Search This Blog

Monday, March 17, 2014

Penghancuran Buku dari Masa ke Masa

Judul : Penghancuran Buku dari Masa ke Masa
Penulis : Fernando Baez
Penerjemah : Lita Soerjadinata
Tebal : 373 hlm
Cetakan: 1, 2013
Penerbit : Marjin Kiri




                Membaca buku yang luar biasa ini menimbulkan semacam ironi vs kekaguman. Ironi betapa ternyata kita jarang tahu bahwa buku telah dan masih dibakar di berbagai belahan dunia. Kagum karena buku ini ditulis (dan juga diterjemahkan) dengan begitu lengkap, akurat, sekaligus kaya akan referensi. Otak seakan dibombardir oleh bayangan kita kertas-kertas yang tak berdosa itu, yang ada sekadar penyimpan dari kebijakan zaman atau  saksi dari keadaan suatu zaman, meretih terbakar. Dari yang awalnya lembar-lembar indah berisi sejuta makna, kini berubah menjadi seonggok abu yang hitam dan tiada berguna. Menunggu angin membuyarkannya bersama seluruh pengetahuan dan memori manusia yang terekam di dalamnya. Miris sekali, betapa dengan membaca buku ini kita dipaparkan pada beragam peristiwa pembakaran yang terjadi sejak zaman kuno hingga abad modern. Dari Babilonia yang merupakan tempat manusia pertama kali menulis hingga ke Baghdad, Irak, ketika tentara Amerika Serikat dan koalisinya menyenang Irak. Diawali dan diakhiri di tempat yang sama, pembakaran buku dari masa ke masa.

                Secara berurutan, Baez akan mengajak pembaca menelusuri kisah-kisah tentang penghancuran buku. Dimulai dari Timur Tengah di era Kuno, lalu ke Mesir, Yunani, kisah tentang perpustakaan agung Alexandria, beragam perpustakaan kuno yang kini telah musnah, penghancuran buku-buku di era Israel, Cina, Romawi dan Kristen awal, di Konstantinopel, dunia Islam, lalu berlanjut ke Abad Pertengahan. Kemudian, penulis masih betah mencabik-cabik hati para pecinta buku dengan melanjutkan kisahnya di era Renaisance, era pre-Hispanik di Amerika Selatan, masa Inkusisi di Spanyol, Inggris, Eropa, dan menjelang Perang Dunia. Perjalanan menyedihkan namun sarat data itu diakhir di Baghdad pada tahun 2003, ketika kerumuman masa membakar dan mencuri berbagai artefak serta naskah kuno di berbagai museum dan perpustakaan. Sangat miris membacanya.

                Tidak hanya itu, Baez bahkan turut mendedahkan berbagai peristiwa pembakaran buku yang terjadi dalam buku-buku sastra (seperti dalam Fahrenheit 451), berbagai jenis sensor dan pelarangan buku (yang merupakan bentuk penghancuran secara halus), musuh-musuh alami buku, serta ratusan catatan kaki yang menjelaskan berbagai kisah sejarah yang disebutkan dalam buku ini. Selain kenyang referensi , penulis ini jago banget membuat pembaca galau berkepanjangan saat mereka mengetahui betapa banyaknya buku yang telah musnah dan tidak tergantikan lagi. Naskah-naskah dari Yunani kuno, lempeng-lempeng tanah liat dari Babilonia, manuskrip dan buku yang dibakar di Baitul Hikmah, serta kekayaan Perpustakaan Alexandria yang tak tergantikan. Banyak dari buku-buku tersebut yang kini sudah musnah dan tak mungkin ditemukan lagi salinannya. Manusia telah membakar satu-satunya memori yang mencatat peninggalan dari masa lamapu. Beneran sedih membacanya.

                Kelebihan buku ini ada pada sampulnya yang unik sekali, menyerupai kertas yang terbakar. Saya jadi kesulitan saat hendak menyampulnya karena separo bagian dari sampul depan telah “terbakar api”. Bagian belakangnya juga terlihat tidak utuh bekas terbakar. Sungguh konsep yang sangat unik. Tetapi, lebih dari sampulnya, isi buku ini jauh lebih luar biasa dan sangat mengesankan. Baez mengumpulkan berbagai data dan materi dari ribuan sumber yang begitu banyaknya. Catatan  ekornya ada 24 halaman, sementara daftar pustakanya hampir 30 lembar. Luar biasa, bayangkan betapa banyaknya buku yang dibaca Baez demi menghasilkan satu buku yang begitu sarat informasi seperti ini. Bagi kalian yang mencintai buku, wajib deh membaca buku ini agar kita bisa menghindari lagi pembakaran buku di masa kini dan masa depan. Bahwa buku adalah untuk dibaca, bukan untuk dibakar. Ketika muncul sebuah buku yang ‘sesat’ maka lebih baik menulis buku tandingannya. Ini jauh bermartabat. 
               
"Dimana pun mereka membakar buku, pada akhirnya mereka akan membakar manusia." (Heinreich Heine dalam karyanya Almansor--1821)  

6 comments:

  1. aku punya buku ini, masih di timbunan, masih dalam plastiknya #gakadayangtanyakok =))

    abis baca ripiu ini jadi pengin baca....

    ReplyDelete
  2. Semalam nonton The Book Thief ada juga adegan pembakaran buku. Jadi ingat review ini :)

    ReplyDelete