Judul : A
New Earth (Bangkit Meraih Tujuan Hidup Anda)
Pengarang:
Eckhart Tolle
Penerjemah
: Tidak Dicantumkan
Editor
bahasa : Adve
Cetakan :
1, April 2009
Penerbit:
Media Abadi
Ketika
segala kebutuhan materi telah terpenuhi, manusia (Barat) sepertinya mulai
merindukan pemenuhan kebutuhan non material yang selama ini masih kurang (katanya). Fenomena ini
tampak sekali terutama di belahan Barat, di negara-negara maju yang penduduknya
terpenuhi secara materi tetapi tetap saja mereka merasa “belum bahagia.” Dalam
hal ini, mereka sepertinya baru merasakan bahwa uang bukanlah segalanya
meskipun tanpa uang kita juga susah (peribahasa pribadi hyakakakak)
“Sebagian besar bagian kehidupan manusia
dihabiskan dengan suatu kecemasan yang obsesif terhadap benda-benda. Inilah
kenapa salah satu penyakit era kita adalah ledakan benda-benda. Saat Anda tidak
lagi bisa merasakan kehidupan Anda yang
sejati, mungkin Anda akan mencoba untuk mengisi kehidupan Anda dengan
benda-benda.” (hlm 35)
Saya
lalu iseng mengganti kata “benda” dalam paragraf di atas menjadi “timbunan”,
dan hasilnya langsung membuat saya mengambil cermin dan berkaca. Separah itukah
saya hiks.
“Sebagian besar bagian kehidupan manusia
dihabiskan dengan suatu kecemasan yang obsesif terhadap timbunan-timbunan. Inilah
kenapa salah satu penyakit era kita adalah ledakan timbunan-timbunan. Saat Anda
tidak lagi bisa merasakan kehidupan Anda
yang sejati, mungkin Anda akan mencoba untuk mengisi kehidupan Anda dengan timbunan-timbunan.”
#jleebbb
Buku A
New Earth ini bisa dimasukkan dalam buku motivasi abad 21 yang lebih
berfokus pada pemenuhan kebutuhan spiritual alias batiniah. Sebuah buku yang
oleh Oprah memang disarankan untuk dibaca bagi orang-orang Barat yang secara
materi sudah mapan, tapi kering dari segi batiniah. Inilah mengapa sepertinya
saya kok ngak mudeng-mudeng baca buku ini, soalnya cari duit saja saya belum
jago, apalagi rekening tabungan yang terus menerus diteror obralan #malahcurhat.
Satu yang jelas, penulis sepertinya hendak mengiring ego kita agar lebih
beradab. Menyadarkan kita bahwa memiliki bukanlah makna sejati dari
kebahagiaan. Memang, ketika kita pengen banget punya buku tertentu, rasanya
bahagia banget setelah mendapatkannya. Tapi, ujung-ujungnya ditimbun juga. Ok
ini curhat lagi!
“Ego cenderung untuk menyamakan kepemilikan
dengan Wujud Sejati (being): aku
memiliki, maka aku ada. Dan semakin banyak yang kumiliki, aku semakin nyata.” (hlm 42)
“Ego mengidentifikasi dengan kepemilikan,
namun kepuasannya dalam memiliki bersifat dangkal dan singkat. Tersembunyi di
dalamnya tetap ada suatu rasa ketidakpuasan yang membatu, ketidakpuasan atas
ketaksempurnaan, atau ketakcukpan. … memiliki merupakan sebuah fiksi yang
dibuat oleh ego untuk memberi dirinya rasa solid dan permanen, membuat dirinya
menonjol, membuat dirinya spesial.” (hlm 43)
Jangan mengeluh! Kita sudah sering mendengar anjuran ini. Nah, buku ini
memaknai “keluhan” dari sisi lain. Sisi yang tak terbayangkan sebelumnya. Ini
dia:
“Mengeluh adalah salah
satu siasat favorit ego untuk menguatkan dirinya. Setiap keluhan adalah kisah
pendek yang dibuat pikiran yg kemudian Anda yakini sepenuhnya. Tak ada bedanya
apakah Anda mengeluh dengan keras atau hanya di dalam batin.” (hlm. 59)
Keluhan pada dasarnya adalah sebuah fiksi yang diciptakan oleh ego.
Layaknya fiksi yang hanya rekaan, mereka tidak nyata dan hanyalah
menghalang-halangi kita untuk bertindak produktif.
“Aku bangkrut" adalah sebuah cerita. Itu membatasi Anda dan
mencegah Anda untuk mengambil tindakan yang efektif. “Uang tabunganku di bank
tinggal 50 sen” merupakan fakta. Menghadapi fakta selalu saja memberi gairah. …
Daripada menjadi pikiran-pikiran dan emosi Anda, jadilah kesadaran yang ada di
balik mereka.” (hlm 93)
Pada akhirnya, kebahagiaan memang tidak ditentukan pada seberapa banyak
harta (atau buku #eh) yang kita punyai. Ini menjelaskan fakta bahwa banyak
orang kaya yang hidupnya seolah tidak santai, serasa dikejar waktu dan
pekerjaan. Sebaliknya, banyak orang yang sederhana tetapi mereka begitu menikmati kehidupannya. Buku
ini tidak bermaksud untuk menghalang-halangi orang agar tidak kaya, bukan
seperti itu. Menjadi kaya secara materi adalah dianjurkan, bahkan wajib. Tapi,
tidak sepantasnya kekayaan materi saja yang menjadi tujuan utama. Karena kebahagiaan
itu letaknya di dalam dada dan kepala (hati dan pikiran), bukan pada tumpukan
harta dan tahta. #OkeCukupSudahSayaBerfilsafat
“Penyebab utama ketidakbahagiaan bukanlah situasinya namun
pikiran-pikiran Anda tentangnya. Selalulah waspada dengan pikiran-pikiran yang
Anda pikirkan. Pisahkan mereka dari situasi yang ada, yang selalu netral, yang
selalu seperti apa adanya.” (hlm 93)
“Kebahagiaan Wujud Sejati, yang adalah satu-satunya kebahagiaan sejati,
tidak bisa datang pada Anda melalui bentuk, kepemilikan, pencapaian, person,
atau kejadian…. Ia memancar dari dimensi tak berbentuk dalam diri Anda, dari
kesadaran itu sendiri dan oleh karena itu menyatu dengan siapa diri Anda.” (hlm 205)
Postingan ini ditulis dalam rangka baca bareng buku-buku pilihan Oprah
bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia.
ini buku non fiksi ya mas dion?
ReplyDeleteIya Dhia, macam motivasi gitu hahaha #biarwaras
ReplyDeleteOw, ada terjemahannya toh... waktu lagi nyari buku oprah yang pas, aku cari ebooknya ga ketemu
ReplyDeleteAda mbak, ini terjemahannya bagus tetapi editannya jelek. Banyak banget typonya pdhl penerjemahannya sudah mengalir dan diksinya elok
Delete"Sebagian besar bagian kehidupan manusia dihabiskan dengan suatu kecemasan yang obsesif terhadap timbunan-timbunan" ---->> thta's so truee #makjlebjleb
ReplyDeleteDalam rangka bongakr lemari ini, nemu ajubilah buku2 yg nyaris tdk pernah kuingat (tak kebeli), ampun deh ...
Penerbit Media Abadi ini independen ya, tidak pernah dengar / tahu ...
Hyakakak nah sama mbak, aku semacam tersadarkan *haiyah* saat nemu kutipan tadi hohohoho. Media Abadi ini aku juga jarang nemu mbak, biasanya nonfiksi sih dan sampe kini aku ngak tau di mana posisi kantornya
Deletesaya mengeluh nih..
ReplyDeletenggak bisa posting buku Oprah, hehehehe
Hahaha Bang Epi, tapi ikut yang puisi pastinya :)
ReplyDeleteDuh, buku oprah yang fiksi aja susah ngripiunya, apalagi yang non fiksi. Ternyata Dion bisa karena berhubungan dengan timbunan #upsss... :p
ReplyDeleteHYakakakak aih Mbak Lila juga kan hayoooo
DeleteHaduh *langsungtersentakmeliriktimbunan
ReplyDeleteTapi memang sih, aku sering dihadapkan pada dua pilihan: materi atau kepuasan batin, yg keduanya jalannya melenceng jauh. *lahmalahikutancurhat
Aku td iseng banget, trus nyesel deh ambil kaca
DeleteIni review curcol :))))
ReplyDeleteHahaha ampunnnn
DeleteHahaha, ini semacam review yang malah berujung dengan siraman rohani buat para penimbun buku xD
ReplyDeletewalah, pas banget deh begitu diganti dengan kata "timbunan", semua anak BBI langsung ngaca, hihih... eh aku setuju lho dion sama pendapatmu, uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang XD
ReplyDeletenatap kaca terus nyembunyiin kacanya
ReplyDeleteSaya setres setiap baca buku motivasi, tidak bisa termotivasi sama sekali #plak
*alasan untuk nimbun lagi #eh
Setelah baca curhatannya mas Diondi atas...eh, maksudnya review....saya jadi ikut melirik "benda" saya (mohon kata "benda diganti dengan "timbunan" juga dalam konteks ini), dan bersemangat untuk terus menimbun lagi #lho
ReplyDeleteToko Buku Online Terlengkap & Terpercaya - GarisBuku.com
ReplyDelete*kjungkel timbunan
ReplyDeletehuwah, nonfiksi yah.. aku udah pasrah kalo nonfiksi mah x_x
kenzo
ReplyDeleteyeezy boost 350 v2
longchamp
kobe basketball shoes
kyrie 4
golden goose
balenciaga triple s
longchamp
curry 8
kyrie 6