Search This Blog

Tuesday, December 3, 2013

Mockingjay

Judul : Mockingjay
Pengarang : Suzanne Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Cetakan : Sembilan, Nov 2012
Halaman : 423 hlm
Penerbit: Gramedia



13408579


 “Api sudah tersulut. Dan jika kami terbakar, kau terbakar bersama kami!” (hlm 113)


               Akhirnya, inilah seri terakhir dari trilogi bestseller yang sempat menghebohkan dunia perbukuan Indonesia tahun 2011 yang lalu, The Hunger Games : Mockingjay.  Di seri terakhir ini, pembaca tidak lagi disuguhi arena Hunger Games atau Quarter Quells yang—menurut saya—merupakan daya tarik utama dari seri ini. Setelah Katniss Everdeen selamat dari dua kali pertandingan Hunger Games, di mana pada permainan yang terakhir ia juga telah mengacaukan—bahkan menghentikan—permainan biadab yang telah terselenggara selama 75 tahun. Quarter Quells terakhir rusak, banyak peserta menjadi korban. Tetapi ini barulah awal dari pemberontakan besar melawan Capitol. Dengan dipimpin oleh Distrik 13 yang dikira sudah musnah, seluruh distrik di Panem mulai bergolak untuk melawan Capitol. Semuanya bersatu dan tersatukan oleh aksi dramatis Katniss dan Peeta. Sebagai lambang pemberontakan, Katniss berhasil diselamatkan, tetapi Peeta jatuh ke tangan Capitol. Maka dimulailah pertempuran gerilya antara para pemberontak melawan Capitol. Panem sekali lagi menjadi wilayah yang bergolak.

Map of Panem www.hungergameslessons.com
 sumber: hungergameslessons.com



                Tidak seperti buku-buku sebelumnya, Mockingjay tidak lagi menampilkan arena pertarungan epic ala Hunger Games. Alih-alih, pertempuran kini berpindah ke seluruh Panem. Satu demi satu distrik mulai berjatuhan ke tangan pemberontak. Distrik 12 sudah musnah, dibombardir oleh Capitol ketika Katniss lolos dari Quarter Quells, menyusul Distrik 8, yang juga di bom padahal rakyat di sana sudah menderita. Langkah kalap Presiden Snow (diktator Capitol) inilah yang berbalik menghantam kekuasaannya. Satu per satu distrik lepas dan menyatakan memberontak terhadap Panem, kecuali Distrik 2 (yang akhirnya jatuh juga ke tangan pemberontak). Setelah itu, Peeta-lah yang menjadi target penyelamatan selanjutnya. Tapi sayang, Peeta kini tidak lagi sama dengan Peeta yang dulu. Capitol telah mencuci otak pemuda itu. Peeta yang dulu rela berkorban demi Katniss kini menjadi musuh terbesarnya.


                Secara aksi, Mockingjay kurang seru bila dibandingkan Catching Fire atau  The Hunger Game. Perasaan deg-degan atau terpesona oleh teknologi yang mewarnai arena Hunger Game tidak lagi ditampilkan disini. Buku ketiga ini lebih menyorot pada perkembangan pribadi Katniss sebagai Mockingjay, sementara adegan pertempuran hanya sesekali muncul seperti saat Distrik 8 diserang atau saat pemberontak menghantam Distrik 2. Itupun, scene pertempuran digambarkan “sambil lalu” dan tidak sedetail seperti pada buku sebelumnya. Baru pada menjelang akhir, ada adegan kejar-kejaran dengan para mutan, yang sayangnya tidak “sesadis” pada buku pertama *dikeplak komisi perlindungan pembaca anak dan remaja* Ini sesungguhnya patut disayangkan karena Mockingjay sepertinya kehilangan ciri khasnya dan menjadi seperti novel-novel “pemberontakan” kebanyakan.


                Tetapi, Mockingjay bisa dibilang berhasil sebagai seri yang menutup trilogi Hunger Game ini. Seluruh jawaban dan persoalan terpecahkan. Siapa yang akhirnya dipilih oleh Katniss? Gale atau Peeta. Bagaimana nasib Presiden Snow dan Capitol? Siapa orang penting yang tewas dalam seri ketiga ini? Atau, benarkah bahwa seluruh permainan ini hanyalah intrik politik dengan Katniss dan orang-orang bawah yang menjadi pionnya? Yang jelas, bakal ada twist tak terduga di bab-bab akhir. Saya sampai harus membaca dua kali sebelum ngeh pada apa yang sebenarnya terjadi. Buku yang memikat, tema yang segar, dan penggarapan menawan. Ketiga seri buku ini wajib dibaca dan dikoleksi bagi para penggemar cerita petualangan.

6 comments:

  1. Kalau menurutku malah main potong scene pertempurannya itu yg bikin buku ini sangat mengecewakan. Mungkin karna aku emang suka buku2 'action' ya, jadi makin ke belakang ceritanya makin...err..."niat ngga sih nulis buku?!" Katnisnya juga makin kelihatan lemah :< padahal di buku 1 kan Katniss itu semacam super hero. Banyak org yg bergantung sama dia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, mosok pertempuran yang seharusnya bakal lebih seru kalao ditulis detail tapi cuma digambarkan menang atau kalah, gitu doang. Tapi ini mungkin krn penulis memakai sudut pandang orang pertama kali ya, jadinya susah untuk menarasikannya, secara Katniss kan tdk terlibat langsung dlm pertempuran kecuali yg bagian belakang.

      Delete
  2. tep paling suka Catching Fire :p
    agak kangen sih sama game-nya, berharap gantian Presiden Snow yang ikut Hunger Games #HorangSadis =))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaakkk itu si Snow cuma gitu doang ya kalahnya, kurang memuaskan *ditampar komisi perlindungan tokoh dalam cerita

      Delete