Judul:
And Then There Were None
Pengarang: Agatha Christie
Penerjemah:Mareta
Sampul: Satya Hadi Utama
Cetakan: 9, 2011
Halaman: 291 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dari
sekian banyak novel misteri pembunuhan karya maestro fiksi detektif Agatha
Christie, And Then There None adalah
salah satu yang paling tidak biasa sekaligus banyak disukai pembaca. Dengan
label “Cerita detektif tanpa detektif”, buku ini tetap memukau dengan caranya
sendiri, tetap membuat pembaca terhenyak di akhir cerita dan kemudian bertepuk
tangan akan kepiawaian penulis dalam “menyesatkan” pembaca. Bagi saya, novel
ini adalah salah satu novel Agatha Christie yang paling cepat saya baca karena
saking serunya dan karena penasaran mengetahui siapa pembunuhnya. Efek membaca Lalu Semuanya lenyap ini sama dahsyatnya
dengan ketika saya membaca Buku Catatan
Josephine.
Dalam Lalu Semuanya Lenyap, pembaca akan diajak rehat sebentar dari keseharian
Miss Marple dan kecerdasan Hercule Poirot. Tidak ada yang menyangsikan kecerdasan
keduanya dalam menguak kasus, tapi selingan ini juga cerdas dalam cara yang
berbeda. Tidak ada detektif dalam novel ini. Tidak ada penyelidikan di
dalamnya. Yang ada hanyalah teror, rasa penasaran, penjabaran dari jenis-jenis
emosi dasar manusia ketika mereka tengah terancam dan saling mencurigai.
10
orang yang tidak saling mengenal diundang ke sebuah rumah mewah yang ada di
Pulau Negro, di seberang pantai Devon. Tidak ada yang mengenal siapa sang
pengundang, yang jelas 10 orang itu hanya tinggal berangkat dan menikmati waktu
mereka di pulau itu. Maka, satu per satu tamu berdatangan ke pulau terisolir
itu dan pada hari yang telah ditentukan, genap berkumpul 10 orang tamu undangan
(8 tamu dan 2 orang yang ditugasi sebagai pelayan) di pulau Negro. Acara yang
semula penuh dengan ekspektasi kegembiraan berubah menjadi horor ketika sebuah
kaset rekaman diperdengarkan, isinya mengancam akan ada balasan bagi 10 orang
bersalah yang ada di pulau itu. Tidak lama setelahnya, korban pertama jatuh.
Pemuda gagah itu tiba-tiba memekik dan jatuh mati begitu saja begitu menyesap
minumannya setelah makan malam. Beberapa jam berikutnya, korban kedua jatuh di
kamarnya sendiri. Dua dari sepuluh,
masih tersisa delapan.
Dicekam
ketakutan dan teror, 8 orang yang masih selamat menemukan bahwa masing-masing
mereka akan menjadi korban berikutnya. Polanya mengikuti sebuah sajak berjudul
10 anak negro yang menghilang satu demi satu. Ada seorang pembunuh cerdas di
rumah itu, menanti para korbannya lemah sementara mereka tidak bisa keluar atau
melarikan diri dari pulau itu. Dan, sang pembunuh tidak membunuh secara acak,
namun mengikuti pola yang ada dalam nyanyian sajak sepuluh anak negro. Dan akhirnya, satu per satu korban berjatuhan.
Dan, ketidakadilan pun terbalaskan. Apa dan mengapa serangkaian pembunuhan itu
dilakukan? Siapa sebenarnya si pembunuh misterius? Dan bagaimana ia membunuh
satu per satu korbannya? Tante Agatha memang jagonya bikin pembaca penasaran.
Sebuah buku yang wajib dibaca bagi penggemar cerita misteri.
Seorang
teman memberi tahu saya bahwa And There
Were None pernah difilmkan, katanya sih settingnya di Indonesia. Yang lebih
unik lagi, sajak 10 Anak Negro
diterjemahkan dalam lirik lagi di bahasa Indonesia yang sudah kita kenal.
Sayang dia lupa menyebutkan dimana ia mendapatkan film itu. Tentunya akan
sangat asyik melihat bagaimana sajak itu diterjemahkan. Saya akan mencoba
menerjemahkan dan menyadurnya di sini. Iseng amat ya hagagaga
Tek kotek-kotek-kotek, Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tersedak minuman, anak
ayam tinggal sembilan.
Mati satu ketiduran, anak ayam
tinggal delapan
Mati satu dan tidak pulang, anak ayam tinggal bertujuh
Mati satu terkena potongan, anak ayam tinggal berenam
Mati satu kena sengatan, anak ayam tinggal berlima
Mati satu di depan pengadilan, anak ayam tinggal berempat
Mati satu karena tenggelam, anak ayam tinggal bertiga
Mati satu dimakan beruang, anak ayam tinggal berdua
Mati satu kepanasan, anak ayam tinggal satu-satunya.
Mati satu sendirian, anak ayam habislah sudah.
Beneran, kok....
ReplyDeleteOrang-orangnya seingetku rambutnya masih model berkibar dengan celana cutbrai...
Itu kan terjemahan dari lirik bahasa Inggris?
Yang versi Indonesia lagunya nggak sedetil ini kali.
Coba liat di Youtube, lagunya suka-suka. Ada yang anak ayamnya 4, ada yang 6.
Eh, aku googling ada juga sih yang sampe 50 anak ayam. Buset... ~..~"
Entah yang ini nyanyiinnya gimana.
Tapi yang sepuluh ya standar liriknya.
Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek
Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek
Tek kotek, kotek kotek
Anak ayam turun berkotek
.... gitu seterusnya sampe abis... >_<
Hadehhh capek ya nyanyinya hahahaha tapi lagu ini pas kok memang temanya, hanya sajaknya yg harus diubah ulang. Cari lg mbak filmnya. Mau....
DeleteIni novel Agatha Christie yang paling saya suka (selain yg Tugas Herkules itu) :)
ReplyDeleteTerjemahan sajaknya asik... jadi nyanyi2 sendiri :p
Iya, saya suka sekali yang ini
Deletedulu masih ragu2 mau baca soalnya gak ada detektifnya. tapi baca resensinya mas dion jadi pengen! seru abis kayaknya, dan liat lagunya kok serem bgt ya.. hiii
ReplyDeleteHayuk dibaca, seru amat kok
Deletemau agatha christienyaaaaaaaa ya ya ya
ReplyDeleteArghhh tidakkkk *bekep hahaha
DeleteAku pernah nonton film ini jaman masih sd sekitar tahun 90 an
ReplyDeleteSumpah filmnya menegangkan
Di jual dimana ya kira2?
ReplyDeleteSatu-satunya motivasi mau beli buku ini karena And Then There We None diangkat ke TV Series UK (atau film pendek mungkin) 2016 berjudul sama. Asli BAGUS.
ReplyDeleteDah oh, tentu saja ya, salah satu pemainnya adalah lelaki tampan idaman para wanita diseluruh dunia, Aidan Turner, sebagai Phillip Lombard. I can't stop scream minute when I know this shitty news. GAH.