Judul :
Bobbsey Twins, Rahasia Gua Perompak
Pengarang
: Laura Lee Hope
Ilustrasi
: Ruth Sanderson
Terjemahan
: Projosoegito
Cetakan :
1, Mei 1983
Penerbit
: Indira
FOTO COVER TIDAK DITEMUKAN
SAKING TUANYA USIA BUKU HIHIHI
Mohon
maaf sebelumnya, tapi serial petualangan ini bisa dibilang sebagai serial yang
gagal karena serba-nanggung. Alih-alih
memiliki ide cerita yang agak berbeda dengan serial Lima Sekawan nan legendaris itu, serial ini seperti hanya menjiplak
dan membuat bersi lain dari kisah-kisah Enid Blyton. Lebih parahnya lagi,
jiplakan itu gagal total karena serba nanggung, baik dari alur kisahnya,
karakterisasi tokohnya, persambungan antar cerita, konflik, dan juga ketegangan
yang ditawarkan. Serial ini, mohon maaf, seolah-olah muncul sekadar sebagai
bentuk euforia tahun 1980-an yang—untungnya—dibanjiri oleh buku-buku serial
petualangan karangan Enid Blyton. Dibandingkan dengan The Hardy’s Boys, serial ini masih sangat mentah. Walau sama-sama
membawa aroma Lima Sekawan ke setting
Amerika, setidaknya The Hardy’s Boys masih
memiliki orisinalitasnya sendiri dari segi cerita dan ketengangan. Sementara
kalau seri ini, nanggung!
Bobbsey Twins adalah seri
cerita anak petualangan dengan tokoh sentral anak-anak kembar keluarga Bobbsey.
Mungkin, ini awal karakterisasi yang bagus—walaupun masih sangat kentara bagaimana
penulis mencoba menghilangkan jejak-jejak Lima
Sekawan-nya. Mereka digambarkan masih seusia anak-anak SD, tapi sudah
sering membantu penyelidikan kepolisian. Dalam buku ini, anak-anak itu diajak
berlibur ke Bermuda, sebuah pulau di kawasan Laut Karibia yang terkenal akan
sejarah bajak lautnya. Keanehan muncul ketika mereka sampai di bandara, ketika
beberapa anak muda mencoba mengagalkan upaya Bert yang tengah iseng memotret
para penumpang. Setelah itu, mereka juga mulai dibuntuti oleh orang-orang asing.
Kejadian
selanjutnya pasti bisa ditebak: kamera itu hilang, ada orang yang ingin mereka
segera pergi dar Bermuda, dan misteri-misteri lain yang muncul susul-menyusul.
Sebenarnya premis ceritanya bagus, tapi entah mengapa kurang kuat. Antara
adegan dan satu dengan adegan yang lain seperti tidak menyambung. Ada kejadian
ketika mereka tengah mengejar seseorang yang dicurigai, tapi beberapa halaman
setelah itu scene berpindah ke
kegiatan bersenang-senang. Dan sayangnya, perpindahan scene ini tidak sehalus Enid Blyton. Adegan-adegan utamanya memang
jelas, tapi secara garis besar benang merah dari buku ini tidak bisa saya
ikuti, walaupun akhirnya selesai juga ceritanya.
Dari
yang sekadar anak hilang, kemudian mengarah ke pencurian salib emas, lalu para
pebncari harta karun, dan akhirnya penemuan sebuah gua misterius; ah terlalu
banyak tema yang diangkat dalam buku yang ternyata hanya setebal 120 halaman
ini—dan font-nya gede-gede lho! Banyak sekali hal yang hilang, cerita yang tak
tertampilkan, juga ending yang terlalu melompat dan kurang bisa dinikmati.
Secara umum, saya kurang menikmati membaca buku ini. mungkin karena saya bukan
anak-anak lagi hehehehe. Tapi, saya masih bisa menikmati bahkan sangat menyukai
membaca Lima Sekawan, Trio Deteketif, dan
The Hardy’s Boys. Membaca karya-karya
itu ibarat penghiburan, sementara membaca buku ini tak meninggalkan bekas yang
berarti. Saya bahkan kesulitan mengingat kronologi ceritanya. Untuk ukuran buku
ringan seperti ini, anak-anak berusia 5 tahun ke atas bisa membacanya dengan
lancar, karena minim adegan-adegan yang agak “keras” seperti di The Hardy’s Boys.
Review ini disertakan dalam RC yang diadakan oleh Bacaan Bzee.
No comments:
Post a Comment