Search This Blog

Monday, December 30, 2013

Gadis Ketiga

Judul : Gadis Ketiga
Pengarang : Agatha Christie
Penerjemah : (maaf lupa ngak dicatat hiks)
Tebal : 351 halaman
Cetakan : 16, 2009
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

http://gramediapustakautama.com/uploads/dirimg_buku/re_buku_picture_77815.jpg

                Sepanjang karir kepenulisannya, Agatha Christie telah menghasilkan lebih dari 70 karya cerita detektif yang telah memukau dunia. Dari sebagiannya, ada beberapa karya yang begitu tak tertebak, membuat pembaca menepuk jidat sambil berkata “Ah, kenapa nggak kepikiran ya kalau pelakunya dia?”  (dalam Buku Catatan Josephine, misalnya). Beberapa karya yang lain membuat deg-degan pembaca, membuat pembaca menebak dan menerka kira-kira akan dibawa kemana ceritanya (seperti dalam 10 Anak Negro), sementara ada kalanya Tante Agatha membuat pembaca bercucuran air mata saat membaca Tirai. Karya-karya beliau begitu luar biasa dan menetap di hati pembaca, menjadikannya layak menyandang gelar Ratu Cerita Detektif Se-Dunia.

                Gadis Ketiga diawali dengan kedatangan seorang gadis muda ke kantor Poirot. Kepada detektif tua itu, ia mengaku telah membunuh seseorang. Ketika Poirot menanyanya lebih jauh, gadis itu menjawab bahwa ia merasa telah membunuh tapi ia tidak tahu kapan dan bagaimana dan siapa yang ia bunuh. Poirot pun memutar otak, instingnya mengatakan memang telah terjadi pembunuhan tetapi  ia tidak menemukan satupun mayat. Kasus ini ditambah seru dengan kehadiran Nyonya Ariadne Oliver, seorang penulis cerita detektif, yang ikut-ikutan  penasaran dan nekat menyelidiki kasus ini.

                Dari penelusuran mandiri, diketahui kalau si gadis tinggal satu flat (satu petak) bersama dua gadis lain. Gadis itu memutuskan pindah dari rumah ayahnya, yang kini punya istri baru (ibu tirinya). Wajarlah jika seorang gadis membenci ibu tirinya, tapi si gadis merasa bahwa kebenciannya tidak sebegitu besarnya sehingga membuatnya hendak meracuni si ibu tiri. Si ibu tiri terus menerus sakit (walau dia akhirnya selamat), ditemukan racun sianida dalam dosis kecil dalam makanannya.

               Seluruh mata seolah menuduh sang gadis sebagai si tersangka, dan si gadis pun merasa bahwa dirinya memang telah berbuat seperti itu. Kasus yang sepertinya sederhana ini ternyata janggal di mata Poirot. Melalui pikiran dan pengamatan serta antisipasinya yang tajam, Poirot tahu bahwa ada yang salah, bahwa orang yang benar malah tengah terancam bahaya. Kasusnya makin pelik ketika nyonya Ariadne Oliver yang ceroboh ikut melakukan penyelidikan sendiri. Sekarang, bukan hanya satu orang yang terancam bahaya, penulis tua itu juga tengah diincar. Mampukah Poirot bertindak tepat pada waktunya sebelum jatuh korban yang kedua?

                Lepas dari keistimewaan beliau, Tante Agatha juga hanyalah seorang manusia yang kadang mengalami pasang-surut dalam berkarya. Jika sebagian buku-bukunya begitu hebat dan luar biasa, ada beberapa (sedikit sih) yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Meskipun yang biasa-biasa dari beliau adalah luar biasa bagi kita. Tidak semua karyanya terasa “menyenangkan” pembaca, ada beberapa yang bisa dibilang standar-standar saja, entah karena alasan apa. Dan, salah satunya (menurut saya) adalah Gadis Ketiga.

                Ada beberapa poin yang membuat Gadis Ketiga terasa aman-aman saja alias standar-standar saja meskipun dalam karya ini Tante Agatha tetap mempertunjukkan kepiawaiannya dalam mengamati dan mengolah karakter. Salah satunya adalah alur cerita yang terlalu panjang sementara endingnya bisa dibilang “hanya begitu doang!” Setelah beratus-ratus halaman  kita disuguhi sepak terjang Poirot dan Nyonya Oliver, lalu tahu kalau endingnya hanya  begitu saja, rasanya kok kurang puas ya. Walau jujur, saya juga gagal menebak kalau pelakunya si itu dan si anu (hihhihihi spoiler). Tapi, tetap saja sulit untuk melepaskan buku ini kalau belum ketahuan siapa pelakunya (atau dalam kasus ini, benang merah kasusnya).


3 comments:

  1. wahah akhirnya postbar detektif juga. Cetakan lawas yah, *lirik cover . aku masih belum jatuh cinta dengan AC, masih betah di sisi om Sherlock ajah *siul siul

    ReplyDelete
  2. eh sama aku juga posbar karya si 'tante' ini, dan kebetulan si Ny. Oliver ikutan juga di tempat saya :)

    ReplyDelete
  3. Aku ga cocok sama gaya nulisnya tante agatha :(
    Tapi sempet kaget juga pas baca Pembunuhan Roger Ackroyd, ternyata pembunuhnya itu ._.

    ReplyDelete