Judul : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran
Penulis : Mark Haddon
Penerjemah : Hendarto Setiaji
Editor : Pax benedarto
Pembaca ahli : F. Sulungbudi
Tebal
: 336 halaman
Cetakan : 4, Juli 2012
Sampul : Boy B. Anggara
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Dari
judulnya yang panjang dan ganjil, serta covernya yang pink menyala (padahal ini
bukan buku teenlit), buku ini memang
benar-benar membikin orang penasaran untuk membacanya. Bagi pembaca yang
cermat, ia akan menemukan permata berkilauan dalam cover pink ini, sementara
bagi yang kurang awas mungkin akan melewatkan buku ini tergeletak begitu saja
di toko buku karena sampulnya yang “enggak banget”. Dan, saya termasuk pembaca
yang kurang awas itu. Sudah bertahun-tahun saya berkali-kali melihat buku ini
tergeletak begitu saja di toko buku tanpa ada keinginan untuk membuka apalagi
membelinya. Cover pink ngejrengnya benar-benar menipu karena saya selalu
menganggapnya novel teenlit/chicklit, palagi ditambah fakta bahwa bukunya masih
segel dan backcover di halaman
belakang ditulis dengan huruf kecil dan warna putih pula. Untung, berbagai
resensi di Goodreads telah menyadarkan saya dari keteledoran. Dan, setelah saya
rampung membaca buku yang bikin penasaran ini, nyata benar bahwa buku ini
memang luar biasa.
Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin
Penasaran (IADTMYBP) karya Mark Haddon bercerita tentang seorang remaja
penderita sindrom Aspenger bernama Christopher Boone. Penyakit ini hampir mirip
dengan gejala autis, dan pada Christopher, gejalanya ditunjukkan dengan
kebiasaannya yang menyukai keteraturan
dan ketidaksukaannya pada warna kuning dan cokelat. Bila perabot
rumahnya bergeser sedikit saja (yg berarti tidak teratur) ia akan berteriak-teriak
sendiri). Ia juga tidak menyadari ketika orang marah akibat perbuatannya dan
bahkan akan langsung memukul orang lain yang tidak ia kenal dan membuatnya
tidak nyaman (termasuk guru dan ayahnya sendiri). Tapi, kekurangan dalam satu hal biasanya akan
diimbangi dengan kelebihan di sisi lain. Christopher adalah anak yang luar
biasa cerdas dalam memcahkan soal matematika dan komputer. Bisa dikatakan, ia
adalah seorang remaja cerdas namun kikuk dalam bergaul dalam orang lain. Ia
seperti punya dunianya sendiri dan sangat nyaman bergelung dalam dunianya
sendiri.
Alkisah,
Christopher menjumpai anjing tetangganya mati ditusuk dengan garpu taman. Tidak
ada orang yang mau repot-repot untuk mengusut kasus itu. Tapi, dengan logika
dan kecerdasannya yang di atas rata-rata, Christopher merasa ada yang aneh
(yang tidak teratur) dalam kasus biasa ini sehingga dengan polosnya ia pun
menjadi penyelidik. Seluruh logika dan pemikirannya yang serba teratur
menggiringnya pada kesimpulan yang mengejutkan, yang ternyata memang benar. Ia
berhasil menemukan pembunuhnya (yang ternyata adalah orang yang tidak
disangka-sangka). Peristiwa ini pun mengarahkannya untuk melakukan
tindakan-tindakan lain yang lebih esktrem, yang tidak pernah ia lakukan
sebelumnya.
IADTMYBP dengan sangat bagus mengisahkan
kehidupan seorang anak berkebutuhan khusus dari sudut pandangnya. Melalui buku
ini, Mark Haddon seperti mengajak pembaca untuk melihat dunia dari sisi si
penderita, memahami mereka, dan akhirnya bersimpati kepada mereka. Melalui IADTMYBP, kita bisa tahu mengapa
penderita sindrom ini menyukai keteraturan dan memiliki ketidaksukaan yang
sangat ekstrem pada sesuatu. Jua, mengapa mereka sering tiba-tiba berteriak
tanpa sebab (yang ternyata hal itu adalah upaya mereka untuk menghalau
ketidakteraturan dari luar yang tiba-tiba “menyerang” dirinya). Begitu pula penyelidikan yang dilakukan
Christopher, yang walaupun didasari oleh pengamatannya yang mendalam tapi
dilakukan dengan sangat polosnya. Seperti anak kecil yang bertanya “di mana
letak kantor pos” ketika sebenarnya ia mencoba bertanya “Siapa pembunuh anjing
itu.”
Selain
saya yang terkecoh, sang penerjemah (dalam catatan akhir) juga mengaku
terkecoh. Sebelum menerjemahkan, beliau mengira ini adalah novel yang biasa dan
mudah. Setelah membaca dan menerjemahkannya, barulah terbukti bahwa ini adalah
novel yang digarap dengan luar biasa cermat. Haddon menulis novel tentang
penderita sindrom aspenger ini dengan sangat hati-hati, dengan kata-kata
berpola tertentu, dan teratur. Maka, penerjemah pun merombak hasil
terjemahannya setelah berkonsultasi dengan seorang pembaca ahli. Luar biasa,
ini mungkin novel terjemahan pertama yang saya jumpai digarap dan diterjemahkan
dengan bantuan pembaca ahli (biasanya ini adalah model buku nonfiksi). Dan
hasilnya, terjemahan IADTMYBP pun
luar biasa. Salut untuk kerja keras dan kesungguhan sang penerjemah sehingga
novel sebagus ini bisa dibaca oleh pembaca Indonesia tanpa menghilangkan banyak
esensi di dalamnya. Sungguh, ini adalah buku yang kayak baca dan dikeloksi
siapa saja untuk lebih memahami dunia orang-orang yang “berbeda” dari kita
kebanyakan, lalu bersimpati bahkan kagum kepada mereka.
“Dan aku tahu aku pasti bisa karena aku
pernah ke London seorang diri, dan karena aku bisa memecahkan misteri Siapa
yang Membunuh Wellington? Dan aku bisa menemukan ibuku dan aku berani dan aku
menulis buku dan ini berarti aku bisa melakukan apa saja.” (hlm 325)
segera masukin wish list. ternyata buku ini keren yah. aku termasuk salah satu yang melewatkan buku ini di rak buku (atau pada display toko buku online). gak tau ternyata ceritanya menarik begitu. huh.
ReplyDeletesalah satu buku favoritkuu! :D yg versi inggris covernya lebih keren dan ngga menipu kyk ini xDD
ReplyDeleteahh ini juga buku favoritku!! CHristopher pinter banget yaa!!!
ReplyDeletebuku yang kereeeeen :0
ReplyDeletesound interesting, mas.
ReplyDeleteberpikir untuk punya. atau maksa si adek beli buku ini hehe
Ayo semuanya sepakat kalau buku ini memang bagus. Dan, memang bagus kok. Beneran. *maksa
ReplyDeleteBuku ini emang bagus.. menarik mengikuti perjalanan Christopher :D
ReplyDeleteWah bukunya bener2 bikin penasaran yaa.. Baruau coba baca nihh makasih ya reviewnya :)
ReplyDelete