Judul : Outcast of Pride
Pengarang : Maximilian Surjadi
Editor: Itonovidya
Cetakan: 1, September 2013
Tebal : 180 hlm
Harga : Rp 32.000
Penerbit : De Teens
Benar
sekali endorsement yang diberikan
oleh RD Villam tentang novelette ini, “Kisah fantasi yang seru dan mudah
dinikmati.” Ceritanya berupa petualangan dan perjalanan. Karakternya ditulis
kuat dan akrab di benak para pembaca kisah fantasi. Plotnya lurus dan tidak
bercabang-cabang, serta kisahnya dihiasi dengan adegan pertarungan seru serta
ending yang menyenangkan. Ini adalah elemen-elemen kisah fantasi yang paling
banyak dicari oleh banyak pembaca. Pertualangannya maut namun semua tokoh utama
berhasil mencapai apa yang mereka cita-citakan. Setting dan konsepnya digarap
matang, yakni menggunakan dunia kaum druid
dan benua Eropa sebagai bayangan utama cerita. Dengan kalimat lain, Outcast of Pride adalah novelette
sederhana namun memuaskan saat selesai dibaca.
Kisah
dimulai dengan bertemunya Aislinn—seorang wanita ksatria—dengan seorang pendeta
druid bernama Alfarr. Aislin adalah
seorang ksatria Kerajaan Kapitalia yang membelot dan kemudian melarikan diri
dengan luka yang cukup parah. Saat lari inilah ia ditemukan oleh Alfarr, yang
kemudian merawatnya dengan pengetahuan alam dan tanaman obatnya. Ironis sekali,
Aislinn kemudian mengaku bahwa ia adalah seorang ksatria yang dulu bertugas
memburu dan menumpas para penganut agama lain selain ajaran resmi kerajaan.
Mengetahui bahwa Alfaar adalah satu-satunya pendeta druid yang tersisa di
Kapitalia membuat Aisliin semakin merasa bersalah. Sebuah serangan kemudian
menyatukan keduanya. Entah untuk berterima kasih atau mengha[us rasa
bersalahnya, Aislinn meangkat dirinya sebagai pelindung Alfaar.
Keduanya
lalu memutuskan untuk berpetualang keluar dari Kapitalia menuju kerajaan musim
dingin di utara, Ragna Goliath. Namun, dalam perjalanan, Aislinn terkena
penyakit winter curse yang ternyata
adalah sebuah mantra kuno yang ganas. Bersama dua kawan baru, Hedwyn dan Miria,
empat orang petualang ini berangkat menuju Silver Peak, tempat tertinggi di
Ragna Goliath, untuk mencari penawarnya. Sayangnya, tempat kuno itu dijaga oleh
troll dan goblin, belum lagi di dalamnya bersliweran mantra-mantra maut serta
jebakan-jebakan mematikan. Seorang penyihir hitam juga telah menunggu mereka di
sana. Sebuah perjuangan yang berat dan keras, dan dinarasikan dengan begitu
luwes oleh sang pengarang.
Outcast of Pride adalah naskah yang
menjadi juara kedua dalam lomba menulis #FikfanDIVA. Sejak seleksi awal, saya
tahu naskah ini paling tidak akan masuk 10 besar (yang ternyata malah langsung
menduduki posisi terbaik kedua). Keunggulan naskah ini adalah kerapian dan
keruntutan dalam segi penulisan. Karakternya tidak banyak, namun masing-masing
ditulis dengan cukup kuat. Alurnya maju ke depan, rapi dan mudah diikuti oleh
pembaca. Ceritanya, meskipun dari jenis cerita yang sering kita baca, lumayan
seru dan sangat menghibur. Penulis bahkan menyertakan endnote di halaman-halaman belakang, menunjukkan bahwa Outcast of Pride ditulis dengan riset dan
pengetahuan, meskipun ini adalah sebuah karya fiktif. Kerajaan Kapitalia
mungkin terinspirasi oleh Kekaisaran Romawi yang pernah menguasai daratan
Britania pada abad-abad awal Masehi dan pernah dalam suatu masa mereka
memerintahkan pembasmian terhadap seluruh ajaran pagan, termasuk druidism. Dengan
segala keistimewaannya ini, Outcast of
Pride menjadi sebuah novel fantasi karya anak bangsa yang patut untuk
dikoleksi dan diapresiasi.
Wih bahkan naskah-naskah yang ditulis di indonesia pun skrang banyak berkiblat ke cerita-cerita eropa or amerika yaa..mungkin lebih menarik kali ya dion.
ReplyDeleteIya, sebenarnya yang lokal juga tidak kalah menarik kok, hanya saja mungkin kurang tergali
Delete