Judul : Gadis
Ketiga
Pengarang
: Agatha Christie
Penerjemah
: (maaf lupa ngak dicatat hiks)
Tebal :
351 halaman
Cetakan :
16, 2009
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Sepanjang karir kepenulisannya,
Agatha Christie telah menghasilkan lebih dari 70 karya cerita detektif yang
telah memukau dunia. Dari sebagiannya, ada beberapa karya yang begitu tak
tertebak, membuat pembaca menepuk jidat sambil berkata “Ah, kenapa nggak
kepikiran ya kalau pelakunya dia?” (dalam
Buku Catatan Josephine, misalnya). Beberapa karya yang lain membuat
deg-degan pembaca, membuat pembaca menebak dan menerka kira-kira akan dibawa
kemana ceritanya (seperti dalam 10 Anak Negro), sementara ada kalanya
Tante Agatha membuat pembaca bercucuran air mata saat membaca Tirai. Karya-karya
beliau begitu luar biasa dan menetap di hati pembaca, menjadikannya layak
menyandang gelar Ratu Cerita Detektif Se-Dunia.
Gadis Ketiga diawali
dengan kedatangan seorang gadis muda ke kantor Poirot. Kepada detektif tua itu,
ia mengaku telah membunuh seseorang. Ketika Poirot menanyanya lebih jauh, gadis
itu menjawab bahwa ia merasa telah membunuh tapi ia tidak tahu kapan dan
bagaimana dan siapa yang ia bunuh. Poirot pun memutar otak, instingnya
mengatakan memang telah terjadi pembunuhan tetapi ia tidak menemukan satupun mayat. Kasus ini
ditambah seru dengan kehadiran Nyonya Ariadne Oliver, seorang penulis cerita
detektif, yang ikut-ikutan penasaran dan
nekat menyelidiki kasus ini.
Dari penelusuran mandiri,
diketahui kalau si gadis tinggal satu flat (satu petak) bersama dua gadis lain.
Gadis itu memutuskan pindah dari rumah ayahnya, yang kini punya istri baru (ibu
tirinya). Wajarlah jika seorang gadis membenci ibu tirinya, tapi si gadis
merasa bahwa kebenciannya tidak sebegitu besarnya sehingga membuatnya hendak
meracuni si ibu tiri. Si ibu tiri terus menerus sakit (walau dia akhirnya
selamat), ditemukan racun sianida dalam dosis kecil dalam makanannya.
Seluruh mata seolah menuduh sang
gadis sebagai si tersangka, dan si gadis pun merasa bahwa dirinya memang telah
berbuat seperti itu. Kasus yang sepertinya sederhana ini ternyata janggal di
mata Poirot. Melalui pikiran dan pengamatan serta antisipasinya yang tajam,
Poirot tahu bahwa ada yang salah, bahwa orang yang benar malah tengah terancam
bahaya. Kasusnya makin pelik ketika nyonya Ariadne Oliver yang ceroboh ikut melakukan
penyelidikan sendiri. Sekarang, bukan hanya satu orang yang terancam bahaya,
penulis tua itu juga tengah diincar. Mampukah Poirot bertindak tepat pada
waktunya sebelum jatuh korban yang kedua?
Lepas dari keistimewaan beliau,
Tante Agatha juga hanyalah seorang manusia yang kadang mengalami pasang-surut
dalam berkarya. Jika sebagian buku-bukunya begitu hebat dan luar biasa, ada
beberapa (sedikit sih) yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Meskipun yang
biasa-biasa dari beliau adalah luar biasa bagi kita. Tidak semua karyanya
terasa “menyenangkan” pembaca, ada beberapa yang bisa dibilang standar-standar
saja, entah karena alasan apa. Dan, salah satunya (menurut saya) adalah Gadis
Ketiga.
Ada beberapa poin yang
membuat Gadis Ketiga terasa aman-aman saja alias standar-standar saja
meskipun dalam karya ini Tante Agatha tetap mempertunjukkan kepiawaiannya dalam
mengamati dan mengolah karakter. Salah satunya adalah alur cerita yang terlalu
panjang sementara endingnya bisa dibilang “hanya begitu doang!” Setelah beratus-ratus
halaman kita disuguhi sepak terjang
Poirot dan Nyonya Oliver, lalu tahu kalau endingnya hanya begitu saja, rasanya kok kurang puas ya.
Walau jujur, saya juga gagal menebak kalau pelakunya si itu dan si anu
(hihhihihi spoiler). Tapi, tetap saja sulit untuk melepaskan buku ini kalau belum ketahuan siapa pelakunya (atau dalam kasus ini, benang merah kasusnya).
wahah akhirnya postbar detektif juga. Cetakan lawas yah, *lirik cover . aku masih belum jatuh cinta dengan AC, masih betah di sisi om Sherlock ajah *siul siul
ReplyDeleteeh sama aku juga posbar karya si 'tante' ini, dan kebetulan si Ny. Oliver ikutan juga di tempat saya :)
ReplyDeleteAku ga cocok sama gaya nulisnya tante agatha :(
ReplyDeleteTapi sempet kaget juga pas baca Pembunuhan Roger Ackroyd, ternyata pembunuhnya itu ._.