Buku Catatan Josephine

Judul     : Buku Catatan Josephine

Pengarang          : Agatha Christie

Penerjemah         : Mareta

Cetakan               : ketujuh, tahun 2000, 287 halaman

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

                “Buku ini adalah salah satu buku favorit saya. Menulis Buku Catatan Josephine merupakan suatu kenikmatan tersendiri dan saya yakin, buku ini merupakan salah satu karya saya yang terbaik.” (Agatha Christie)

                Adakah yang lebih merangsang minat membaca (dan memiliki) selain ungkapan sang penulis yang memuji-muji salah satu karyanya sebagai yang terbaik? Apalagi jika penulis itu adalah penulis kaliber internasional dan kepiawaiannya sudah tidak terbantahkan lagi seperti Agatha Christie. Buku Catatan Josephine (dari judul asli The Crooked House) memang diakui pembaca dunia sebagai salah satu yang terbaik dari puluhan karya penulis legendaris ini. Ceritanya memang spesial, alurnya cepat, dan analisis serta jalan ceritanya benar-benar tak tertebak. Pembaca akan dipukau dan sengaja dihilangkan konsentrasinya, sehingga mereka larut dalam cerita dan lupa menebak siapa pembunuhnya. Bagi saya pribadi, ini adalah pengalaman membaca buku Agatha Christie yang tercepat, yakni hanya dua hari dari yang biasanya seminggu. Memang, harus diakui, Buku Catatann Josephine entah bagaimana memiliki pesona luar biasa dalam menjerat pembacanya.

                Buku ini berkisah tentang sebuah kasus pembunuhan di sebuah keluarga kaya nan eksentrik, adalah Aristide Leonides, seorang usahawan yang sukses dengan cara-cara yang licin. Ia selalu bisa mengelak dari jeratan hukum dan  entah bagaimana usahanya juga selalu sukses. Untungnya, ia memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi sehingga ia benar-benar menyayangi seluruh anggota keluarga besarnya. Maka, ia memerintahkan agar keluarga anak-anaknya dan juga saudaranya sama tinggal dalam satu rumah dengannya, di dalam rumah yang juga tidak kalah aneh “Rumah Bengkok”. Usahawan tua itu juga sangat dermawan kepada seluruh ahli warisnya, di mana masing-masing mendapat bagian yang lumayan besar. Karena itulah, kemudian masyarakat London langsung heboh ketika mengetahui si tua Aristide dibunuh dengan cara diracun di rumahnya sendiri.

                Maka, misteri pun mulai bergulir. Pemuda Charles jatuh cinta kepada cucu perempuan Leonides, yakni Sophie. Dengan menempatkan dirinya sebagi perwakilan tersembunyi dari Scotland Yard (Kepolisian Inggris), Charles berusaha masuk dan mencari informasi tentang di pembunuh dari dalam rumah. Ada banyak orang yang menjadi tersangka, mulai dari istri muda Leonides, guru dari para cucunya yang ternyata menjalin hubungan dengan si istri muda, hingga anak kedua Leonides yang sepertinya cemburu pada anak pertama. Bahkan, Sophie pun punya motif dan Charles harus tetap objektif dalam menilai.

Saat semuanya makin aneh, Charles bertemu dengan Josephine, cucu perempuan Leonides yang ternyata sangat cerdas. Ia mengatakan bahwa dirinya tahu siapa si pembunuh. Gadis kecil ini memang suka menguping dan selalu ingin tahu. Usianya baru 12 tahun, tapi penalarannya bak detektif. Charles berulang kali mendapat info penting tentang kasus ini dari celotehan Josephine yang tidak masuk akal. Namun, mengetahui tidak selalu baik dalam suatu kasus yang belum terpecahkan. Dalam hal ini, Josephine mengaku tahu siapa si pembunuh. Ada seorang pembunuh di rumah bengkok itu, dan nyawa si gadis kecil itupun dalam bahaya. Charles harus melindunginya.  Namun, korban kedua pun jatuh, sementara si pembunuh masih berkeliaran dengan bebas di dalam rumah.

Sungguh sebuah kasus yang unik dalam sebuah keluarga yang unik. Karakter-karakter keluarga Leonides begitu hidup. Masing-masing memiliki motifnya sendiri sehingga pembaca makin pusing menerka siapa kira-kira pelakunya. Bahkan, sampai halaman-halaman terakhir, pembaca yang kurang awas akan terkecoh karena pembunuhnya ternyata orang yang tidak disangka-sangka. Benar-benar buku yang bagus.