Judul :
Penghancuran Buku dari Masa ke Masa
Penulis :
Fernando Baez
Penerjemah :
Lita Soerjadinata
Tebal : 373
hlm
Cetakan: 1,
2013
Penerbit :
Marjin Kiri
Membaca
buku yang luar biasa ini menimbulkan semacam ironi vs kekaguman. Ironi betapa
ternyata kita jarang tahu bahwa buku telah dan masih dibakar di berbagai
belahan dunia. Kagum karena buku ini ditulis (dan juga diterjemahkan) dengan
begitu lengkap, akurat, sekaligus kaya akan referensi. Otak seakan dibombardir
oleh bayangan kita kertas-kertas yang tak berdosa itu, yang ada sekadar
penyimpan dari kebijakan zaman atau
saksi dari keadaan suatu zaman, meretih terbakar. Dari yang awalnya
lembar-lembar indah berisi sejuta makna, kini berubah menjadi seonggok abu yang
hitam dan tiada berguna. Menunggu angin membuyarkannya bersama seluruh
pengetahuan dan memori manusia yang terekam di dalamnya. Miris sekali, betapa
dengan membaca buku ini kita dipaparkan pada beragam peristiwa pembakaran yang
terjadi sejak zaman kuno hingga abad modern. Dari Babilonia yang merupakan
tempat manusia pertama kali menulis hingga ke Baghdad, Irak, ketika tentara
Amerika Serikat dan koalisinya menyenang Irak. Diawali dan diakhiri di tempat
yang sama, pembakaran buku dari masa ke masa.
Secara
berurutan, Baez akan mengajak pembaca menelusuri kisah-kisah tentang
penghancuran buku. Dimulai dari Timur Tengah di era Kuno, lalu ke Mesir,
Yunani, kisah tentang perpustakaan agung Alexandria, beragam perpustakaan kuno
yang kini telah musnah, penghancuran buku-buku di era Israel, Cina, Romawi dan
Kristen awal, di Konstantinopel, dunia Islam, lalu berlanjut ke Abad
Pertengahan. Kemudian, penulis masih betah mencabik-cabik hati para pecinta
buku dengan melanjutkan kisahnya di era Renaisance, era pre-Hispanik di Amerika
Selatan, masa Inkusisi di Spanyol, Inggris, Eropa, dan menjelang Perang Dunia.
Perjalanan menyedihkan namun sarat data itu diakhir di Baghdad pada tahun 2003,
ketika kerumuman masa membakar dan mencuri berbagai artefak serta naskah kuno
di berbagai museum dan perpustakaan. Sangat miris membacanya.
Tidak
hanya itu, Baez bahkan turut mendedahkan berbagai peristiwa pembakaran buku
yang terjadi dalam buku-buku sastra (seperti dalam Fahrenheit 451), berbagai jenis sensor dan pelarangan buku (yang
merupakan bentuk penghancuran secara halus), musuh-musuh alami buku, serta
ratusan catatan kaki yang menjelaskan berbagai kisah sejarah yang disebutkan
dalam buku ini. Selain kenyang referensi , penulis ini jago banget membuat
pembaca galau berkepanjangan saat mereka mengetahui betapa banyaknya buku yang
telah musnah dan tidak tergantikan lagi. Naskah-naskah dari Yunani kuno,
lempeng-lempeng tanah liat dari Babilonia, manuskrip dan buku yang dibakar di
Baitul Hikmah, serta kekayaan Perpustakaan Alexandria yang tak tergantikan.
Banyak dari buku-buku tersebut yang kini sudah musnah dan tak mungkin ditemukan
lagi salinannya. Manusia telah membakar satu-satunya memori yang mencatat
peninggalan dari masa lamapu. Beneran sedih membacanya.
Kelebihan
buku ini ada pada sampulnya yang unik sekali, menyerupai kertas yang terbakar.
Saya jadi kesulitan saat hendak menyampulnya karena separo bagian dari sampul
depan telah “terbakar api”. Bagian belakangnya juga terlihat tidak utuh bekas
terbakar. Sungguh konsep yang sangat unik. Tetapi, lebih dari sampulnya, isi
buku ini jauh lebih luar biasa dan sangat mengesankan. Baez mengumpulkan
berbagai data dan materi dari ribuan sumber yang begitu banyaknya. Catatan ekornya ada 24 halaman, sementara daftar
pustakanya hampir 30 lembar. Luar biasa, bayangkan betapa banyaknya buku yang
dibaca Baez demi menghasilkan satu buku yang begitu sarat informasi seperti
ini. Bagi kalian yang mencintai buku, wajib deh membaca buku ini agar kita bisa
menghindari lagi pembakaran buku di masa kini dan masa depan. Bahwa buku adalah
untuk dibaca, bukan untuk dibakar. Ketika muncul sebuah buku yang ‘sesat’ maka
lebih baik menulis buku tandingannya. Ini jauh bermartabat.
"Dimana pun mereka membakar buku, pada akhirnya
mereka akan membakar manusia." (Heinreich
Heine dalam karyanya Almansor--1821)
aku punya buku ini, masih di timbunan, masih dalam plastiknya #gakadayangtanyakok =))
ReplyDeleteabis baca ripiu ini jadi pengin baca....
Ayuk kak Cindy dibaca
DeleteSemalam nonton The Book Thief ada juga adegan pembakaran buku. Jadi ingat review ini :)
ReplyDeleteDi toko Bangkit Shopping msh ada mbak
Deletejadi tetap disampul? :)
ReplyDeleteBelum suhu, bingung kasih sampulnya :(
Delete