Search This Blog

Wednesday, October 31, 2012

Seratus Tahun Kesunyian


Judul              : Seratus Tahun Kesunyian
Pengarang     : Gabriel Garcia Marques
Penerjemah   : Nin Bakdi Soemanto
Penyunting    : Wendratama
Cetakan         : Pertama, Mei 2007
Halaman        : 547
Penerbit         : Klub Sastra Bentang         





Luar biasa! Begitulah kesan saya (dan juga kesan rata-rata pembaca lainnya) yang berhasil menamatkan pembacaan novel 100 Tahun Kesunyian karya pemenang Nobel sastra Gabriel Garcia Marques ini. Bukan karena tebalnya yang lebih dari 500 halaman dengan font padat dan rapat serta paragraf yang bisa satu halaman panjangnya. Bukan pula karena pohon keluarga Jose Arcadio Buendia dan Ursula Iguaran yang begitu panjang dengan penggunaan nama-nama yang berulang. Ada sesuatu yang sangat spesial dari novel ini, yang memusingkan dan ruwet. Tapi, membacanya seperti menemukan pesona luar biasa dari kepiawaian sang penulis dalam meramu cerita.

            Pada garis besarnya, buku ini adalah tentang Jose Arcadio Buendia dan Ursula Iguaran beserta ketujuh generasi anak-keturunan mereka. Kisah dimulai ketika Jose Arcadio Buendia membuka kota Macondo di kawasan rawa-rawa tak terjamah—dan perkembangan kota Macondo sendiri seperti mengikuti alur dari kisah keluarga Buendia. Kegilaan Jose Arcadio Buendia terhadap mitos-mitos lama, seperti batu alkemi dan magnet, akhirnya menurun pada dua anak laki-lakinya: Jose Arcadio dan Aureliano Buendia (Mereka juga punya anak perempuan bernama Amaranta). Sementara ayahnya menjadi gila dan dikekang di bawah  pohon, kedua putranya ini juga sibuk dengan kegilaan masing-masing. Baik Aureliano dan Jose Arcadio kemudian jatuh cinta pada perang dan pemberontakan. Mereka bergabung dengan gerilyawan melawan Pemerintah, dan berkali-kali mengalami ketidakberuntungan dengan obsesi mereka akan perang. 

          Hanya Aureliano Buendia yang bisa dibilang berhasil dalam hal ini. Ia telah menjadi semacam pahlawan kaum pemberontak dan namanya dipuja-puji puluhan tahun setelah tidak aktif lagi. Orang ini juga lebih beruntung karena berumur lebih panjang daripada Jose Arcadio dan juga berhasil “membuahi” belasan wanita sehingga ia memiliki sekitar 17 anak laki-laki beda ibu yang semuanya dengan bangga menyandang nama Aureliano. Pada akhirnya, ke-17 pemuda ini juga mengalami ketidakberuntungan, rata-rata mati muda.

            Kemudian, saudaranya si Jose Arcadio memiliki istri, yakni Rebecca. Tapi, ia malah membuat keturunan bersama wanita nakal Pilar Ternera. Putranya diberi nama Arcadio. Nah Arcadio ini kemudian beristrikan Santa Sofia de la Piedad dan menghasilkan 3 anak, yakni Remedios, Aureliano Segundo, dan Jose Aureliano Segundo. Remedios ini diceritakan sebagai gadis yang sangat cantik, yang bahkan keberadaannya saja sudah cukup membuat para pria muda sakit jantung. Begitu cantiknya sampai alam pun jatuh hati dan mengambilnya. Suatu siang, ia dibawa terbang oleh angin saat tengah membawa selendang jemuran (????). Aureliano Segundo rupanya menuruti jejak ayahnya. Ia juga terlibat dalam perang dan kemudian (sebagaimana lainnya) gugur. Tapi, ia sempat beristrikan Fernada yang kemudian memberinya tiga anak. Sementara, anak ketiga dari pasangan Arcadio + Santa Sofia de la Piedad, yakni Jose Aureliano Segundo entah nasibnya bagaimana saya lupa dan tidak mampu melacaknya. MySpace

            Lanjut ya, Aureliano Segundo dan Fernanda punya tiga putra, walaupun pada kenyataannya Fernada sendiri yang membesarkan ketiganya karena suaminya yang terobsesi perang akhirnya ditembak atau kalau ngak dieksekusi. Tiga putra ini adalah Jose Arcadio (yang kemudian disekolahkan ke Roma agar bisa menjadi Paus tapi sialnya ia malah jd gelandangan dan kembali ke Macondo hanya untuk ditenggelamkan oleh remaja-remaja berandalan yang hendak merampok harta karun temuannya), Renata Remedios (yang disekolahkan ke sekolah Katolik tapi akhirnya hamil di luar nikah dan akhirnya diasingkan oleh Fernanda ke biara yang jauh), dan Amaranta Ursula (mungkin satu-satunya anak wanita keluarga Buendia yang benar-benar berhasil menikah dan menjadi wanita terhormat). Renata Remedios meninggalkan anak dari hubungan di luar nikahnya dengan seorang pekerja kayu muda (yng juga mati muda). Anak itu dinamai Aureliano dan dirawat oleh Fernanda dan sampai besarnya ia menjadi seorang kutu buku yang suka mengurung diri di kamar rahasia milik kakek buyutnya, Jose Arcadio Buendia. Sementara, Amaranta Ursula yg berhasil menikah dengan orang Eropa akhirnya juga memiliki bayi laki-laki yang dinamai dengan …errr… Aureliano.

            Pada akhirnya, trah keluarga Buendia pun menghilang seiring dengan kegilaan-kegilaan serta ketidakberuntungan mereka. Aureliano (anak dari Meme/Renata Remedios) adalah satu-satunya keturunan yang menyaksikan sisa-sisa terakhir dari  keluarga Buendia menghilang sebagaimana kata ramalan. Ketika Amaranta Ursula meninggal saat melahirkan Aureliano (bayi), maka Aureliano yang kutu buku (halah bingung!) kalut dan pergi menyusuri kota Macondo yang juga kian kumuh dan lesu seiring dengan habisnya generasi ketujuh keluarga Buendia. Ketika ia kembali, Aureliano dewasa menyaksikan sendiri Aureliano bayi digondol kawanan semut sebagaimana kata ramalan. Ia sebagai keturunan terakhir, menjadi saksi habisnya kota Macondo yang setelah itu tersapu bersih oleh angin puyuh dan kemudian hilang dalam ingat orang-orang. “Karena ras-ras manusia yang dikutuk selama seratus tahun kesunyian tak punya kesempatan kedua di muka bumi ini.” (hlm 547)

            Anda pusing? Jangan khawatir karena saya sendiri kadang pusing mengingat nama-nama keluarga Buendia yang hampir mirip. Kelakuan mereka—terutama kaum prianya—juga mirip sehingga ujung-ujungnya mereka habis dalam cara yang cukup tragis. Satu-satunya pria yang agak waras mungkin Aureliano yang putranya Meme. Sementara, topang utama dari keluarga itu sesungguhnya adalah Ursula, yang sejak masa ketika suaminya Jose Arcadio Buendia menjadi gila, menjadi sati-satunya orang waras di rumah itu. Dengan segala kegilaan dan absurbitas dalam cerita ini, tidak heran jika 100 Tahun Kesunyian memang masuk sebagai buku yang sulit dipahami. Jangankan saya, Wikipedia saja memberikan definisi yang njilmet untuk novel ini:

            Cerita ini jelas mengandung kenyataan yang magis, namun lebih dari itu, karena juga merupakan sebuah refleksi filsafati tentang hakikat waktu dan keterasingan. Sejumlah kritikus mengatakan bahwa buku ini kurang mengandung sifat cerita rakyat, yang merupakan prasyarat dari realisme magis, karena itu tidak dapat dikategorikan demikian…. Nilai novel ini terletak bukan hanya dalam penggunaan realisme magis yang inovatif, tetapi juga penggunaan bahasa Spanyolnya yang indah. Buku ini adalah sebuah tulisan epos yang merentang selama beberapa dekade dalam kehidupan sebuah keluarga yang besar dan kompleks.”

MySpace

Sepenangkapan saya, penulis menggunakan novel ini untuk mengkritik munculnya kerajaan-kerajaan atau negara-negara baru di kawasan Amerika Selatan dan Tengah selepas perang dunia pertama. Di mana, banyak dari negara-negara itu dipimpin oleh tiran yang gemar berperang dan mabuk kekuasaan. Sebagaimana nasib keluarga Buendia dan kota Macondo yang akhirnya habis, mereka yang terobsesi pada perang, kekuasaan, dan kesenangan duniawi (dalam novel ini dilambangkan oleh seks dan wanita) pada akhirnya akan hancur. 


Ditambah dengan segala absurbditasnya, novel ini memang luar biasa jika dibaca oleh orang yang tepat, yang akan mampu lebih memahami berbagai perumpamaan dan maksud dari sang penulis. Sayangnya, saya hanya baru bisa sampai para tahap menikmati, belum bisa menemukan permata-permata kebijaksanaan itu. Pembaca yang lebih cerdas pasti akan menemukan banyak harta dan kebijaksanaan dari novel ini. Sebagaimana kata penjual buku dari Catalan yang menjadi langganan dan teman dari Aureliano.

            “Dunia ini tentu sudah bobrok. Ketika orang bepergian dengan kereta kelas satu, tetapi kesusastraan diperlakukan seperti barang.” (hlm 525)

 Ada banyak sekali kejadian tidak masuk akal dalam keseharian keluarga ini, yang seolah merupakan sesuatu yang bias. Benar-benar absurb kalau kita mempertanyakan ini dan itu saat membaca novel berat ini. Dinikmati saja, biarkan cerita mengalir dengan sendirinya, itulah kunci untuk bisa merampungkan pembacaan novel luar biasa ini. Saya mampu bertahan menyelesaikan novel berat ini salah satunya karena terhemahan Nin Bakdi Soemanto yang luar biasa menawan, luwes, dan indah. Bahkan dengan mengabaikan ceritanya yang absurb, saya masih bisa menikmati keindahan detail dan kelancaran bercerita dari penulis aslinya. Salut untuk penerjemahnya. 

 Tentang Pengarang



            Gabriel José García Márquez (lahir 6 Maret 1928) adalah seorang novelis, jurnalis, penerbit, dan aktivis politik Kolombia. Ia dilahirkan di kota Aracataca di departemen Magdalena, namun hidupnya kebanyakan dijalaninya di Meksiko dan Eropa. Saat ini ia banyak menghabiskan hidupnya di Mexico CityGarcía Márquez secara umum dipandang sebagai tokoh utama dari gaya sastra yang dikenal sebagai realisme magis. Novelnya yang paling terkenal, Seratus Tahun Kesunyianditulis pada tahun 1976 dan telah terjual lebih dari 10 juta eksemplar. Ia juga dianugerahi Penghargaan Nobel Sastra pada 1982 berdasarkan cerita-cerita pendek dan novelnya.


53 comments:

  1. hahaha ... ini kisah klasik apa drama telenovela? Usianya berapa tuh sampai bisa beranak-pinak ... aq masih menunggu kiriman buku ini, entah kapan 'bisa' / 'mau' membaca --- melihat kisahnya seperti family saga serial silat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kisah tahun 1970-an, kayaknya lebih ke politik dan perang begitu. Hahaha justru yg unik dari novel ini adalah pemberian nama keluarga yang berulang. Usia si Ursula mencapai 120 tahun kalau ngak salah.

      Delete
    2. Kalau difilm-kan bagus mungkin ya... Bisa berseri, soalnya ada 7 turunan

      Delete
    3. Dibaca aja mumet, apalagi difilmkan haha

      Delete
  2. Aku gagal selesaiin novel ini tepat waktu.. :'(

    Udah sekitar 75% padahal. Tapi semalem akhirnya nyerah, karena kalau bacanya cepet2 jadi kurang dapet feel-nya. Hehe #alesan

    Sepertinya anak lelaki di keluarga Buendia itu emang harus dikasih nama Aureliano sama Arcadio ya. Aku jadi inget "The House of the Spirit" Isabel Allende. Di sana malah nggak boleh ada anggota keluarga yang pakai nama sama, karena akan membingungkan pencatatan keluarga. Jadi nggak pusing deh bacanya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tp mungkin justru itu yg membuat buku ini begitu terkenang bagi mereka yang selesai membacanya. Ayo diselesain, semangatttt?

      Delete
  3. Pernah baca cerpennya om Márquez ini, memang kadang dia menyampaikan sesuatu melalui simbol2, jadi muncul juga adegan ajaib yg mengundang (???) itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya adegan si Remedios yang diterbangkan angin itu salah satunya.

      Delete
    2. Angin puyuh kali. Kaya film the wizard of oz....dia diterbangkan angin dan nyasar ke tempat antah berantah.....di amerika memang sering ada badai atau angin kencang. Beda kaya di Indonesia yang anginnya cuma bikin ngantuk doank

      Delete
  4. Ok,lagi serius2nya baca review ini, tiba2 ada kalimat:

    "Suatu siang, ia dibawa terbang oleh angin saat tengah membawa selendang jemuran (????)" --> dan langsung ngakak sendirian hahahaha

    tampak sulit ya buku ini, butuh mood yang tepat banget dan pohon keluarganya harus difotokopi dan diperbesar dulu sebelum baca =P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku bacanya saja 28 hari kalo gak salah ...eh setahun dink mpeffff

      Delete
  5. widih 7 turunan? 17 keturunan?
    maafken, saya jadi lancang ngikik liat emo-nya :p
    tapi penasaran juga ih, mungkin klo mood pas oke, mau juga nih comot buku ini kapan-kapan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahah 7 turunan dan akhirnya habis tak berisa karena perang dan kegilaan-kegilaan lainnya

      Delete
  6. bukan buku favorit saya. tapi memang bagus (menurut banyak orang sih)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya salut sama penulisnya,kalo ngak hebat dan cerdas ngak mungkin bisa menghasilkan karya senjlimet ini. Sayanya saja yg mungkin kurang cerdas dalam menikmati novel bagus ini

      Delete
    2. Tidak Setuju. Leonardo da Vinci bilang: simplicity is the ultimate sophistication he he he he he he. Yang cerdas gak harus njlimet mas.

      Delete
    3. Sederhana yang kayak gimana dulu mas? Sederhana yang dimaksud da Vinci itu sederhana yg cerdas, kayak Harpot yang simpel dan dapat dicerna tapi sesungguhnya ada otak brilian yang mampu mengolah yang rumit menjadi sederhana. Kalaus sederhana tanpa makna yang tetap saja ngak dapat Nobel sastra.

      Mungkin, ceritanya memang sederhana tapi dibikin rumit oleh Marques. Tapi juri-juri Nobel mungkin lebih suka yang rumit-rumit mas hehe.

      Delete
    4. Min masih ngebahas gak, saya mengira Melquiades adalah orang jawa-suriname generasi pertama, karena dia memakai tulisan sanskerta, yang kata para buendia adalah simbol seperti benang yang menyangkut di tali jemuran, dan tulisan itu adalah bahasa ibu dari melquieades

      Delete
  7. selamaat diooon, akhirnya kamu berhasil nyelesein buku inii.. :D

    ReplyDelete
  8. ...tuh kaaan...jadi bukan aku saja yang gak bisa menyelami indahnya tulisan om Marquez (maafken sayaa Om, jangan dipentung ya!). Aku baca yg Love in the Time of Cholera sih, dan sebel setengah mati sama absurditasnya. Realisme magis sih kalo mendukung cerita gpp, Beloved yg aku baca juga ada realisme magisnya, tp kalo ceritanya aja udah absurd, grrrr.... Kapok deh gak bakal baca buku om Marquez lagi. :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada lo yg kasih bintang 5, tp orangnya kudu rada2 unik dan selera bacaannya "berbeda" hehehe

      Delete
  9. wah njelimet yak. semoga ada versi kartunnya, kan enak, ahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Weleh, ini ceritanya suram masak dibikin kartun :p

      Delete
  10. astaga, 500 halaman sastra berat pula... *salut
    realisme magis ya temanya, kayaknya ga deh... kapok baca buku gitu karna ga ngerti >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku saja realisme magis ngak tau artinya apaan?

      Delete
  11. Baca review mas dion aja mata saya udah nguing-nguing...

    ReplyDelete
  12. Pertama : Wow...saluuutttt! Akhirnya mas dion bisa kelarin juga buku njelimet inih.

    Kedua : Reviewmu jauh lebih enak dibaca daripada versi Wiki kok, mas

    Ketiga : Persatuan Indonesia!!!!

    *hapah sih*

    ReplyDelete
  13. niat pengen baca buku ini seblom 2012 berakhir. Tapi,nanti aja deh
    *naruh lagi di tumpukan*

    ReplyDelete
  14. Justru yang bikin aku suka banget sama buku ini adalah karena saking absurdnya. Hehe. Suka banger sama model2 cerita Magic Realism model gini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Realisme magis itu yg bagaimana ya mbakkkk? *beneran nanya

      Delete
  15. mampir ke sini karena ada yang bilang reviewnya lucuk.. ternyata benar! waah, aku aja dulu namatin ini dua bulan setengah.. hebaatt..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wihihihihi padahal bukunya ngak lucu lo *digebuk

      Delete
  16. mampir ke sini karena ada yang bilang reviewnya lucuk.. ternyata benar! waah, aku aja dulu namatin ini dua bulan setengah.. hebaatt..
    *komen ulang karena salah settingan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sebenarnya beli setahun yg lalu, dibaca 3 halaman trus ditumpuk begitu saja di pojokan. kalau ngak ada baca bareng BBI gini mungkin ga akan kebaca.

      Delete
  17. salah satu buku favoritku, byk kejutannya :)
    sudah baca Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan om? imo, hampir sama 'gila'nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum, kmaren sih sudah sempet pegang doank di toko buku hahaha

      Delete
  18. Gilaaaaaaa aku baca reviewnya dion aja pusing tujuh keliling... >,<

    Salut deh buat Dion yang dengan gemilangnya menyelesaikan buku inI!!! hebaaaat!Lagian itu kenapa sih si Gabo nyiptain namanya mirip2 gitu kaya ngga ada nama lain.. trus itu kenapa bisa terbang dibawa angin??? ha?? engga deh cukup.. cukupp.. aku baca reviewmu aja >,<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Namanya juga realisme magis mbak Ana, jd ya begitulah hahaha

      Delete
  19. Kata yg punya review Om Marquez tu penulis terhebat di sastra bhs Spanyol dan ni buku Master Piecex si Om. tp ane lom baca ni buku br baca2 resensix doang.kayakx asyik ni buku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asikbanget, suer. Jenis buku yang tidak akan terlupakan bagi yg pernah membacanya

      Delete
  20. mohon maaf belum bisa Gan. Cuma punya satu soalnya.

    ReplyDelete
  21. Apakah buku "Seratus Tahun Kesunyian" ini masih tersedia stocknya?
    Tolong kabari saya di 0821 3688 9848, dengan Ang Jasman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengar-dengar, Penerbit Gramedia akan menerbitkan versi terjemahan bahasa Indonesianya Bang. Ditunggu saja.

      Delete
  22. Menarik sekali buku Seratus Tahun Kesunyian. Baca juga wawancara dengan Gabriel di stenote-berkata.blogspot.com Mudah-mudahan suka.

    ReplyDelete
  23. Menarik, menarik. Baca juga wawancara dengan Gabriel (imajiner) di stenote-berkata.blogspot.com Mudah-mudahan suka.

    ReplyDelete
  24. pengin bgt baca buku ini. tp dr dulu pesen ndak datang datang. kayaknya heboh bgt.

    ReplyDelete
  25. guys... ada buku lain yg recomended ?

    ReplyDelete
  26. Waduh...saya baru selesai baca ditahun ini. Beli dr tahun 2018 karena banyak yg pos tentang buku ini. Dan setelah baca 2 halaman pffff malas baca. Di tumpuk saja, dan baru di masa pandemi ini seperti memaksa utk menuntaskan buku super tebal itu. Awal² baca kaya 2 halaman lupa, balik lagi buat nginget tokohnya. Tp, ya balik lagi, aku percaya tiap buku pasti ada sisi magic nya sendiri. Pas udh di halaman 300 an ngerasa kekuatan super dr ursula justru timbul. Jadilah rada mbrebes mili keingetan sosok ibu. Ursula yg tangguh, lambang kesuburan, pengusir rayap dan lumut yg mampu mengingat letak benda² kecil seperti sisir anaknya yg hilang. Ursula yg bijak, menerima anak²nya apapun kondisinya.
    "....tetapi ingat, ketika kau dalam kesulitan, ingatlah ibumu"

    ReplyDelete