Judul :
Redfang
Pengarang :
Fachrul R.U.N
Editor : Louis
Javano
Ilustrator :
happy Mayorita
Sampul :
V. Weyland dan Felix Adrianto
Cetakan :
1, 2012, 418 halaman
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Wow,
sungguh sebuah cerita yang tidak main-main dan benar-benar tidak nanggung.
Itulah impresi saya setelah merampungkan membaca seri Vandaria terbaru Redfang ini. Menggambil setting kerajaan
Valta di masa ketika Kerajaan Nirvana berkuasa dan baik frameless maupun manusia memiliki kedudukan yang setara, Redfang masih menyoroti tema yang sama dengan
karya penulis sebelumnya, Hailstorm. Cerita
masih berkutat tentang ambisi, tapi dalam Redfang
ambisi itu telah begitu politis dan luar biasa absurb sehingga menjadikan
masalah yang muncul semakin membesar. Semakin ke belakang, keadaan tidak
bertambah baik dan cenderung memburuk. Persis seperti dalam buku Hailstorm, buku ini benar-benar
mengumbar darah dan kematian. Jika dihitung, entah ada berapa banyak darah yang
tumbah atau tokoh yang menjumpai maut sepanjang cerita. Sadis mungkin, tapi
penulis benar-benar konsisten dalam menyusun ceritanya. Kentara sekali bahwa ia
mampu menjaga alur dan penokohan, sehingga pembaca (walau eneg dengan segala
unsur negatif dalam kisah ini) tanpa sadar ikut larut dalam jalannya kisah.
Semuanya
berawal dari makar Cassius Redfang yang demi ambisi pribadinya telah rela
menghabisi adik kandungnya sendiri Velius. Ketika tahta tidak jatuh ke
tangannya, secara licik ia mengundang adiknya dalam duel maut untuk menentukan
siapa yang berhak. Dan, sebagaimana politik pada umumnya, yang culaslah yang
menang. Cassius berhasil membunuh Velius lewat kecurangan dan pertarungan yang
tidak adil. Hilang sudah sikap ksatria dalam dirinya. Cassius pun diangkat
menjadi raja di Canivius dan pemerintahannya berjalan hampir tanpa insiden
apapun. Kemudian, semuanya berubah ketika entah bagaimana sang adik tiba-tiba
hidup kembali dari alam kubur. Bukan hanya hidup lagi, tapi ia juga mengincar
sang kakak dan terus menerus membayanginya, membunuhi antek-antek dan orang-orang
kepercayaan Cassius.
Memang,
semua yang didapatkan lewat cara yang culas tidak akan pernah memberikan
ketentraman atau kemenangan sejati. Cassius memang berhasil merebut tampuk
tahta, namun dirinya goyah dan tidak tenang karena merasa telah melakukan
kesalahan yang tak terampunkan. Bahkan, istri dan harta serta jabatannya tidak
mampu memberikan kepuasan batin. Masalahnya semakin bertambah dengan kehadiran
kembali Velius yang diduga telah tewas. Orang itu benar-benar kuat dan
merongrong baik jiwa dan raga Cassius, membuat sang raja menjadi gila secara
perlahan-lahan.
Kemudian,
perang pun pecah. Dan, Cassius seperti telah kehilangan kewarasan maupun
tahtanya. Intrik-intrik politik antara keluarga kerajaan berkelindan di
sekitarnya, begitu kotor dan memuakkan, dengan satu rencana makar dan
bertumpanng tindih dengan rencana makar lainnya. Tanpa disadari, ada sebuah
sekenario besar tengah berlangsung hendak mengguncang Kerajaan Valta. Berkaitan
dengan pemujaan terhadap deimos, senjata-senjata tak terkalahkan, hingga
manusia-manusia kuat yang sepertinya tidak memiliki keinginan lain kecuali
bertarung. Di penghujung cerita, akan terkuak siapa sebenarnya dalang dibalik
semua masalah tersebut, sebuah alur makar yang disusun ecara cermat dan halus
sekali, dan berhasil memukul secara telak kekuasaan Cassius Redfang secara
telak.
Membaca
Redfang, pembaca harus siap menjumpai
pertarungan yang berlangsung dengan sangat sengit sekaligus berdarah-darah.
Tubuh yang hancur, tangan yang patah, hingga tubuh yang remuk; semuanya
disajikan secara gamblang oleh penulis. Terlihat benar bahwa penulis tidak mau
setengah-setengah dalam menggarap novel ini. Alurnya juga cepat, dengan deretan
misteri serta makar politik kotor yang saling berjalinan. Bisa dibilang, Redfang mengikuti Hailstorm dari segi pengemasan cerita dan juga karakterisasi, yang
diciri dengan tokoh petarung yang kuat, alur cerita yang muram, dan juga
kematian di mana-mana. Ini adalah seri Vandaria yang keras, Tabir Nalar apalagi Trilogi Elir jauh lebih lembut jika dibandingkan dengan Redfang. Namun demikian, ceritanya telah
dijalin rapat dan utuh, mengalir lancar serta konsisten. Yang jelas, masih akan
ada kelanjutan dari seri keluarga bangsawan ini. Kita tunggu bersama apakah
buku ketiga akan segera rilis dengan judul Mordino?
akkkkkkk, kapan aku bacanya? hiks *waktu mana waktu*
ReplyDeleteini ceritanya memang gelap ya. ngomong-ngomong katanya buku ketiga judulnya winterflame.
ReplyDelete