Judul : Relic Sembilan Milenia
Pengarang : Ray Admanto
Penyunting : Misni Parjiyati
Tebal : 182 halaman
Cetakan : 1, Maret 2014
Penerbit: PING!!!
Memilih
Relic Sembilan Milenia sebagai 7
nominasi pemenang #fikfanDIVA adalah pekerjaan yang sangat mudah karena cerita
ini unik dan “selesai”. Menulis sebuah kisah fantasi utuh dengan jumlah halaman
yang dibatasi sudah jelas tidak mudah, tidak banyak yang bisa. Dalam lomba
#fikfanDIVA, peserta diharuskan menulis satu cerita utuh hanya dalam 130
halaman dua spasi! Just imagine that! Ketika
dunia fantasi tengah gandrung menulis berpanjang-panjang, peserta dipaksa
memangkas cerita dan memapras narasi hingga menjadi sebuah cerita utuh yang
muat dalam satu naskah berhalaman tipis. Novelet fantasi, kami menyebutnya begitu.
Dalam proses seleksi, banyak peserta membawa konsep cerita yang bagus dan
keren, tetapi sayang kisah mereka membutuhkan terlalu banyak halaman dan tidak
mungkin selesai dalam sebuah novelette tipis. Maka, inilah salah satu proses
seleksi yang kami jalankan: memilih cerita yang selesai!
Relic Sembilan Milenia dibuka dengan
narasi dan perkenalan seperlunya. Karakter pun digambarkan sambil lalu, tidak
menumpuk di awal cerita sehingga membuat novelette ini tidak
berpanjang-panjang. Kelihatan banget kalau penulisnya sudah sering menulis,
atau paling tidak sudah malang melintang pukang di dunia fiksi perfantasian
Indonesia *halah. Untuk cacat logika hanya sedikit menurut saya dan dramanya
pun ada—dan tidak berlebihan. Nah, bagian tengah-tengah cerita itu yang
sayangnya kelihatan banget dipangkas dan dipapras habis demi persyaratan yang
130 halaman itu. Adegan-adegan di gurun, juga di kota para pencuri itu
kelihatan banget banyak yang hilang padahal di bagian ini sebetulnya bisa
dikembangkan lagi potensinya, terutama bagian tentang masa lalu si assassin.
Oke, kita lanjut aja ke review singkatnya ya. Assassin Creed (haduh maaf salah judul
hihihi) … Relic Sembilan Milenia berkisah
tentang pencarian sebuah artefak peradaban Avesta berusia 9.000 tahun yang terpendam
di Gurun Shanidar. Relic ini dipercaya menjadi kunci untuk menguak penyebab
kehancuran bangsa Avesta yang tiba-tiba raib tanpa sebab. Lucia Lavence,
seorang arkeolog bertekad mencari relik tersebut demi melunasi utang
keluarganya. Sang Kakek dulunya juga sempat memburu relik tersebut, tapi entah
mengapa dia menyerah. Lucia kemudian mendatangi seorang assassin atau pembunuh
bayaran untuk diajak mencari relik tersebut. Loh, cari harta kok sama pembunuh
sih? Penasaran kan? Jelasnya untuk perlindungan kara Lucia juga telah menyewa
sebuah tim yang berisi arkelog, dokter, dan tim penggali. Dia juga menyewa
beberapa jagoan.
Dimulailah
pencarian kota misterius yang tersembunyi di gurun pasir. Si Assasin memaksa
tim itu mengubah rute perjalanannya sehingga melewati Kota Pencuri. Di kota
inilah terpendam masa lalu sang Assasin yang seharusnya bakal bagus banget bila
dikembangkan lagi (tapi yah 130 halaman lho ingat!). Sebenarnya, akan sangat
membantu banget jika buku ini dilengkapi dengan peta karena pembaca pasti bakal
lebih mudah membayangkannya. Singkat kata, setelah drama celana Lucia yang
hilang, mereka melanjutkan perjalanan menembus gurun pasir. Sebuah sihir kuno
menyelubungi kota kuno itu, tetapi panduan sang Assasin (yang dia dapatkan dari
kota pencuri) membuat mereka berhasil menemukannya.
Di kota
yang hilang inilah kisah ini mengalami krisisnya. Artefak berharga itu ternyata
menyimpan sebuah misteri kuno yang sangat berbahaya. Sebuah misteri yang telah
menyebabkan hancurnya peradaban bangsa Avesta. Berhasilkan Lucia dan tim-nya
mengambil relik tersebut? Apa konsekuensi dahsyat yang mengiringi penemuan
relik tersebut? Lalu, apa sebenarnya peranan sang assassin dalam pencarian
harta ini? Pokoknya ending kisah ini asyik banget. Sebuah buku fantasi karya anak
negeri yang sangat patut diapresiasi.
No comments:
Post a Comment