Search This Blog

Wednesday, October 16, 2013

Bobbsey Twins, Rahasia Gua Perompak

Judul : Bobbsey Twins, Rahasia Gua Perompak
Pengarang : Laura Lee Hope
Ilustrasi : Ruth Sanderson
Terjemahan : Projosoegito
Cetakan : 1, Mei 1983
Penerbit : Indira



FOTO COVER TIDAK DITEMUKAN 
SAKING TUANYA USIA BUKU HIHIHI


                Mohon maaf sebelumnya, tapi serial petualangan ini bisa dibilang sebagai serial yang gagal karena serba-nanggung.  Alih-alih memiliki ide cerita yang agak berbeda dengan serial Lima Sekawan nan legendaris itu, serial ini seperti hanya menjiplak dan membuat bersi lain dari kisah-kisah Enid Blyton. Lebih parahnya lagi, jiplakan itu gagal total karena serba nanggung, baik dari alur kisahnya, karakterisasi tokohnya, persambungan antar cerita, konflik, dan juga ketegangan yang ditawarkan. Serial ini, mohon maaf, seolah-olah muncul sekadar sebagai bentuk euforia tahun 1980-an yang—untungnya—dibanjiri oleh buku-buku serial petualangan karangan Enid Blyton. Dibandingkan dengan The Hardy’s Boys, serial ini masih sangat mentah. Walau sama-sama membawa aroma Lima Sekawan ke setting Amerika, setidaknya The Hardy’s Boys masih memiliki orisinalitasnya sendiri dari segi cerita dan ketengangan. Sementara kalau seri ini, nanggung!

                Bobbsey Twins adalah seri cerita anak petualangan dengan tokoh sentral anak-anak kembar keluarga Bobbsey. Mungkin, ini awal karakterisasi yang bagus—walaupun masih sangat kentara bagaimana penulis mencoba menghilangkan jejak-jejak Lima Sekawan-nya. Mereka digambarkan masih seusia anak-anak SD, tapi sudah sering membantu penyelidikan kepolisian. Dalam buku ini, anak-anak itu diajak berlibur ke Bermuda, sebuah pulau di kawasan Laut Karibia yang terkenal akan sejarah bajak lautnya. Keanehan muncul ketika mereka sampai di bandara, ketika beberapa anak muda mencoba mengagalkan upaya Bert yang tengah iseng memotret para penumpang. Setelah itu, mereka juga mulai dibuntuti oleh orang-orang asing.

                Kejadian selanjutnya pasti bisa ditebak: kamera itu hilang, ada orang yang ingin mereka segera pergi dar Bermuda, dan misteri-misteri lain yang muncul susul-menyusul. Sebenarnya premis ceritanya bagus, tapi entah mengapa kurang kuat. Antara adegan dan satu dengan adegan yang lain seperti tidak menyambung. Ada kejadian ketika mereka tengah mengejar seseorang yang dicurigai, tapi beberapa halaman setelah itu scene berpindah ke kegiatan bersenang-senang. Dan sayangnya, perpindahan scene ini tidak sehalus Enid Blyton. Adegan-adegan utamanya memang jelas, tapi secara garis besar benang merah dari buku ini tidak bisa saya ikuti, walaupun akhirnya selesai juga ceritanya.


                Dari yang sekadar anak hilang, kemudian mengarah ke pencurian salib emas, lalu para pebncari harta karun, dan akhirnya penemuan sebuah gua misterius; ah terlalu banyak tema yang diangkat dalam buku yang ternyata hanya setebal 120 halaman ini—dan font-nya gede-gede lho! Banyak sekali hal yang hilang, cerita yang tak tertampilkan, juga ending yang terlalu melompat dan kurang bisa dinikmati. Secara umum, saya kurang menikmati membaca buku ini. mungkin karena saya bukan anak-anak lagi hehehehe. Tapi, saya masih bisa menikmati bahkan sangat menyukai membaca Lima Sekawan, Trio Deteketif, dan The Hardy’s Boys. Membaca karya-karya itu ibarat penghiburan, sementara membaca buku ini tak meninggalkan bekas yang berarti. Saya bahkan kesulitan mengingat kronologi ceritanya. Untuk ukuran buku ringan seperti ini, anak-anak berusia 5 tahun ke atas bisa membacanya dengan lancar, karena minim adegan-adegan yang agak “keras” seperti di The Hardy’s Boys.  

Review ini disertakan dalam RC yang diadakan oleh Bacaan Bzee.

No comments:

Post a Comment