Search This Blog

Monday, April 29, 2013

Selasa Bersama Morrie


Judul     : Selasa Bersama Morrie
Pengarang          : Mitch Albom
Alih bahasa        : Alex Tri Kantjono Widodo
Cetakan               : Kedelapan, Juli 2011
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama



                Morrie Schwartz, seorang profesor Sosiologi di Brandeis University,  divonis menderita ALS yang dikenal sangat ganas. Penyakit itu menggegogoti tubuhnya, mulai dari bawah, mematikan saraf-sarafnya, membuatnya  lumpuh perlahan demi perlahan, menghalanginya dari berbagai kegiatan menyenangkan yang seharusnya bisa ia lakukan di penghujung usia senjanya. Lebih dari itu semua, Morrie tahu bahwa jatah kehidupannya di dunia tinggal sebentar lagi. Tapi, alih-alih mengasihani diri dan berkubang dalam kesedihan, profesor ini memilih untuk mengisi akhir kehidupannya dengan menjadi orang yang tetap bermanfaat. Ia tidak berusaha mengingkari penyakitnya, pun tidak mau pasrah menunggu maut menjemput dengan tidak berbuat apa-apa.

Ia bertekad untuk meninggalkan sebuah warisan berharga yang dapat membantu orang-orang untuk lebih mensyukuri kehidupannya dan agar tidak takut kepada kematian. Bahwa sekarat tidak selalu sama artinya dengan “tidak berguna.” Ia hendak meninggalkan jejak berharga bagi umat manusia, sebuah kuliah terakhir tentang kehidupannya dan Mitch pun terpilih sebagai sang mahasiswa.

                Setiap hari Selasa dalam setiap pekannya, Mitch akan mengunjungi sang mantan dosen itu di rumahnya. Mereka akan berdiskusi tentang kehidupan, tentang pentingnya memaafkan (termasuk memaafkan diri sendiri), tentang menggunakan waktu yang ada dengan sebaik mungkin, tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan, keluarga, dan hari paling baik. Benar-benar sosok guru yang luar biasa, yang tetap mengilhami walau sampai penghujung usia.

                Sekali lagi, saya berhasil dibuai oleh lancarnya Mitch Albom dalam membahas sebuah cerita tentang kehidupan. Ada kesan sedikit menggurui, namun penulis mampu menyampaikan idenya dengan halus dan tak terasa memaksa. Banyak pesan tentang kehidupan yang diselipkan. Ada banyak sekali kalimat dan petuah bermanfaat yang patut diingat serta dijadikan pegangang. Juga, ada cerita mengharu-biru yang mungkin telah banyak membuat banyak pembaca tersentuh hatinya secara positif. Sungguh, Profesor Morrie benar-benar orang yang beruntung terlepas dari nasibnya yang harus mengalami serangan ALS. Beruntung karena ia mampu memahami kehidupan sesempurna yang ia bisa, juga karena memiliki murid hebat yang kemudian menuliskan pengalaman indah ini untuk para pembaca di seluruh dunia.
               

5 comments: