Search This Blog

Friday, September 27, 2013

On Writing

Judul : On Writing
Penulis : Stephen King
Penerjemah :Rahmani Astuti
Editor : Esti Budihabsari
Cetakan : 2, 2005
Halaman : 413 halaman
Penerbit : Qanita




                Musim panas, 13 Juni 2009, Stephen King sang maestro tulisan thriller dan horor tengah berjalan kaki santai di dekat rumahnya. Hanya acara jalan-jalan biasa yang, tanpa ia sadari, akan berubah menjadi peristiwa horor: sebuah van biru menabraknya hingga terpental ke atas mobil sebelum kemudian terbanting lagi ke bawah. Nyawanya nyaris tidak selamat, kecelakaan itu menghancurkan tulang kaki, tulang rusuk dan sebagian tulang punggungnya. Dua bulan perawatan menyadarkan dirinya bahwa waktu begitu berharga, tidak boleh dibuang begitu saja meskipun itu demi alasan sakit atau tengah menjalani perawatan. Dan, masa-masa itulah sang maestro melahirkan On Writing, sebuah autobiografi tentang dirinya sendiri, tentang menulis. Karena baginya menulis adalah separuh jiwa, maka lebih dari separuh On Writing adalah tentang menulis, karena itulah dunia seorang Stephen King.

                “Aku menulis karena itu memuaskan diriku. … Aku menulis untuk kesenangan. Aku benar-benar menikmatinya. … Ada saat-saat ketika menulis bagiku menjadi seperti takdir kecil, pencerahan pada saat murung. … Menulis bukan kehidupan, tetapi kupikir kadang-kadang dapat menjadi cara untuk kembali hidup.” (hlm 364) .

                Lahir di Portland, Maine, pada tahun 1947 dari  orang tua yang bernama Ronald dan Nellie Pittsbury Kings, Stephen kecil bersama kakaknya diasuh hanya oleh ibunya yang bekerja serabutan. Sejak kecil, kedua kakak-beradik ini sudah diajarkan tentang kerja keras, Stephen bahkan menyambi bekerja sambil sekolah. Kehidupan terpaksa mereka lewatkan dengan berpindah-pindah rumah kontrakan, juga pekerjaan. Tapi, Tuhan Maha Adil. Kesulitan selalu dibarengi dengan kehebatan. Baik Stephen maupun Kakaknya, Dave, dianugerahi kreativitas luar biasa. Sementara sang kakak memilih jalur eksak, Stephen kecil memilih jalur menuliskan cerita. Sejak usia 14 tahun, ia rutin mengirimkan ceritanya pada berbagai majalah, dan sejak itu pula ia rutin menerima penolakan. Alih-alih dibuang, setiap surat penolakan yang ia terima akan ia paku di tembok sebagai penyemangat. Ia bahkan terinspirasi darinya.

                “Surat-surat penolakan itu tidak banyak dan jarang-jarang, tetapi kalau datang, selalu membuat hariku cerah dan membuatku tersenyum.” (hlm 323)

                Ketekunannya untuk terus menulis walaupun terus ditolak adalah kegigihan utama yang menunjukkan kualitas asli seorang Stephen King. Ia tidak menyerah, penolakan ia jadikan sebagai penyemangat. Dan, ketika akhirnya cerita pendek pertamanya dimuat, cerita-cerita terdahulu yang ditolak pun mulai dilirik kembali oleh penerbit. Namun, titik kritis dalam hidupnya adalah ketika novel pertamanya Carrie, terbit pada tahun 1973. Sebuah titik yang sekaligus mendorong Stephen King untuk terjun total sebagai penulis. Segala peristiwa keseharian, orang-orang yang ia jumpai, semuanya adalah sumber inspirasi bagi Stephen King. Selain mengungkapkan keberuntungannya sebagai generasi yang lahir pada masa-masa sebelum televisi membombardir generasi muda, ia juga menekankan tentang pentingnya aktivitas membaca
.
                “Kalau engkau tidak punya waktu untuk membaca, kau tidak punya waktu (atau peralatan) untuk menulis. Membaca adalah pusat kreativitas kehidupan seorang penulis. Aku membawa buku kemanapun aku pergi, dan menemukan di sana segala macam peluang untuk menenggelamkan diri dalam bacaan.” (hlm 200).

                “Dengan banyak membaca, kau akan terbantu menjawab berapa banyak, dan hanya dengan menulis kau akan terbantu menjawab pertanyaan bagaimana. Kau dapat belajar hanya dengan melakukannya.” (244)

                Diungkapkan pula melalui autobiografinya ini bahwa rahasia produtivitasnya dalam menulis adalah rutinitas dan ketekunan dalam menulis. Kedisiplinan dan ketertiban dalam menulis, itulah senjata utama seorang penulis agar dapat terus menghasilkan karya.

                “Program berlatih keras membaca dan menulis—empat minggu, enam sehari, setiap hari—tidak terasa jika kau benar-benar menikmatinya…” (hlm xxvi)

                “Aku menulis setiap hari termasuk pada hari Natal, hari Kemerdekaan, dan hari ulang tahunku. … Ketika aku menulis, semua itu seperti tempat bermain, dan waktu tiga jam yang kugunakan tetap terasa menyenangkan.” (hlm 210)

                Hampir 70% On Writing adalah tentang tips-tips menulis ala Stephen King. Bagian autobiografi tentang kehidupan masa kecil hingga dewasa hanya menepati sekitar 141 halaman yang ia beri judul CV. Selebihnya, ia mengungkapkan proses kreatifnya dalam menulis, yang sesekali disela dengan menceritakan suatu episode dalam kehidupannya. Agak berputar-putar memang, namun mengingat On Writing digarap di sela-sela waktu pemulihannya dari kecelakaan, buku ini sudah sangat luar biasa. Dari banyaknya porsi tentang proses menulis di autobiografinya, dapat disimpulkan bahwa Stephen King terbangun oleh proses menulis itu sendiri. Hampir separuh jiwanya adalah untuk menulis, tidak heran jika menulis juga mengambil lebih dari setengah porsi autobiografinya ini.


                “Menulis bukanlah untuk mencari uang, menjadi terkenal, mendapat teman kencan, menjadi mapan, atau memperoleh banyak teman. Pada akhirnya, menulis adalah untuk memperkaya hidup orang-orang yang akan membaca karyamu dan memperkaya hidupmu sendiri pula. Tujuannya adalah bangkit, sembuh, dan mengatasi keadaan …. Menulis itu mukjizat, seperti air kehidupan, seperti karya seni kreatif lainnya.” (hlm. 191 - 392)

19 comments:

  1. duh malu belum pernah baca karya beliau :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah baru baca satu kang wkwkwk

      Delete
    2. Wah sama.. aku juga blm pernah satu kalipun baca buku beliau :P

      Delete
    3. Baca Under The Dome aja *nyamber*

      Delete
    4. Huhuhu aku pengen baca Under the Dome

      Delete
  2. duh dari dulu penasaran sama buku ini, tapi baru tau kalo ada terjemahannya :D enakkah terjemahannya?

    ReplyDelete
  3. aku sudah punya buku ini tapi belum dibaca...hehe

    ReplyDelete
  4. Salah satu penulis favoritku. Duh, on writing msh nunggu dibaca

    ReplyDelete
  5. uhuk. tragedi stephen hawking XD
    Haduuh, mata naganyaaa belon dibacaa iniiih

    ReplyDelete
  6. wahh.. baca ini jadi tertarik buat baca bukunyaa :D

    ReplyDelete
  7. pas obral kapan hari sdh mau beli, cmn krn masuk non-fiksi kupikir cmn teori-teori dan tips cara menulis saja isinya, jadi semi biografi juga ya.
    *coba cari lagi ah, siapa tahu masih ada*

    ReplyDelete
  8. pengen buku ini, kalo nemu kasi tahu ya

    ReplyDelete