Judul : Perfume, The Story of a Murderer
Pengarang : Patrick Suskind
Penerjemah : Bima Sudiarto
Penyunting : Pray
Cetakan : 17, April 2010
Penerbit : Dastan Books
Jean-Baptiste
Grenouille terlahir tanpa bau tubuh, tubuhnya buruk rupa, dan ia sama sekali
tidak berbau bayi. Kelahiran dan keberadaannya seolah membuat setiap orang yang
bersentuhan dengannya merasa takut, datar, jijik, dan entah bagaimana jahat.
Karena aura negatifnya yang sangat kental, masa kecilnya begitu suram, dilempar
ke sana kemari
ibarat anak yang terbuang: mulai dari biara hingga menjadi pekerja ilegal di
tempat penyamakan kulit. Hidupnya begitu terlunta-lunta karena—entah
bagaimana—orang-orang di dekatnya seperti tahu bahwa Grenouille itu unik, bukan
…lebih tepatnya anak itu … bukan anak biasa (dalam arti yang negatif
sayangnya).
Namun
dibalik segala cacat dan aura negatifnya, Grenouille memiliki indera penciuman
yang luar biasa. Ia mampu memilah seluruh bau yang ada, mengolahnya dalam arsip
di ingatan, dan membagi-baginya untuk kemudian dilabeli. Ia mampu mengendus
datangnya hujan, membedakan keringat setiap orang, bahkan melihat dengan
bau-bauan. Tampaknya, hanya satu yang lebih dari anak ini, yakni kepekaannya
akan aroma. Nasib baik kemudian mengantarkannya bekerja ke seorang ahli parfum
kenamaan di Paris yang bernama Giuseppe Baldini. Seolah tercipta untuk saling
melengkapi, keduanya kemudian saling bekerja sama dalam menciptakan aroma
parfum paling luar biasa dan paling laku di Paris. Grenouille senang karena ia
mampu menyalurkan hobinya, sementara si ahli parfum juga senang karena parfum2
temuan anak buahnya itu ternyata laku keras.
Seiring
berjalannya waktu, keahlian Grenouille semakin piawai dalam membuat parfum.
Aroma adalah sekutunya, parfum adalah senjatanya yang utama. Ia ditakdirkan
untuk mencintai aroma, bukan yang lainnya. Dari bengkel kerja sang maniak aroma
ini, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana penyulingan bebungaan sehingga
menghasilkan minyak essence yang sangat kental dan pekat. Begitu banyak
pelajaran pembuatan parfum ala abad pertengahan yang diketengahkan, mulai dari
siapa Bapak Parfum Dunia, apa manfaat alkohol dalam pembuatan parfum, serta
bagaimana memindahkan jiwa dari bebungaan ke dalam sebuah botol kecil. Semuanya
dinarasikan dalam alur prosa yang indah.
“Parfum sejati bersifat langgeng. Memiliki
tiga tahapan masa—sebutlah masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Hanya
apabila mampu memberikan aroma yang tetap segar dan enak di ketiga tahapan itu,
sebuah parfum bisa disebut berhasil. (87)
“Penyulingan sesungguhnya tidak lebih dari
sekadar proses memisahkan substansi kompleks menjadi komponen yang mudah
menguap dan yang tidak mudah menguap.
Ini hanya berguna dalam seni membuat parfum, karena sari minyak yang mudah
menguap dari tanaman tertentu bisa diekstraksi atau dipisahkan dari subtansi
lain yang sedikit atau tidak memiliki bau. (132)
Ternyata,
novel ini bukan sekadar penarasian dari sebuah pabrik parfum rumahan di Prancis
abad ke-17. Alur yang dibikin penulis baru mencapai awalnya ketika Grenouille
berhasrat untuk menciptakan parfum paling harum didunia. Parfum yang setetes
darinya akan membuat semua orang tertunduk takjub akan kehebatan pemakaian,
parfum yang dibuat dari 25 orang perawan. Maka, dimulailah kejadian demi
kejadian ketika para gadis muda dibunuh di kamarnya sendiri, di halaman
depannya, di luar gerbang kota .
Mereka semua ditemukan telanjang dan tubuhnya bersih, seolah-olah ada iblis
jahat yang mencuri jiwa mereka—dan aroma tubuhnya. Dari ke-25 aroma perawan
inilah Grenouille akhirnya berhasil meracik sebuah parfum paling manis, harum,
dan memabukkan di seluruh dunia. Dalam hal ini, Grenouille sudah berhasil
menemukan apa yang disebut dengan kekuatan aroma, hal-hal di udara yang sering
kali membuat perasaan kita tiba-tiba berubah saat menghitunya, aroma khas yang
biasa menyertai sosok yang menawan dan mempesona. Grenouille bahkan mengutuk
manusia biasa yang keliru dalam menggunakan hidungnya.
“Dan karena mereka sedemikian bodoh,
menggunakan hidung hanya untuk bernapas dan hanya meyakini apa yang bisa
dilihat mata, lantas berpendapat bahwa ini pasti disebabkan oleh kecantikan,
keanggunan, dan pesona fisik si gadis. … Tidak satupun sadar bahwa sesungguhnya
bukan penampilan yg telah menjerat mereka. Bukan keindahan eksternal yang
membuai jagat, tapi murni aroma tubuh (217-9)
Hanya
bersenjatakan aroma, maniak parfum ini menghabisi korban-korbannya. Polisi dan
bangsawan tidak bisa mencegah atau menangkapnya, karena Grenouille melihat
dengan hidungnya. Dan, akhirnya, ketika parfum beraroma perawan itu jadi, maka
euphoria pun melanda Paris ,
menjadikan rakyatnya mabuk dan terbutakan oleh kekuatan aroma.
Bagus
sekali novel ini ditulisnya. Dengan alur cerita memikat dan riset data yang
kaya, pembaca pasti akan menikmati perjalanan hidup Grenouille yang muram.
Bukan, bukan karena kesadisan dan kebiadabannya, tapi lebih pada setting abad
ke-17nya yang begitu indah, begitu membuai, begitu antik. Kita akan
diajak mengamati suasana kota Paris yang kumuh di abad ke-17, dengan
jalanan yang kotor dan becek, dengan sungai yang menjadi bahan pembuangan
sampah, hingga ke laboratorium seorang ahli parfum yang lebih mirip lab seorang
alchemist.
Mengambil
setting di Prancis menjelang dan paska Revolusi Prancis, novel ini turt menggambarkan
perubahan tatanan sosial yang tengah merebak besar-besaran di Eropa pada saat
itu. Revolusi Industri, bangkitnya minat pada penjelajahan samudra dan kutub
utara, penemuan jasad renik, hingga karya-karya besar yang kelak akan sangat
dikenang. Aura sadis dalam buku ini memang agak mendominasi di awal, tapi di
bagian tengah pembaca akan lebih banyak disuguhi semacam reportasi dari keadaan
sosial di Prancis pada pertengahan abad ke-17. Ada banyak sekali peristiwa sejarah yang turut
menjadi latar belakang atau sekadar pemanis alur cerita. Dan semuanya ditata
begitu rupa, menghasilkan sebuah novel yang mirip sebuah karya seni nan
tercipta secara sempurna. Bagi Anda yang suka mempelajari bagaimana keadaan
Prancis di masa-masa krusial dalam sejarah, yakni seputar revolusi industri dan
revolusi Prancis, maka bacalah novel yang sangat berbobot ini.
kira kira bisa diekstrak beneran ngga ya? *eh *serem
ReplyDeleteBisa vin, kulit jeruk kan? *ehsalah
Deleteaku udah pernah baca ini,, kalo ga salah ada filmnya juga kan ya.
ReplyDeletekeren novelnya, bikin ngeri hehe.. :D
Iya, etapi ngerinya cuma di bagian akhir doank kok ...ini tengah2nya lebih ke sejarah parfum di Eropa begitu. kl liat filmnya sih emang udah ngeri dluan
Deleteakkkk ak pengen baca buku ini, ternyata udah diterjemahin toh, pinjem bangggggggggggggg
ReplyDeleteSudah dong Sulis, udah cetakan ke-17 malah. Aku belinya diskon habis2an di stan Dastan cm 15rb
DeleteWah laris yah cetakan ke-17. Udah nonton filmnya dan menurutku "sinting" banget, bukunya pasti lebih "sinting" yah
Deleteini suka, dan masuk 1001 books kalau nggak salah
ReplyDeleteBenar mas, jd bulan depan reposting hahahaha
Deleteya ampun, aku baca buku ini belasan tahun yll di perpustakaan British Council... Sempat bikin aku merinding disko karena ngeri...
ReplyDeleteIni thriller dibalut sejarah ya Mbak, jd untung gak serem2 amat asal kita fokus ke settingnya hahaha
Deleteada di timbunan, siap untuk dibacaaa =)
ReplyDeleteMari dibaca dan dikurangi timbunannya *lirik timbunan sendiri
Deletehuaaah... sereeeem... -___-"
ReplyDeletewahahaha eseremnya ngak sesadis hanibbal lecter kok mbak, ini untungnya msh ada sejarah2 pembuatan parfum gt
Deletebaru nonton filmny aja... bagus banget sih ceritanya :)
ReplyDeleteAku blm nonton malah gagagaga
DeleteBuku ini kan udah di film in loh, kebeneran aku dah ntn.. Tp tetep lbh bagus bukunya :) dan ia serem bgt kalo iya bener manusia bisa diekstrak..
ReplyDeletearomanya kok yg dicuri, jd kayak mencuri aroma tubuh gadis perawan gt *ikutan merinding
Deletebukunya lebih keren daripada filmnya :)
ReplyDeleteSetuju *pdhl blm nonton
Delete*ngilu* kalo inget cerita buku ini..
ReplyDeletecover-nya bagusan yang edisi awal.. gak terlalu berwarna-warni
Iya, yg ijo semua ya Mbak?
Deletesuka dengan suasana revolusi prancis, masih takjub kenapa banyak sekali karya-karya yang lahir pada saat itu.
ReplyDeletebagus ulasannya mas dion
Iya mas, banyak novel2 hebat yg muncul pada era itu. Mungkin karena euforianya ya? atau jangan2 ada sesuatu konspirasi begitu
DeleteCuma nonton filmnya dulu. Yang jadi guanteeeeng, sayang malah sarap -__-"
ReplyDeleteLiat filmnya aja hoeks2, kuat ga yah baca bukunya? hihihi :))
Hahahaha kayaknya filmnya kurang memuaskan dibanding bukunya, kl bukunua ini pake riset yg mendalam
DeleteBaru nonton filmnya, setelah baca review ini kayanya jauuuhh lebih dalam bukunya
ReplyDeleteIya, baca bukunya saja, lebih seru dan lebih kerasa feel seremnya plus ada metode pembuatan parfum
DeletePonakan punya ni buku, tapi karena sudah terlanjur nonton pilemnya, en ngweriiii puollll, jadi ngga pengen baca bukunya. Takut ada deskripsi gimana nyaring bau tubuh. Hiiiiiiii.... Emang kalo dijual ada yang beli? Hoeekkkk....
ReplyDeletecaranya itu ditempelin pk kapas ke bagian-bagian tubuh tertentu, trus disuling pake alkohol *waduh malah cerita
DeleteAku pernah nonton filmnya doang dan itu keren abis..
ReplyDeleteIya, tpi bukunya lebih keren lo
Deleteserem ah pake acara diekstrak segala... Nggak sanggup mikir gimana cara mengekstraknya...
ReplyDeletecaranya ada di atas hahaha
Deletejadi pengen baca abis baca reviewnya >.< kmren keknya buku ini pernah didiskon di beberapa toko buku :p cuma apa daya belum tertarik saat itu hehe
ReplyDeleteeh uda ada filmnya juga ya mas? :o judulnya?
ayoooo bacaaaaaaa ...iya sudah ada filmnya
ReplyDeleteMakin penasaran setelah baca review di blog ini >.< Sebenernya udah ada bukunya, tapi bahasa Inggris, takut "keselek" kalau bahasanya "tinggi" hehehe
ReplyDeletewah keren baca yg Inggris, ayo dibaca bagus kok tp agak serem
Deletesaya lg bikin final project ttg perfume mas, kalo boleh tau cetakan trakhir nya kapan dicetak yah? dan uda cetakan ke brapa? mksh :)
ReplyDelete