Search This Blog

Friday, August 29, 2014

Serapium Punya Cerita, Kumpulan Cerpen

Judul : Serapium Punya Cerita, Kumpulan Cerpen
Pengarang : Serapium
Editor : Puspa Sari Ayu Yudha
Sampul : Iwan H
Cetakan: 1, 2014
Penerbit : nulisbuku.com




Sebagai pengantar dan pembuka, saya harus mengucapkan selamat dulu kepada 11 Kaskusers yang namanya tercantum manis di buku ini. Selamat, kalian telah membuktikan bahwa member kaskus tidak hanya bisa ramai di utas (thread) on line yang sering kali heboh melenceng ke mana-mana itu, tetapi kalian juga berhasil menuliskan sesuatu yang serius, yang layak tercetak di atas kertas. Melalui terbitnya buku ini, kalian telah membuktikan diri mampu bercerita. Tidak mudah menghasilkan sebuah tulisan berupa cerpen, pun merampungkannya juga tidak kalah sulitnya. Banyak di luar sana yang bercita tinggi ingin menghasilkan sebuah kisah yang hebat yang akan menggetarkan pembaca. Tapi, selama bertahun-tahun, impian itu hanya mengendap di dasar akal, tak terwujud nyata dalam goresan pena atau cetakan tinta karena beragam pembenaran. 

Mungkin, mereka hanya menunggu tibanya kesempurnaan. Padahal, dalam menulis, ada pameo yang menyebutkan bahwa tulisan pertama dimaksudkan untuk ditulis saja, bukannya menunggu sempurna. Sebelas penulis di buku ini telah membuktikannya. Mereka bergerak, mereka menulis, dan mereka berusaha. Walau mungkin belum sempurna, tetapi memang jarang sekali ada awal yang sempurna. Sejatinya, yang belum sempurna tapi ada, itu jauh lebih berharga dari yang sempurna tapi hanya angan semata.

1. Secangkir Kopi untuk Tuhan
Tepat sekali membuka buku ini dengan cerpen ini. Saya suka dengan idenya. Menggambil setting sebuah café (setting klise yang sangat digandrungi para penulis muda akhir-akhir ini) dengan pemilik baik hati yang mau menjadi pendengar yang baik. Kisah ini adalah model cerpen dengan ending yang mengejutkan tetapi dimaksudkan untuk happy ending. Ide dan ceritanya bagus, hanya saja kurang dipadatkan. Ceritanya sebenarnya bisa dipendekkan lagi tanpa mengurangi esensi yang hendak disampaikan.

2. Kisah di Balik Hujan
Temannya klise lagi, tentang hujan, yang menurut penelitian memang bisa membangkitkan inspirasi bagi siapapun untuk merenung dan bercerita. Model berceritanya unik, dibagi-bagi menjadi bab-bab kecil yang menyerupai diari atau catatan jurnal tentang sepasang kekasih yang LDR-an. Kayaknya, penulisnya setuju deh sama anggapan bahwa hubungan LDR itu gak akan berhasil hihihihi. Sayangnya, sama seperti kecenderungan penulis pemula, banyak sekali kalimat-kalimat nggak efektif yang terlampau panjang. Juga kegalauan mengharu biru akibat LDR yang seharusnya bisa dibuat sederhana, kalau panjang-panjang begini jadinya malah kayak membaca curhatan orang LDR. 

3. Amy
Tema ketiga juga sama klise-nya, tentang Senja. Kayaknya, cerpen Seno “Sepotong Senja untuk Pacarku” itu benar-benar ampuh sebagai pemantik inspirasi menulis cerita tentang senja. Sejak itu, banyak orang menulis tentang senja dan menyadari keindahnya sebagai bahan cerita, terutama penulis-penulis pemula yang masih dibuai takjub oleh karya SGA itu. Untuk Amy, walau temanya klise namun saya malah menyukai cerita ini. Makna senja bagi orang buta sebagian, yang bagi mereka hanya hitam dan putih tetapi sudah menghangatkan. Cerpen ini menyadarkan saya betapa beruntungnya kita dan bahwa ada keindahan dalam semua warna.

4. Kado untuk Alice
Akhirnya, setelah 3 tema klise, saya bertemu juga dengan tema yang menyegarkan. Kisah keempat ini menjurus ke kisah inspiratif, tentang seorang kakak yang berjuang keras untuk bisa membelikan kado kepada adik kecilnya. Keduanya tinggal di panti asuhan dan ditelantarkan oleh ayahnya. Berkat kerja keras sang kakak, sang adik akhirnya memperoleh kado yang luar biasa. Secara cerita, saya suka alurnya. Hanya saja ada satu masalah logika. Itu ulang tahunnya dirayakan di luar pada tengah malam. Padahal (1) Alice baru 5 tahun dan dia sakit-sakitan, masak iya diajak jalan-jalan dini hari, (2) mereka makan di restoran sushi. Emm, masih adakah resto sushi yang buka setelah jam 12 malam sampai matahari terbit? (Mungkin di Jakarta ada sih, saya juga tidak tahu.)

5. The Chronicles of Shapeshiter: Hiren si Licik
Cerita ini ibarat satu permata dari genre fantasi yang menyelip di kumcer yang dikuasai oleh belantika romansa—meskipun isinya ternyata juga tidak jauh-jauh dari romansa ala fanfik luar. Ceritanya rapi dan runtut, mengingatkan saya kepada karya teman-teman Kastil Fantasi di Fantasy Fiesta. 

6. Saat Malam Tanpa Bintang
Dari judulnya yang unik, saya langsung tahu kalau cerpen ini dipaparkan juga dengan unik, yakni model dialog. Saya saangat menyukai diksi cerpen ini, penulisnya pasti sering baca cerpen di surat kabar Minggu. Kekurangannya: Terlalu singkat dan kurang panjang :p

7. Koleksi Tanda Tangan Penulis
Ok, yang ini menurut saya belum bisa disebut sebagai cerpen, melainkan berbagi pengalaman. Tapi, anehnya, saya suka karena si penulis tahu benar bagaimana perasaan dan pengalaman kita sebagai para pecinta dan/atau penimbun buku. Saya pengen toss sama penulisnya.

8. Jika Cinta Punya Masa Berlaku
Cerpennya Chei ini nge-jlebb banget, tapi bikin pembacanya merenung (*kemudian saya ikut merenung). Tentang kita yang kadang terlalu memilih dan mengharap cinta yang sempurna, sampai akhirnya waktu berlalu dan kita bersama-sama menyanyikan lagunya Maudy Anyunda yang Cinta Datang terlambat. Ceritanya teenlit banget, juga diksi yang digunakan juga diksi ala remaja. Selamat ya Chei, cerpen yang bagus tidak selalu harus memakai kata-kata berbunga. Banyak penulis remaja, pengen menulis cerita remaja, tetapi kata-katanya berbunga dan beraroma sastra, padahal pembacanya anak-anak remaja. Syukurlah Chei tidak melakukannya di cerpen ini. Btw, emangnya kamu masih masuk remaja ya Chei? *ditampar bolak-balik* Selama dia bisa dinikmati oleh pembaca, saya menganggap cerpen itu sudah bisa dibilang bagus. Dan, saya menikmatinya. Tapiii, itu Brian kok setia bangets sih, kayaknya too good to be true!

9. Mencintaimu
Dari judulnya, kayaknya cerpen ini bakalan sendu deh. Dan, nah bener kan sendu. Membacanya mengingatkan saya pada novel karya Mbak Sannie B. Kuncoro yang judulnya duh lupa. kekurangan cerpen ini: terlalu tipis.

10. Senja Merah Jambu untuk Pacarku
Nah ini, ketemu lagi sama satu pembaca yang begitu terpesona pada puisinya Seno, yang saking terpesonanya kemudian tergerak untuk menulis dengan tema yang sama. Untungnya, penulisnya kreatif dengan mengubah senja di sini menjadi pingky alias merah jambu. Tapi, ujung dan tema ceritanya sama, bahwa manusia akan rela berbuat apa saja demi C.I.N.T.A (*nyanyi lagi)

11. Harta yang Paling Berharga
Cerita terakhir ini adalah yang paling sempurna bagi saya. Dari segi panjangnya, alurnya, ketegangan yang dihasilkan, efek yang ditimbulkan. Sayangnya, typo dan spasi renggangnya berjibun banyaknya. Aduh ini editornya bagaimana ya? *eh maaf ya.

Secara keseluruhan, saya menikmati membaca kumcer ini meskipun dalam pandangan professional saya sebagai editor (nonfiksi tapinya), banyak cerita di dalamnya yang belum matang untuk bisa disebut kumcer. Beberapa tulisan seperti no 8 dan 11 bisa dibilang tinggal dipoles sedikit. Tapi banyak cerita yang lain yang masih setengah matang dan perlu banyak polesan ulang, penulisnya juga butuh banyak baca cerpen cerpen di luar genre favoritnya. Kesalahan paling fatal di buku ini adalah begitu banyaknya typo, kesalahan penulisan huruf kapital, juga settingannya yang masih ala-ala tulisan di blog. Sebagai buku cetak, tentunya kualitasnya harus lebih ditingkatkan, dipoles lagi, jadi bukan seperti cerita yang ada di blog.

Saya juga menyayangkan editornya (maaf ya Mbak) yang sepertinya kurang maksimal dalam mengedit naskah buku ini. Selain typo akoet, fasilitas “gunting editor” sepertinya kurang banyak diterapkan sehingga banyak sekali bagian-bagian yang seharusnya bisa dipotong sedikit biar tidak gondrong jelek. Juga, kalimat-kalimat yang masih kaku. Tapi, mengubah gaya menulis penulis adalah hal yang tabu bagi editor, jadi ini bisa sedikit dimaklumi. Susah dan kadang dilemma sih kalau mengedit cerpen. Saya tahu ini diterbitkan di penerbit indie, dan bisa saja karena suatu atau lain hal, para penulisnya harus menghemat. Tapi, sebagai karya perdana, alangkah indahnya jika kesempurnaan itu dicoba untuk sedikit dikejar. Paling tidak, baiknya naskah ini diedit dengan semaksimal mungkin walau mungkin belum sempurna. 

Terlepas dari itu, saya tetap mengapresiasi dan mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan review saya. Bahwa mereka yang berkarya sibuk berbuat nyata. Sedang yang diam tak bergerak hanya asyik mencibir semata. Semoga saya bukan termasuk yang hanya bisa mencibir semata. Kami tunggu karya-karya teman-teman Serapium selanjutnya. Kalian keren!


Terima kasih Mbak Truly yang sudah meminjamkan bukunya

13 comments:

  1. wih..salut sama yang sudah bisa menghasilkan 'warisan' tulisan dalam buku :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Warisan bisa dalam banyak hal kok Kang. Dalam bentuk tanah dan properti lebih diminati sih #eh

      Delete
  2. Wah, reviewnya membangun banget. Saya sangat menikmati pandangan tentang cerpen-cerpen di atas. Menarik sekali dan bertambahlah pengetahuan dunia cerpen

    ReplyDelete
  3. penasaran *sabar menunggu antrian baca* :p

    ReplyDelete