Search This Blog

Thursday, September 26, 2013

Outcast of Pride

Judul : Outcast of Pride
Pengarang : Maximilian Surjadi
Editor: Itonovidya
Cetakan: 1, September 2013
Tebal : 180 hlm
Harga : Rp 32.000
Penerbit : De Teens


               
                Benar sekali endorsement yang diberikan oleh RD Villam tentang novelette ini, “Kisah fantasi yang seru dan mudah dinikmati.” Ceritanya berupa petualangan dan perjalanan. Karakternya ditulis kuat dan akrab di benak para pembaca kisah fantasi. Plotnya lurus dan tidak bercabang-cabang, serta kisahnya dihiasi dengan adegan pertarungan seru serta ending yang menyenangkan. Ini adalah elemen-elemen kisah fantasi yang paling banyak dicari oleh banyak pembaca. Pertualangannya maut namun semua tokoh utama berhasil mencapai apa yang mereka cita-citakan. Setting dan konsepnya digarap matang, yakni menggunakan dunia kaum druid dan benua Eropa sebagai bayangan utama cerita. Dengan kalimat lain, Outcast of Pride adalah novelette sederhana namun memuaskan saat selesai dibaca.
                Kisah dimulai dengan bertemunya Aislinn—seorang wanita ksatria—dengan seorang pendeta druid bernama  Alfarr. Aislin adalah seorang ksatria Kerajaan Kapitalia yang membelot dan kemudian melarikan diri dengan luka yang cukup parah. Saat lari inilah ia ditemukan oleh Alfarr, yang kemudian merawatnya dengan pengetahuan alam dan tanaman obatnya. Ironis sekali, Aislinn kemudian mengaku bahwa ia adalah seorang ksatria yang dulu bertugas memburu dan menumpas para penganut agama lain selain ajaran resmi kerajaan. Mengetahui bahwa Alfaar adalah satu-satunya pendeta druid yang tersisa di Kapitalia membuat Aisliin semakin merasa bersalah. Sebuah serangan kemudian menyatukan keduanya. Entah untuk berterima kasih atau mengha[us rasa bersalahnya, Aislinn meangkat dirinya sebagai pelindung Alfaar.
                Keduanya lalu memutuskan untuk berpetualang keluar dari Kapitalia menuju kerajaan musim dingin di utara, Ragna Goliath. Namun, dalam perjalanan, Aislinn terkena penyakit winter curse yang ternyata adalah sebuah mantra kuno yang ganas. Bersama dua kawan baru, Hedwyn dan Miria, empat orang petualang ini berangkat menuju Silver Peak, tempat tertinggi di Ragna Goliath, untuk mencari penawarnya. Sayangnya, tempat kuno itu dijaga oleh troll dan goblin, belum lagi di dalamnya bersliweran mantra-mantra maut serta jebakan-jebakan mematikan. Seorang penyihir hitam juga telah menunggu mereka di sana. Sebuah perjuangan yang berat dan keras, dan dinarasikan dengan begitu luwes oleh sang pengarang.
                Outcast of Pride adalah naskah yang menjadi juara kedua dalam lomba menulis #FikfanDIVA. Sejak seleksi awal, saya tahu naskah ini paling tidak akan masuk 10 besar (yang ternyata malah langsung menduduki posisi terbaik kedua). Keunggulan naskah ini adalah kerapian dan keruntutan dalam segi penulisan. Karakternya tidak banyak, namun masing-masing ditulis dengan cukup kuat. Alurnya maju ke depan, rapi dan mudah diikuti oleh pembaca. Ceritanya, meskipun dari jenis cerita yang sering kita baca, lumayan seru dan sangat menghibur. Penulis bahkan menyertakan endnote di halaman-halaman belakang, menunjukkan bahwa Outcast of Pride ditulis dengan riset dan pengetahuan, meskipun ini adalah sebuah karya fiktif. Kerajaan Kapitalia mungkin terinspirasi oleh Kekaisaran Romawi yang pernah menguasai daratan Britania pada abad-abad awal Masehi dan pernah dalam suatu masa mereka memerintahkan pembasmian terhadap seluruh ajaran pagan, termasuk druidism. Dengan segala keistimewaannya ini, Outcast of Pride menjadi sebuah novel fantasi karya anak bangsa yang patut untuk dikoleksi dan diapresiasi.

                 

2 comments:

  1. Wih bahkan naskah-naskah yang ditulis di indonesia pun skrang banyak berkiblat ke cerita-cerita eropa or amerika yaa..mungkin lebih menarik kali ya dion.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sebenarnya yang lokal juga tidak kalah menarik kok, hanya saja mungkin kurang tergali

      Delete