Judul : Throne of
Jade (Tahta Langit)
Pengarang : Naomi Novik
Penerjemah : ine milasari hidayah
Cetakan : 1, 2012
Halaman : 602 halaman
Penerbit : Elex Media Komputindo
Takhta Langit adalah
seri kedua dari serial Temeraire, menyambung dari buku pertamanya His Majesty’s Dragon. Sebagaimana buku
pertama, Takhta Langit masih mengangkat petualangan naga Temeraire dan penunggangnya Will Laurence dengan setting waktu pada masa era Perang Napoleon tahun 1800-an. Berbeda dengan buku pertama yang lebih
sarat aksi pertempuran naga di langit, buku ini cenderung lebih kalem dan
“lebih politis”. Kalau saya tidak keliru, hanya terjadi tiga pertarungan naga
di buku kedua ini: satu saat di lepas pantai Perancis, satu di Samudra Hindia,
dan satu lagi di Peking. Namun, bukan berarti buku ini kemudian menjadi tidak
menarik. Justru sebaliknya, buku ini istimewa dengan caranya sendiri. Jika di
buku pertama kita disuguhi adegan pertempuran, di buku kedua ini kita diajak untuk
berdiplomasi. Lawrence belajar banyak tentang hubungan politik antar negara,
yang dituliskan dengan begitu bergairah oleh penulis, sehingga pembaca pun
turut belajar banyak.
Menyambung
cerita pertama, diketahui fakta bahwa Temeraire ternyata adalah seekor naga
Celestial yang sangat langka dan berasal dari Kekaisaran China. Adat
mengharuskan bahwa seekor Celestial hanya boleh dipasangkan dengan seorang
kaisar atau kerabatnya. China kemudian mengirimkan utusan ke Inggris demi
menjemput kembali naga Celestialnya. Perundingan politik berlangsung a lot, dan
pembaca akan disuguhi dengan betapa rumitnya membicarakan hal-hal yg sifatnya
diplomasi antara negara. Tidak boleh asal tebas, semua hal harus dipikirkan
secara matang dan hati-hati karena taruhannya sangat besar. Laurence terpaksa
menyetujui pemindahan Temeraire ke China. Naga itu mungkin akan dirampas
darinya sesampainya di China, tapi paling tidak mereka masih punya waktu 6
bulan untuk bersama di sepanjang perjalanan laut menuju China. Bagaimana
langkah selanjutnya setelah sampai di sana, biar takdir yang memutuskan.
Maka
dimulailah perjalanan panjang membawa Temeraire ke China menggunakan sebuah
kapal angkut raksasa milik AL Inggris, Allegiance.
Di sini, Laurence terpaksa menghadapi masalah lagi saat para penerbang dan
marinir—yang memang sejak awal kurang akur—terpaksa hidup bersama di atas
sebuah kapal selam 6 bulan. Ini belum ditambah dengan keberadaan rombongan
utusan China yang dipimpin oleh Pangeran
Yongxing. Mereka lebih menimbulkan kerepotan di tengah segala ketenangan dan
ritual ala Chinanya yang ribet. Sepanjang perjalanan, baik Laurence dan
Temeraire harus menghadapi berbagai intrik serta plot rahasia yang rupanya
disusun untuk saling memisahkan keduanya. Selain badai yang mengganas di
samudra, mereka juga harus bersiap dengan badai yang mengamuk di dalam kapal,
perselisihan serta pertikaian yang muncul ketika sekelompok orang tinggal
bersama di sebuah kapal selama berbulan-bulan. Hebatnya lagi, Novik mampu
menciptakan karakterisasi yang utuh dalam tokoh-tokohnya, semuanya begitu khas
dan mudah terbedakan.
Setelah
akhirnya mereka sampai di China,
rombongan Lawrence dipisahkan dari Allegiance.
Intrik dan plot baru sudah menunggu. Di negeri asing nan eksotis itu,
kembali jalinan persahabatan antara Lawrence dan Temeraire diuji. Bangsa China
yang telah terlebih dulu membiakkan naga terbukti sudah jauh lebih mapan
ketimbang Eropa dalam memperlakukan naga-naga
di sana. Belum hilang kekaguman Lawrence, sebuah kabar mengejutkan
muncul. Sebuah serangan serta intrik rumit tengah disusun oleh para penghuni
istana untuk memisahkan sang naga dengan penunggangnya. Bisakan Temeraire dan
Laurence bertahan dalam cobaan kali ini? Bagaimana nasib “status Celestial”
yang disandang sang naga? Haruskah Laurence mengembalikan naga yang sejak
semula memang lebih layak tinggal di China ketimbang di Inggris? Semua akan
terjawab dengan sangat memuaskan setelah buku ini selesai dibaca.
Seperti
di awal saya bilang, buku ini sangat “politik” dan minim adegan pertempuran,
namun buku ini sangat istimewa dengan caranya sendiri. Novik menggali karakter
Lawrence lebih dalam lagi, juga karakter orang-orang di sekitarnya. Semua
karakter ia bikin abu-abu, tidak sepenuhnya jahat maupun baik. Karakter paling
kompleks dan kaya adalah sang diplomat Hammond. Tokoh yang sepertinya
menyebalkan ini ternyata memberikan banyak sekali hal-hal yang bisa dipelajari
pembaca tentang tugas dan kewajiban seorang diplomat. Selain itu, buku kedua
ini juga memiliki ending yang memuaskan, walau tidak se-epik buku pertama
dengan segala pertempurannya. Namun, sekali lagi, buku ini istimewa dengan
caranya sendiri.
skip skip skip.. huwaaa buku satunya belon kebacaaa ._.
ReplyDeleteHyakakakak, dibaca sebelum ilang lho momen naganya :)
ReplyDelete