letak : Violet Fitria
Cetakan : 1, januari 2015. 212 hlm
Penerbit : DIVA Press
Penulis : Admin Jacob @divapress01
Penyunting : Meti Item
Ilustrator : Triastanto S
Sampul : Aan
Tata Letak : Violet Fitria
Cetakan : 1, januari 2015. 212 hlm
Penerbit : DIVA Press
“Enak ya kayaknya kerja jadi admin, seharian
Cuma facebook-an sama twitteran, jawabin an godain followers.”
“Andai aku jadi admin dan
dibayar, sungguh itu adalah pekerjaan paling menyenangkan sedunia.”
“Enak banget, lu, Min,
kerjaannya Cuma cuap-cuap doang pake internet, ngak perlu mikir.” (hlm 3)
Benarkah seperti itu? Coba kita
baca dulu buku ini. Profesi admin alias administrator tergolong jenis pekerjaan
yang baru muncul di era internet, terutama di masa menjamurnya media-media
sosial. Admin adalah orang (atau orang-orang) yang berada di balik sebuah akun.
Mereka bertugas mengisi dan menjalankan sebuah akun di media sosial, bisa
Twitter, Facebook, blog, dan lain sebagainya. Kecenderungan terbaru, banyak perusahaan
mulai melirik media sosial sebagai salah satu tempat promosi, dan kelebihannya
adalah promosinya gratis. Cukup membayar koneksi internet, perusahaan bisa
mengiklankan produk-produknya kepada pasar, yakni para pengguna internet yang
memiliki media sosial. Begitu banyaknya perusahaan menghasilkan begitu banyak
akun dengan mimin-miminnya masing-masing. Semua berlomba beriklan di dunia
maya, menjadikan internet penuh dengan iklan dan selebaran. Pengguna internet
pun jenuh.
“Kami sadar, sudah saatnya
mimin-mimin tidak hanya numpang iklan di linimasa, tetapi juga berusaha lebih
dekat dengan para pembaca dan pelanggannya.” (hlm 212)
Teknik inilah yang dipakai oleh
akun penerbit @divapress01 untuk berpromosi sekaligus berkreasi. Tahun 2013,
penerbit ini mengangkat dua jenis Admin, yang cowok namanya Admin Jacob (konon
dia terobsesi pengen mirip Jacob Black) dan Mimin Andah (sekarang digantikan
oleh MinLev). Kedua Admin ini sama-sama anonim dan sama-sama koplaknya. Kalau
teman-teman sering kesasar ke Facebook atau Twitter penerbit DIVA Press, pasti
langsung kejungkel baca tingkah polah duo mimin edan itu. Buku ini sendiri
adalah salah satu pembuktian, pembuktian bahwa keduanya memang gila, tapi gila
dalam arti yang positif dan kreatif. Dan justru dengan menjadi “gila” itulah
akun @divapress01 bisa melonjak naik dan mulai dikenal di lini masa.
“Sebelum kemunculan MinCob,
bisa dibilang hanya akun-akun humor saja yang adminnya slengean. Admin-admin
dari teman-teman penerbit rata-rata masih kalem dan sopan, belum rusak kayak
MinCob. Kedatangan MinCob dan Mindah
sendiri adalah sebuah revolusi di dunia permimiminan, tepatnya revolusi rusak.”
(hlm 211)
Tuh, kan, edan mereka!
Gyahahaha.
Buku ini merupakan kumpulan
pengalaman kedua mimin @divapress01 dalam melayani (dan menghadapi) para
pelanggan. Tentu saja, ada banyak sekali cerita lucu, njengkelin, dan kadang
bikin darah tinggi. Ada pelanggan yang baik, banyak juga yang rewel. Kadang malah
ada pelanggan yang begitu menjengkelkannya hingga para Admin ini berniat balas
dendam secara kreatif dengan menulis buku ini. Keren ya hahaha *pukpuk para
Admin.
@ordoGratisan : Min, buku yang dijual itu gratis?
@divapress01 : *sibuk benerin konde*
@divapress01 : Silakan kirimkan naskah kalian via email
ke redaksi_divapress@yahoo.com
@Penulisgalau : Min, kirim naskah via email boleh? (hlm
200)
Buku ini terbagi dalam enam
bab, masing-masing mengisahkan tentang lika-liku si MinCob dan MinLev dalam
melayani pelanggan. Seluruh dialognya dikemas ulang, agak didramatisir sehingga
menjadi semakin lucu dan konyol. Saya tertawa-tertawa sendiri melihat betapa
ajaibnya tingkah polah para pelanggan. Ada pelanggan yang cari buku bajakan,
nanyain buku terbitan penerbit lain, sampai tanya tentang tempat yang menjual
bibit ulat sutra. Hahahaha. Ketika para Mimin menjawab jujur (sejak kapan coba
tanya agen bus ke akun penerbitan?), mereka malah diumpat-umpat sama yang
nanya. Duh, Min, miris nian nasib kamu wkwkwk.
@MiminGanteng : Sebentar, Qaqa *kibar bendera
semaphore* Ini hubungannya apa ya? Tidak punya duit sama tidak nulis?
@GwLuguh : Lu jadi Mimin lemot banget
sih Min? Jelas banget gitu lho. Gimana gue mau nulis kalau ke café saja nggak
punya duit? Paham?
@MiminGanteng : *Halah, elu ke café palingan juga cuma
nyari wifi buat ngegame sama ngunduh serial drama Korea kan? Wait, itu MinCob
dink X_X* Kan nulis nggak harus di café kak? Di kamar bisa, di teras kostan
juga bisa. Menulis itu adalah soal niat dan komitmen untuk menyelesaikan apa
yang telah kita mulai.
@GwLuguh : Lu, crewet banget ya Min,
kayak corong stasiun!
MiminGanteng : *end of chat* (hlm 35)
Saya #uhuk
turut menyumbang ide untuk satu bab di buku ini, yakni di bab 4 *saya jadi
malu*. Jadi, segala kisah saya saat menghadapi para pemohon proposal juga turut
ditampilkan di buku ini. Nggak seheboh kisahnya MinCob sih, tapi ya lumayan
bikin ngakak dan ngelus dada. Dadanya sendiri lo, awas kalau mikirnya
macem-macem.
Ibu W :
“Rumah saya jauh lho, Mas, di Godean.”
Kak Dion :
“….”
Ibu W :
“Jauh lho itu, Mas.”
Kak Dion :
“Itu sih masih area Jogja, Ibu, setengah jam naik motor juga sampai.”
*geleng-geleng sambil nyobek-nyobek perkakas*
Ibu W :
“Jauh itu, Mas. Lagian, saya juga harus kerja sampai jam 13.00 siang!”
Kak Dion :
*Jauh bingits, kalau situnya naik motor sambil lompat tali* “Iya, Ibu, kami
paham. Jam kerja kami malah sampai jam lima, lho!”
Ibu W :
“Situ curhat?” (hlm. 116)
Di bab 3 dan 5, kita akan menyimak
kelucuan MinCob saat mengendalikan lini masa. Tentunya dengan gaya yang sok
kecakepan tapi masih medok banget koplaknya. Saya setuju dengan beberapa
pembaca yang bilang kalau bab 5 di buku ini begitu membosankan, seperti membaca
linimasa Twitter. Tapi, yah, dia kan admin jadi emang kehidupannya serupa
linimasa wkwkwk.
Saat membaca
buku ini, saya jadi sadar betapa menjadi Admin juga bukannya tanpa susah dan
tidak ada masalah. Menjadi Admin juga kadang bikin tensi naik. Tapi,
sebagaimana tidak ada orang yang sempurna, maka begitu pula tidak ada pekerjaan
yang sempurna. Melalui buku ini, MinCob mengingatkan kita bahwa setiap
peristiwa selalu ada hikmahnya, dan ketika kita bisa memandang hal-hal baik
dari kehidupan, maka segala yang jelek dan menyebalkan pun bisa jadi sebuah
penghiburan yang menyenangkan saat dikenang kelak, seperti buku ini.
“Tidak ada Admin yang sempurna di
dunia maya, tapi kalau yang eror sih banyak.” (hlm 10)
ciee Mas Dion beneran jadi beken bisa nampang cuap2 di buku ini. bikin sekuelnya Mas. tapi banyakin kejadian absurdnya.. x)
ReplyDeleteHahaha iya, jadi pengen nyumbang lagi. Nunggu MinLev dan MinCob dulu, lagi bertapa mereka cari inspirasi.
Deletemakin gencar ngumpulin duit buat beli bukunya :D
ReplyDeleteHahahaa, kocak banget. Cie mas Dion curhat ciee :p
ReplyDeletewow diooon, ternyata bener ya sekarang udah beken ahahah... tapi emang kayaknya jadi admin itu kudu sabar2, apalagi kalau followernya ajaib2 yaa *colek admin bebi* XD
ReplyDeleteAku..aku...jadi admin sosmed di kantorku aja, banyak ga update nyaaa... Boleh minta saran biar jadi admin gila??? Huhuhu... Kurang kreatif...
ReplyDelete